Aku dan Aji menapak tilas debu-debu yang diterbitkan matahari ditengah jalan, dengan membawa senjata perang untuk menjarah ikan dipersembunyiannya. Bekas pembakaran daun yang masih membekas hitam dan bersanding rata dengan cokelatnya tanah dipinggir jalan, burung-burung berkicau sibuk mencari jerami untuk merajut sarang, dan para orang sepuh yang saling sapa ditengah kaki mereka mengayuh sepedahnya menuju sawah dengan celurit disisi kiri pinggangnya. Begitulah ramah dan asrinya desa kami.
"Lana sudah sampai dirumah Fosi apa belum ya ji ?" tanyaku pada Aji.
"Aku juga enggak tau lahh.. Aku bukan peramal ru" jawab Aji padaku.
3 menit kami lalui, hingga kami sampai di halaman depan rumah Fosi, yang disambut oleh kerumunan pohon mangga. Mata kami melihat 2 orang sedang duduk bercengkrama mengomentari duniadengan senjata yang sama dengan kami.
"Hoii..Ayo sini" terdengar suara dari arah 2 orang yang sedang duduk bercengkrama itu.Itulah suara Lana yang memanggil kami untuk ikut berkumpul.
Aku dan Aji pun langsung menuju ke tempat mereka.
"Loh cacingnya mana ?" tanya Lana padaku dan Aji.
"Hadehhh..yang kemarin disuruh bawa cacing siapa ?" tanya ku balik ke pada Lana.
Lana diam, wajahnya menengadah ke atas diikuti matanya dengan jari telunjuk menyangga dagunya, seolah sedang memutar film hari kemarin dikepalanya untuk mengingat apa yang terjadi kemarin hari.
"Oiyaa aduhhhhhh" Ujar Lana sambil menepuk keningnya dengan tangan kiri dan ekpresi lupa yang ia pasang pada wajahnya.
"Yakan, kamu itu pelupa Lan" kata aji pada Lana.
"Hehehe maap" jawab Lana sambil menggaruk-nggaruk kepalanya.
"Sudah-sudah nanti kita cari disamping kandangku." kata Fosi.
YOU ARE READING
Debu & Deru : Dampak Sakitnya Kelud Sampai ke desaku
NonfiksiDisini, saya mengangkat kejadian meletusnya Gunung Kelud.Dimana ketika erupsi abunya sampai dimana-mana, sampai juga di kotaku terrcinta Ponorogo namanya. Peristiwa tersebut akan terus diingat dan dikenang oleh masyarakat Jawa Timur khususnya Lereng...