Kamis, 13 februari 2014. Ayam jago bersuara tak seperti biasanya, aku terbangun dengan mata yang masih remang-remang, mengambil air wudhu, kemudian aku menjalankan sholat shubuh yang tak pernah ku tinggalkan, terlihat ibu ku sudah mendahuluiku ia baru saja melepas mukenanya, lalu pergi ke pawon untuk membuat perapian pengusir kedinginan, setelah sholat, aku tergiur hangatnya kasurku, kemudian aku tertidur kembali.
Nanar matahari menyentuh mata yang sedang terlelap, masuk lewat jendela yang terbuka tirainya.Hangatnya membuka mata hingga tubuh ini tergugah untuk bangun, kaki menuntun tubuh menuju jendela yang terlihat abu-abu dari kejauhan, aku melihat debu-debu berjatuhan dari langit, daun-daun menahan jutaan debu dari langit, ada yang kuat ada juga yang patah. Tiada lagi ayam berjalan-jalan, semua berlindung dalam kandang mereka, tiada lagi burung berkicau beterbangan, mereka menghilang bak ditelan kabut abu-abu , jalanan sepi nan remang, padahal matahari sedang menyala. Bukan lagi jalanan aspal, yang ada hanya jalanan abu.Menakutkan, itu yang ada dipikiranku.Karena orang-orang tak ada lagi yang berani keluar, tiada lagi aktivitas mengayuh sepeda menuju persawahan.Abu merajalela menguasai semuanya yang ada di desa.Semua direnggutnya.Semua tertimpa debu.Kotor dan abu-abu desaku, seperti lukisan indah dikuasai debu. Kucing hitamku sepertinya tau akan terjadi seperti ini, ia masih tertidur pulas diatas kursi ruang tamu.Sesekali abu muncul dari atas, turun dari sela-sela atap rumahku.Hujan abu dimana-mana.Penjuru utara, timur, barat, selatan dan lainnya semua terkena dampak sakitnya kelud. Aku tak berani membuka pintu rumahku, aku takut diserang ribuan abu yang berkonspirasi dengan angin, langit tak terlihat biru cerah ceria, ia nampak murung terlihat pucat warnanya.
Aku melangkah menuju pawon, sebelum sampai pawon ibuku mengajakku makan di meja makan.Aku lantas bertanya.Saat kami sudah siap dengan piring masing-masing.
"Bu.. Kenapa diluar hujan abu ?" tanyaku yang heran mengapa bisa terjadi hujan abu.
"Itu karena meletusnya gunung Kelud le.." kata ibuku.
"Kok sampai ke desa kita bu ?padahal jarak kita ke Kelud kan jauh sekali" tanyaku kembali.
"Karena saat meletus, gunung Kelud memuntahkan banyak abu vulkanik ke atas lalu angin berhembus kencang sampai ke desa kita le.." jawab ibuku kembali menjelaskanku.
"Sampai kapan bu ini akan terjadi ? Deru jadi enggak bisa bermain dengan teman-teman dong ?" tanyaku kembali pada ibuku sambil memasang wajah kesal.
""Yaaa ibu juga enggak tahu, enggak usah main dulu banyak debu, nanti kalo kamu main dan debunya kamu hirup, di dadamu nanti akan banyak debu le.." ujar ibuku.
"Yahhhhhh" balasku kecewa.
Aku pun sudah menghabiskan makanan ku dan meminum secangkir kopi hitam yang sudah disiapkan oleh ibuku.
"Oiya bu.. Ayam-ayam sudah ibu kasih makan ?" tanyaku kembali setelah meminum kopi.
"Sudah le..Tadi ibu ke kandang memakai payung biar rambut ibu enggak terkena debu" jawab ibuku yang sudah selesai makan.
"Ohh baiklah bu" kataku sambil melangkah pergi menuju televisi.
YOU ARE READING
Debu & Deru : Dampak Sakitnya Kelud Sampai ke desaku
Não FicçãoDisini, saya mengangkat kejadian meletusnya Gunung Kelud.Dimana ketika erupsi abunya sampai dimana-mana, sampai juga di kotaku terrcinta Ponorogo namanya. Peristiwa tersebut akan terus diingat dan dikenang oleh masyarakat Jawa Timur khususnya Lereng...