Eps 1

43 2 0
                                    

Malam itu hujan turun dengan sangat deras, angin berhembus kencang menerpah dedaunan, bergesekan dengan udara dan menimbulkan suara yang menambah mencekamnya malam itu, badai besar telah terjadi.

Malam mencekam itu tak dapat menghentikan seorang gadis remaja untuk berlari, tak ada yang bisa menghentikan larinya saat ini. Emosi telah membakar api semangatnya, bahkan dinginnya udara hanya angin lalu baginya. Benar-benar semangat yang luar biasa.

Langkah gadis itu semakin melemah, sudah hampir 20 menit ia berlari tapi tak menemui ujung dari larinya. Bahkan kini kaca mata tebalnya tak dapat membantu penglihatan, embun menutupi luas pandangnya. Malam itu benar- benar malam yang sangat buruk bagi gadis itu.

Anjoly Ambrella, gadis yang saat ini sedang berlari di derasnya hujan. Joly biasa ia di panggil, berciri khas kaca mata tebal dan lesung di kedua pipi cubbynya.

Joly menghentikan langkah kakinya. Tubuhnya yang menggigil kedinginan ia peluk rapat-rapat dengan kedua tangannya, kakinya yang membeku menjatuhkan badannya tanpa seizin empunya, benar-benar keadaan yang sangat buruk.

"Akhhh.... di di dinginn... !!!, ak aku harus ke ke mana ??, ak aku harus berteduh... di bawah po pohon it itu !!" Ucap Joly terbata-bata dan langsung menyeret badan dinginnya menggunakan kedua telapak tangan

"Aww..." Jerit gadis itu saat merasakan pedih di telapak tangannya akibat bergesakan dengan aspal

Hujan semakin menumpah ruahkan isinya, tak membiarkan sebutir air berhenti membasahi bumi, saat itu badai terburuk tercatat di wilayah itu.

Rasa perih yang bercampur air hujan tak menghentikan perjuangan Joly untuk menyeret tubuh dinginnya. Bahkan rasanya perjalanan saat itu sangat lama dan sangat jauh padahal jarak ia saat melihat pohon beringin itu sangatlah dekat

Pengorbanan kedua telapak tangannya membuahkan hasil, kini Joly telah sampai di bawah pohon besar sambil menjatuhkan badan dan membiarkan air hujan membasahi wajahnya "Akhirnyaa sam sampai juga!!, akkh... ak aku harus is istirahat!!"

Kedua tangan yang ia rentangkan tanpa sengaja menyentuh sesuatu di balik tanah yang basah membuat gadis itu langsung mengambil tanpa melihat benda apa di balik tanah itu "A apa ini..?? Sebuah bukukah??" Tanya Joly tanpa sedikitpun melihat kearah benda yang ia genggam, karena baginya beristirahatlah yang sangat penting saat ini.

6 jam kemudian hujan telah berhenti, bahkan rintinkan airnya tak lagi menetes menampakkan butirnya, badai malam itu sudah berakhir tapi tidak dengan bekas yang ia tinggalkan, beberapa pohon berjatuhan dan tak sedikit ranting serta dedaunan memenuhi jalananan, wilayah yang terkenal dengan pesona alamnya kini menjadi pemandangan yang sangat buruk, bahkan orang takkan percaya jika jalanan ini merupakan salah satu jalan terasri di wilayah itu.

Joly yang berteduh di bawah pohon beringin sudah pergi ke alam bawah sadarnya, bahkan mimpinya seakan menjadi putaran kejadian yang di putar kembali yang membuat Joly kembali merasakan sakit yang cukup dalam di hatinya

Flash Back

Seperti malam biasanya, Joly menghabiskan waktu dengan mengetik cerita yang akan ia terbitkan, mengabaikan badai dahsyat yang terjadi di luar rumah, karena baginya tak ada yang bisa menghentikan hobi mengetiknya selain beberapa hal yang cukup penting. Termasuk saat ini, Joly harus menghentikan kegiatannya untuk mengisi beberapa helai roti di perut kosongnya. Itu pun di lakukan secara terpaksa.

Badai di luar sangat dahsyat malam itu, jendela-jendela jumbo terdengar saling menghantam dan mengeluarkan suara yang cukup keras, angin yang berhembus membuat gorden-gorden bergeliat-geliat, cahaya lampu yang redup menambah kemistisan malam itu, Joly yang melewati ruangan itu hanya bisa bergidik ngeri membayangkan betapa dahsyatnya badai di luar sana

The Black BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang