4 - Hurt

13 3 0
                                    

"Menyakitkan memang, tapi aku harus apa?"

***

"Kenapa baru pulang?"

Luna yang baru menutup pintu rumahnya menoleh ke arah suara yang menyambutnya setelah pulang sekolah, ia merasa canggung dengan tatapan menakutkan milik Tya.

"Maaf mah.."

Ia merasa bersalah tidak izin dulu kepada Tya, pasalnya ia baru pulang sekolah karena ada pesta ulang tahun kecil-kecilan di kelasnya.

Merasa tidak enak jika tidak ikut merayakannya, karena ia diterima baik oleh teman-teman barunya.

"MAAF KAMU BILANG?! WHAT THE HELL, LUNA!"

"Luna tadi ada acara di kelas mah." Dengan takut-takut ia melirik ke arah Tya yang berkacak pinggang menatapnya dengan marah.

"Kamu ini tidak bisa di biarkan!"

Tya langsung mengambil sapu yang ada di dapur dan memukuli Luna.

"Ampun mah, hiks.." Luna menangis kencang saat Tya memukuli Luna tanpa ampun.

"Maafin Luna, mah.." lirih Luna yang masih menangis merasakan sakit yang teramat sakit di sekujur tubuhnya.

"INGAT YA LUNA, KAMU ITU CUMA NUMPANG DISINI, JADI JANGAN SEENAKNYA, KAMU ITU BUKAN PUTRI YANG BISA DIISTIMEWAKAN DISINI!" Tya langsung berlalu pergi dari hadapan Luna, tanpa melihat Luna yang kini terduduk sambil menahan sakit.

***

Luna terisak di dalam kamarnya, sambil mengoleskan salep ke bagian biru yang ada di tubuhnya, ia berdiri dengan tertatih mengambil sesuatu yang ada di laci nakasnya, mengeluarkan sebuah frame.

Ia terisak setelah melihat sebuah foto, dan memeluknya dengan berkata lirih, "Mah, Luna kangen mamah.."

"Luna takut mah.. Luna takut gak bisa bertahan hidup di rumah ini.." isak Luna.

"LUNA!"

"LUNA, KELUAR!

Felly menggedor pintu Luna dengan kencang.

"YA, SEBENTAR FELL!"

Luna menghapus air matanya dengan kasar dan menyimpan frame tersebut dalam nakas lalu membuka pintu kamarnya.

Felly melempar bajunya ke wajah Luna, "Nih setrikain baju sekolah gue."

"Tapi Fell, aku lagi sakit."

"Lemah banget sih lo! Gue gak mau tau pokoknya setrikain baju sekolah gue! Pas gue pulang pokoknya semua harus selesai! Gue mau ke mall dulu sama mamah."

Dengan terpaksa Luna menurutinya, "Iya Fell."

***

Setelah selesai menyetrika baju Felly, ia menyimpan bajunya dalam lemari baju Felly.

"Huh, akhirnya selesai juga.."

Luna meneliti kamar Felly yang berbeda dari kamarnya, kamar Felly besar dan cantik, walaupun kamar Luna besar, tapi kamar Felly lebih besar dari Luna.

"Jadi Felly enak ya, orang tuanya lengkap dan sayang sama dia." Luna tersenyum miris, meratapi nasibnya yang berbanding terbalik dengan Felly, ayahnya yang dulu sangat menyayanginya kini rasa sayangnya teralihkan ke Felly, Luna merasa iri dengan kehidupan Felly, tapi dengan cepat ia singkirkan rasa irinya terhadap Felly, ia tak boleh iri dengan saudaranya sendiri, ya walaupun bukan saudara kandung.

Ia keluar dari kamar Felly dan menuju dapur, "Mumpung mamah sama Felly pergi.. aku mau buatin Gara kue brownis coklat kesukaan dia ah."

***

Setelah selesai membuat kue kesukaan Gara, Luna langsung menuju rumah Gara yang berada di blok berbeda dari rumahnya.

"Assalamualaikum.."

"Garaa.. Garaa..."

Seorang wanita paruh baya yang cantik membukakan pintu menatap Luna dengan bingung, ia tersenyum manis ke arah wanita paruh baya tersebut.

"Tante Maya!" Luna memeluk wanita tersebut yang masih memasang tampang bingung.

Luna melepaskan pelukannya, "Akhirnya kita bisa ketemu tan, aku kangen banget sama tante."

Maya meneliti wajah Luna, "Maaf, tapi tante lupa sama kamu, kamu.. siapa ya?"

"Yaampun tante, aku Luna, tante.."

"Luna?"

"Iya Luna."

"Luna putri dari Heri dan Lena?"

Luna mengangguk, "Iya tan.."

Wajah Maya yang awalnya dihiasi raut bingung kini berganti dengan sinis.

"Untuk apa kamu kesini?"

LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang