Kakak perempuan Hoseok menyibakkan tirai penutup yang menjadi sekat antara tempat tidur yang ditempati adiknya dan seorang pasien lain yang kebetulan berada di satu kamar yang sama. Kebetulan kamar yang ia tempati adalah kamar kelas satu di mana hanya diisi oleh dua pasien saja.
Hoseok sudah berada di rumah sakit selama lima hari. Kedua orang tua Hoseok bahkan datang jauh-jauh dari Tasik untuk menjaga anaknya yang sakit. Tetapi hari ini, kakak perempuan Hoseok yang sengaja mengambil cuti kerja demi menjaga adiknya dan membiarkan kedua orang tuanya istirahat di hotel terdekat dari rumah sakit.
Hoseok sendiri hanya bisa terbaring lemah selama lima hari belakangan ini. Makan pun semuanya hanya mengandalkan infusan. Apalagi kemarin Hoseok baru saja melewati fase kritisnya. Dokter menyatakan hari ini Hoseok mulai memasuki fase penyembuhan sehingga sedikit-sedikit dia sudah bisa beraktifitas lebih banyak dari sebelumnya.
"Teh, ngapain dibuka sih tirainya? Silauh atuh." Hoseok mengeluh karena paparan cahaya matahari mau tidak mau langsung masuk mengenainya.
"Kamu nih nanti jamuran aja nggak pernah kena sinar matahari."
Hoseok memutar matanya. Dia lebih suka dijaga umi ketimbang tetehnya yang bawelnya lebih-lebih dari ibu-ibu. Suka seenaknya juga kadang. Tuh buktinya.
Teh Jiwoo, nama kakak Hoseok mengecek jam di pergelangan tangannya. "Kok udah jam segini makanannya belum dateng, ya?" Lalu tatapannya teralih ke adiknya yang kini sedang memainkan ponsel setelah beberapa hari tidak menyentuh benda tersebut sama sekali. "Teteh ke depan dulu ya, nanyain kok sarapan kamu jam segini belum dianterin."
Hoseok hanya mengangguk tanpa melihat ke kakak perempuannya itu karena sedang sibuk mengecek grup dance crew dan rumah bangtan.
Beberapa hari yang lalu para anggota dance crew sudah datang menjenguknya. Kalau anak bangtan bahkan hampir setiap hari datang. Terutama Yoongi dan Namjoon karena mereka berdua sudah tidak kuliah. Mereka bahkan pernah menginap sekali saat hari pertama sebelum orang tua Hoseok datang.
"Psst..."
Hoseok yang sedang fokus menscrolling percakapan di grup yang sudah mencapai 999+ itu menoleh ke sumber suara. Seorang gadis berpakaian sama dengan Hoseok juga selang infus terpasang di tangan melambaikan tangan ke arahnya.
Hoseok berkedip memandangnya. "Eh, saya?"
"Iya...lo." Gadis itu melirik ke kiri kanan, seperti pencuri yang akan beraksi. "Mau chitato, nggak?"
"Hah?"
Gadis itu menempelkan jari telunjuknya di depan bibir, menunjukkan gestur jangan berisik. Lalu gadis itu mengeluarkan sebungkus chitato dari balik bantal kemudian melemparkannya ke tempat tidur Hoseok.
"Gue udah muak banget makan makanan rumah sakit yang hambar, makanya kemarin gue minta temen gue bawain ini." Gadis itu tertawa sendiri dengan ceritanya. Padahal menurut Hoseok nggak ada yang lucu. "Kayaknya kalau ketauan sama suster bakal diomelin. Gue udah habis sebungkus kemarin, itu buat lo aja siapa tau lo juga udah bosen sama makanan rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Bangtan | BTS Lokal
FanfictionSelamat datang di Rumah Bangtan! Tidak ada yang spesial dari rumah nomor 13 ini selain rumah yang dihuni oleh tujuh orang laki-laki di usia 20an mereka yang sedang menempuh pendidikan di universitas yang sama. Mereka datang dengan membawa tujuan dan...