Chapter 1

8.7K 392 26
                                    

Disclaimer : Masashi Kishimoto


"Okaeri N-Naruto-kun!"

Suara lembut mengalun bahagia menyapa kedatangan seseorang yang baru saja memasuki rumah. Tak lupa juga semburat merah yang selalu muncul malu-malu pada kedua pipinya kala seseorang yang ditunggunya pulang.

"N-Naruto-kun, a-aku sudah menyiapkan m-makanan kesukaanmu! O-oh, N-Naruto-kun ingin mandi terlebih d-dahulu atau m-makan?" Ucapnya lembut seraya berjalan mengikuti dibelakang tubuh Naruto.

"Na--"

BLAM!

Belum sempat ia menyelesaikan perkataan, suara debaman pintu menghentikan nya.

Ya, pintu yang ditutup dengan kasar oleh Naruto tepat dihadapan nya.

Seketika, senyum yang sedari tadi mengembang di bibirnya pun lenyap. Rona merah pada kedua pipinya memudar. Tatapan penuh bahagia tergantikan dengan tatapan sendu yang memilukan, menatap ke arah pintu yang tertutup rapat.

Kepala tertunduk. Mata memejam erat. Digigit kuat bibir nya. Kedua tangan terkepal.

Berakhirlah dengan badan nya yang bergetar hebat. Menahan sekuat tenaga agar air mata yang sedari tadi ditahan tidak tumpah.

Tetapi, sekuat apapun ia mencoba, air mata itu tetaplah tumpah. Ia yang menyadarinya pun segera mengusap kasar wajahnya.

"Tidak. Aku tidak boleh menangis. Aku tidak boleh menyerah! Ganbatte Hinata!" Ucapnya lirih menyemangati dirinya sendiri.

Hinata berbalik menuju meja makan, memakan masakan dengan porsi untuk 2 orang itu sendirian. Setelah itu Hinata pun mencuci piring lalu pergi menuju kamarnya dengan riang.

Seolah apa yang baru saja terjadi hanyalah angin lalu.

.

.

.

CKLEK!

"O-ohayou N-Naruto-kun!"

Yang disapa hanya diam seraya mempercepat langkahnya menuju pintu. Seolah sudah tidak tahan untuk berada didalam rumahnya sendiri.

"Aku s-sudah menyiapkan s-sarapan, N-Naruto-kun ingin sa--"

BLAM!

"Hati-hati d-di jalan N-Naruto-kun!" Ucapnya riang dengan sedikit berteriak. Walaupun Hinata sendiri tidak benar-benar berteriak karena sifatnya yang terlalu lemah lembut itu.

Hinata hanya berharap suaranya akan terdengar.

Menghela nafas, Hinata berjalan riang seraya bersenandung kecil menuju meja makan.

Dan berakhirlah dengan dirinya yang sekali lagi, memakan makanan 2 porsi itu sendirian.

.

.

.

Setelah selesai dengan sarapan dan kegiatan rutin nya membersihkan rumah, Hinata pun duduk termenung di sofa dengan ditemani suara tv yang menyala.

CadeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang