Terkadang merelakan jauh lebih baik daripada memaksakan bukan?
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Hinata terus berlari. Tidak mempedulikan tatapan heran dari setiap orang yang dilewatinya.
Hatinya sangat sakit.
Sungguh, Hinata lebih memilih Naruto menyakiti fisiknya saja.
Hatinya yang sempat terobati, kini terbuka kembali. Bahkan jauh lebih besar.
Kakinya berbelok ke sebuah gang sempit sebelum bersandar pada kerasnya tembok.
Hinata meremas dadanya. Lagi-lagi, berharap dapat mengurangi rasa sakitnya.
Pernahkah Hinata berpikir untuk bertahan terakhir kalinya?
Ya, kali ini keputusan nya sudah bulat.
Hinata yang akan pergi.
Tidak. Hinata bukan menyerah.
Namun Hinata sadar. Hinata menyadari jika masih tetap bersama Naruto, bukan hanya dirinya saja yang terluka.
Naruto pun mungkin merasakan beratnya tekanan yang disebabkan oleh public yang terus membicarakan rumah tangganya dengan dirinya, wanita yang tidak dicintainya.
Pun mungkin juga tekanan karena Hinata sekarang menjadi tanggung jawabnya.
Selama ini memang Naruto melakukan tanggung jawab sebagai suami. Dalam artian, Naruto selalu memberikan uang bulanan pada Hinata.
Namun Hinata tidak pernah memakainya.
Hinata hanya menyimpan nya.
Hinata tidak mau. Tidak mau jika Naruto melakukan nya karena terpaksa.
Dan Hinata akan mengembalikan semuanya nanti-tentu saja melalui Minato dan Kushina-.
Menghela nafas.
Setelah ini, Hinata akan pergi kerumah orang tua Naruto.
Hinata akan berbicara baik-baik kepada mereka. Hinata tidak mau jika Narutolah yang disalahkan disini.
Oh Hinata, sampai akhir pun kau masih saja peduli pada Naruto.
...
Dan disinilah Hinata. Berdiri terpaku di depan gerbang kediaman keluarga Namikaze.
"Ah, Hinata-chan?" Suara lembut yang sudah dihafalnya mengalun membuat dirinya menolehkan kepala, melihat sepasang suami istri yang sedang berjalan kearahnya.
"Ternyata benar! Kenapa tidak masuk saja Hinata-chan? Ah, Kaa-san rindu padamu!" Ucap Kushina seraya memeluk Hinata erat.
Hinata pun membalas pelukan Kushina. "Gomen t-tidak memberitahumu Kaa-san. Aku j-juga sangat m-merindukanmu."
Minato yang tidak rela hanya sekedar melihat pun melangkah maju dan ikut memeluk kedua wanita dihadapan nya.
Seketika Kushina melapaskan pelukan nya terhadap Hinata dan mencubit pinggang Minato.
"Aww! Itu menyakitkan sayang!" Ucap Minato seraya mengelus pinggangnya.
"Itu hukuman mu karena sudah menggangguku dengan Hinata-chan!"
"Habis aku tidak rela jika hanya melihat saja. Aku merasa seperti tidak dianggap." Jawab Minato dengan tampang lesu.
Kushina yang gemas pun mencubit pinggang Minato.
"Sayang!" Pekik Minato.
Hinata yang melihat pun hanya tersenyum maklum sebelum dirinya menyadari tujuannya kemari.
"Um, Kaa-san, Tou-san..A-aku ingin m-mengatakan sesuatu.." Ucap Hinata seraya menunduk dan meremas kedua jarinya.
Kushina dan Minato yang sedang berdebat itupun seketika berhenti dan menolehkan kepalanya ke arah Hinata.
"Hm? Baiklah, kalau begitu kita bicarakan didalam saja. Ayo, masuklah Hinata-chan!" Ucap Kushina riang seraya menarik pergelangan tangan Hinata.
Hinata yang mendengar nada riang Kushina pun seketika merasakan perasaan bersalah. Hatinya seakan menjadi ragu untuk mengatakan tujuan nya yang mungkin akan membuat Kushina serta Minato sedih.
Tetapi Hinata sudah berjanji pada dirinya.
"Duduklah dulu Hinata-chan! Kau ingin Kaa-san ambilkan apa sayang?"
"Um, tidak p-perlu repot Kaa-san. A-aku hanya s-sebentar.."
"Baiklah. Ada apa hm?" Tanya Kushina seraya mendudukkan dirinya disebelah kiri Hinata. Dan Minato yang ikut bergabung dengan mendudukkan dirinya di sebelah kanan Hinata.
Hinata menundukkan kepalanya dalam, meremas jarinya. Seketika lidahnya terasa kelu.
Dengan penuh pengertian, Minato dan Kushina pun diam menunggu Hinata berbicara.
"U-um..G-gomen ne Kaa-san, Tou-san.." Kepala Hinata semakin menunduk. Tubuhnya sedikit bergetar.
Dengan perlahan, Hinata pun memberanikan diri menatap Kushina dan Minato bergantian. Matanya berkaca-kaca. Hinata seperti tidak sanggup mengatakan nya setelah menatap Kushina dan Minato.
"A-aku.." Bibirnya ia gigit dengan kuat berusaha menahan cairan bening yang seakan memaksa keluar.
"G-gomen ne..A-aku...Aku ingin b-bercerai d-dengan N-Na-Naruto-kun."
Kushina dan Minato yang mendengar itupun sangat terkejut. Tubuh keduanga membeku. Tetapi itu tidaklah lama setelah didengarnya isakan kecil Hinata.
Kushina dan Minato menatap Hinata sendu.
"G-gomen ne..hiks..Tou-san, Kaa-san..hiks..A-aku--"
"Tidak apa ne Hinata-chan. Kau tidak bersalah. Maafkan kami yang sudah memaksamu Hinata-chan.." Ucap Kushina seraya memeluk Hinata erat. Matanya berkaca-kaca.
"Ya, itu bukan salahmu. Maafkan kami Hinata-chan. Kau pasti sudah sangat lama tersiksa karena perjodohan ini..Kami menghargai keputusanmu sayang. Sekali lagi, maafkan kami.." Ucap Minato seraya mengelus lembut kepala Hinata.
Sungguh, Kushina dan Minato sangatlah merasa bersalah karena sudah memutuskan secara sepihak. Dan tidak mempedulikan apa yang dirasakan Hinata.
Mereka merasa telah gagal untuk menjaga Hinata.
Oh, seandainya kalian tahu jika bukan alasan itulah Hinata sampai ingin menceraikan Naruto.
Tapi tak apa. Hinata akan diam. Menyimpan lukanya. Menyimpannya sendiri.
"Hiks..Tou-san..Kaa-san..A-arigatou..hiks.."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadeia
FanfictionJauh dalam hatinya, ia berjanji. Bahwa dirinya akan bertahan untuk terakhir kalinya. . . . Hanya satu kali ini saja.