Disclaimer : Masashi Kishimoto
Cahaya matahari pagi yang masuk melalui sela-sela jendela mengusik Hinata. Seakan mengingatkan akan kegiatan rutinnya di pagi hari.
Hinata membuka perlahan kedua matanya. Hinata terduduk sembari meringis pelan menahan sakit pada tubuhnya.
Mengedarkan pandangan.
Ya, ternyata semalaman Hinata tertidur di lantai setelah lelah menangis.
Hinata menatap tanggan nya. Biru. Tentu saja, cengkraman Naruto yang sangat kuat itu menyebabkan pergelangan tanggannya membiru.
Menghela nafas, Hinata bangkit perlahan. Berjalan tertatih masuk kedalam kamarnya.
Kamarnya? Yap, kalian tidak salah.
'Kamarnya' yang dimaksud memang benar-benar kamarnya. Hanya berisi dirinya seorang juga barang-barangnya.
Dengan segera Hinata membasuh mukanya, mandi, dan memulai ritual paginya.
Memasak sarapan untuk Naruto.
Sungguh, sejujurnya hari ini Hinata hanya ingin tertidur di ranjangnya yang empuk itu. Tetapi jika Hinata tertidur, tidak akan ada yang memasak untuk Naruto.
Oh Hinata, sungguh polos atau bodohkah dirimu? Sudah tahu akan seperti apa akhirnya, tetap saja dilakukan berulang kali.
Tetapi inilah yang menjadi bukti akan kuatnya cinta yang tulus. Yang tidak mengharapkan sebuah balasan.
TOK! TOK! TOK!
Hinata yang mendengar suara ketukan pada pintu rumahnya mengernyit heran. 'Siapa yang datang berkunjung pagi-pagi sekali?' pikirnya.
Mengendikkan bahu, Hinata pun mematikan kompor dan berjalan ke arah pintu.
Seketika Hinata pun menyesal sudah membukakkan pintu.
"Mau a-apa kau?"
Sedangkan seseorang yang ditanya hanya diam bersedekap dengan sebelah alisnya yang naik.
Shion secara tidak sengaja melirik pada tangan Hinata. Ada sebuah bekas cengkraman yang membiru di pergelangan nya itu. Tersenyum meremehkan, Shion menjawab "Heh? Aku mau apa? Tentu saja menjemput Naruto dasar bodoh!" seraya melenggang masuk.
Shion tidak bodoh tentu saja. Shion mengetahui apa yang terjadi diantara mereka setelah dirinya pergi semalam. Dan dirinya merasa menang.
Hinata yang geram pun menarik kasar lengan Shion dan menamparnya. "Dasar tidak t-tahu sopan santun! Pergilah! Keluar d-dari rumahku, jalang!"
Baru saja Shion ingin membantah, retinanya menangkap siluet Naruto yang mendekat. Shion pun dengan cepat merubah ekspresinya menjadi seperti ingin menangis. Hinata yang merasa bingung pun menoleh mengikuti arah pandang Shion.
PLAK!
"APA YANG KAU LAKUKAN HAH?! JAGA MULUTMU HYUUGA! INGATLAH PERKATAANKU SEMALAM!" Bentak Naruto marah seraya berjalan melewati Hinata.
"Ayo, Shion."
Shion yang melihat itupun tersenyum mengejek. Saat dirasanya Naruto sudah keluar, Shion pun menghampiri Hinata yang masih terpaku.
"Rasakan. Jangan sombong kau! Menjijikkan!" Setelah mengucapkan itu, Shion pun berbalik keluar mengikuti Naruto dengan bersenandung ria.
Hinata yang seolah tersadar memegang pipinya. Perih. Naruto tidak main-main saat menamparnya. Bahkan Hinata merasakan sekarang bibirnya yang sedikit berdarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadeia
FanfictionJauh dalam hatinya, ia berjanji. Bahwa dirinya akan bertahan untuk terakhir kalinya. . . . Hanya satu kali ini saja.