Chapter 5

3.8K 345 10
                                    

Bukankan menyakiti mental seseorang itu lebih jahat dari menyakiti fisiknya?


Disclaimer : Masashi Kishimoto



Setelah dirasanya tangisan Hinata berhenti, Sasuke membuka matanya.

"Sudah hm?"

Hening.

"Hinata?"

Masih tidak ada jawaban dari lawan bicara nya.

Sasuke yang heran pun mengernyitkan dahinya. Sasuke melonggarkan pelukkan nya agar dapat melihat Hinata.

Mata Hinata terpejam.

Sasuke yang berpikir jika Hinata tertidur itu tersenyum.

Namun itu tidaklah lama saat dilihatnya nafas Hinata yang terputus-putus juga keringat yang bercucuran.

Dengan panik Sasuke mengulurkan tangan nya, menyentuh pipi Hinata berniat untuk membangunkan.

"Astaga!" Pekik Sasuke pelan.

Panas.

Hinata sakit.

Hinatanya.

Dengan cekatan, Sasuke menggendong Hinata ala bridal style menuju mobilnya, dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Sasuke sangat panik.

Yang berada dipikiran nya saat ini hanyalah Hinata.

...

Hinata menggeliat pelan sebelum membuka matanya.

Dilihatnya ruangan yang serba putih itu.

"Sudah bangun?"

Hinata menolehkan kepalanya ke arah Sasuke yang sedang berjalan menghampirinya seraya membawa sebuah nampan yang diatasnya berisi semangkuk makanan, minuman, serta obat.

Hinata hanya diam memperhatikan. Tubuhnya masih sangat lemas. Bahkan hanya sekedar membuka mulut pun Hinata merasa tak sanggup.

Sasuke yang seakan mengerti pun akhirnya berbicara.

"Kau dirumah sakit. Demam mu sangat tinggi. Makanlah ini lalu minum obat dan beristirahatlah."

Setelah menaruh nampan diatas meja, Sasuke membantu Hinata untuk duduk sebelum dirinya mendudukkan diri di tepi ranjang.

Diambilnya mangkuk yang berisi bubur itu dan menyuapkan pada Hinata setelah sebelumnya ia tiup pelan.

Hinata yang sempat menolak untuk disuapi itupun akhirnya mau tak mau menyerah.

Hatinya menghangat.

Sasuke sangat sabar saat menyuapinya.

Sungguh, Hinata sangat ingin meminta maaf karena dirinya dulu pernah menilai buruk Sasuke.

CadeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang