"Kau ini orang yang melankolis juga ternyata, hyung."
Nakamoto Yuta terdiam di kursinya tanpa ada niatan untuk menjawab. Gema langkah sepatu terdengar semakin kuat, membawa figur mungil Ten ke dekat si pria Jepang. Helaan napas tipis dikeluarkan, bibir melengkung naik sebelum kemudian sang pemilik kurva mengempaskan bokong pada spasi kosong di samping Yuta.
"Winwin memang kecewa, tapi dia baik-baik saja."
Lagi, tidak ada jawaban. Suasana hening membuat Ten merasakan gelenyar ketidaknyamanan. Oleh karena itu, belah bibirnya terbuka untuk menyuarakan tawa. Walau gelaknya terdengar begitu canggung. Walau sama sekali tidak ada nada terhibur yang tersemat di sana.
"Ayolah, hyung. Kau sama sekali tidak cocok dengan wajah muram seperti itu." Satu kepalan tinju dilayangkan pada lengan Yuta tanpa tenaga. Ten kembali tertawa. "Hyung, dengar. Aku dan yang lain akan menjaga Winwin selama kami promosi di China. Dia juga pasti akan sering ke Korea. Tidak perlu terlalu khawatir."
Lagi-lagi tidak mendapat respons berarti, Ten pun menyerah. Ia mendesah lelah, berpikir bahwa kehadirannya untuk memperbaiki mood yang lebih tua sama sekali tidak membuahkan hasil. Tiga detik ia gunakan untuk menatap Yuta cemas, sebelum kemudian menegakkan kaki untuk beranjak.
Lantas, Ten dikejutkan oleh pergelangan tangannya yang mendadak dibungkus oleh genggaman seseorang.
Yuta pelakunya, tentu saja.
"Bagaimana kalau kubilang, bahwa yang kucemaskan di sini bukanlah Winwin?"
Ten mengerjap kebingungan. Ia berusaha mempertemukan pandangannya dengn Yuta, namun tidak berhasil karena lelaki kelahiran Osaka itu masih setia menundukkan kepalanya.
"Kalau begitu, siapa? Lucas? Kun?"
Dan Ten menemukan dirinya tidak bisa berkata-kata lebih banyak lagi, kala mendapati Yuta mendongak, dan memberinya tatapan intens yang sarat akan emosi dan ... Kasih sayang, mungkin?
"Kau." Yuta berujar mantap. "Kita tidak pernah disatukan dalam unit yang sama. Dan kau harus menjalani aktivitas di China. Bisa bayangkan betapa rendahnya intensitas kita untuk bertemu?"
Perkataan itu terus bergaung di benak Ten pada hari-hari berikutnya. Ketika member yang lain akan langsung tertidur pulas begitu aktivitas usai, Ten akan terjaga beberapa jam lebih lama untuk memikirkan ucapan Yuta tersebut.
Memutar ulang masa-masa ketika mereka masih menjadi trainee. Saat ia dan Yuta selalu berjalan berdampingan, mempersiapkan performansi untuk rookies show bersama-sama, bahkan tidur di atas ranjang yang sama. Bercengkerama hingga pagi menjelang.
Tapi, semua rutinitas itu pada akhirnya memudar kala Ten diumumkan untuk debut pada unit NCT yang pertama, NCT U.
Dan tidak lama setelahnya, Yuta debut pada unit yang berbeda. Mereka pun tidak lagi menempati dorm yang sama. Entah sejak kapan, keduanya menjadi jarang sekali bertemu.
.
.
.
Detik berikutnya, Ten menangis dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
draft; nct
FanfictionHanya kumpulan ficlet, prompt, atau draft yang tidak rampung dengan berbagai macam pair. silakan baca bila berkenan. edisi dibuang sayang. warn : bxb.