BAGIAN 18 | K E P A N I K ( AN )

742 32 1
                                    

Hatiku dagdigdug ser saat memberikan sebuah surat pada dia. Entah dorongan dari mana sampai aku bisa seberani ini  melakukan hal itu.

Aku membaringkan tubuhku diatas kasur dan memikirkan bagaimana reaksi dia saat membaca sebuah surat dariku. Suka atau tidak? Aku tidak tahu.

Aku gulang-guling gak jelas diatas kasur. Wajahku sudah hancur berantakan karena memikirkan dia, yang lebih tepatnya memikirkan reaksi dia setelah membaca surat dariku. Aku mengecek ponselku yang tidak ada notification apapun. Ponselku terlihat sepi seperti dikuburan dan terlihat garing seperti upil. Sungguh sangat membosankan, bukan?

Ponselku tiba-tiba saja bergetar. Sontak aku langsung bangun dari tiduranku saat melihat nama dia ada dilayar ponselku.

Myloveis calling...

Aku panik. Badanku tiba-tiba panas dingin saat dia menelphoneku. Aku mondar mandir memikirkan jalan yang terbaik. Antara menerima panggilan atau menolak panggilan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Otakku tiba-tiba lemot dan tidak bisa berpikir untuk kali ini.

Aku terus menatap layar ponsel dengan panik. Jujur, hal yang aku takutkan saat ini adalah reaksi dia setelah membaca surat dariku. Entah kenapa aku merasa takut sekarang.

Aku menghela nafas supaya tenang, keputusanku sudah bulat. Aku harus mengangkat telphone dari nya, apapun yang terjadi nanti, aku harus siap untuk mengambil resiko karena ini konsekuensinya. Ini juga salahku yang tiba-tiba memberikan dia surat tanpa dipikir-pikir lagi.

Aku menggeserkan tombol answer dan mulai mendekatkan ponsel pada daun telinga ku sambil menggigit bibir bawah agar rasa panikku sedikit berkurang.

"Ha-halo" sapa ku gugup.

"Hai."

"Ada apa?" Ucapku yang berusaha setenang mungkin.

"Sibuk gak?"

"Enggak, kenapa?"

"Nanti malam jam 8 aku otw kerumah kamu" katanya membuatku terkejut.

"Hah? A-apa?"

"Kenapa?"

"Eh, enggak. Mau ngapain?" Tanyaku kepo.

"Pengen ngobrol aja sih"

"Tapi kan bisa di sekolah"

"Tapi aku maunya malam ini" jawabnya spontan.

"O-oh gitu"

"Oh ya, Btw, aku udah baca surat dari kamu loh"

Aku terdiam mendengar kalimat yang ia katakan. Aku semakin gugup dibuatnya. Dengan ide yang muncul di otakku dengan begitu tiba-tiba, langsung saja menjalankan ide ku yang 'mungkin' tidak masuk akal.

"Hah? Ha-halo. Halo"

"...."

"Tutt... Tutt.. Tutt.. Hallo, kok sinyalnya jelek yaa.. Hallo"

Aku langsung memutuskan sambungan telephone nya secara sepihak. Aku sengaja melakukan itu karena aku tau dia pasti akan membicarakan tentang surat itu padaku. Aku mengguruti kebodohan yang aku lakukan ini tanpa berpikir panjang. Ah! sangat bodoh memang diriku ini.

Aku mematikan ponsel ku dengan sengaja agar tidak ada yang mengganggu ketenganku. Terutama jika dia menghubungi ku lagi.

Aku duduk dipinggir ranjang sambil memikirkan ucapan dia di telphone tadi. Aku bingung mengapa dia akan datang kerumahku jam 8 malam. Aku berusaha berpikir keras apa maksudnya dia akan datang kemari. Mataku tiba-tiba melotot saat pemikiran itu melesat diotakku. Apa jangan-jangan..

Dia datang kesini mau menanyakan soal surat itu? Oh tidak tidak, ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus bertindak supaya dia tidak jadi datang kesini. Aku mondar mandir tidak jelas lagi, rasa kepanikkanku mulai kambuh kembali.

Tidak ada ide yang terlintas dipikiranku. Akhirnya aku menyerah dan saatnya aku harus menerima resikonya nanti jika aku ditanya beribu-ribu pertanyaan oleh dia mengenai surat itu.

Aku memutuskan untuk mandi karena hari sudah sore menjelang malam. Setelah itu bersiap-siap untuk bertemu dengan dia.

Terkadang kepanikan bisa membuat kita terlihat seperti orang bodoh yang tidak tentu arah.

Tentang Kamu ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang