Benda pipih itu diraih di dering keempatnya. Soojung memutar bola matanya tanda jengah ketika sudah memastikan nama yang ada di layar masih sama seperti sebelumnya, "Apa?" Bertanya dengan raut wajah tanpa ekspresi dan suara yang terdengar ketus setelah menaruh ponselnya di telinga sebelah kiri, wanita itu menempatkan dirinya duduk di pinggiran ranjang. "Aku baru sampai di Cina semalam." Soojung mendengus, "Lalu kau pikir aku peduli?" Terdengar helaan nafas dari seberang, "Aku. Aku yang peduli. Karena aku sudah sangat merindukanmu dan aku masih harus menunggu selama satu minggu ke depan lagi, aku belum bisa kembali ke Korea" Soojung terdiam sejenak mendengar penuturan sang penelepon, tetapi itu tidak berlangsung lama hingga "Yah, Kim Jongin dengan mulut manisnya. Apa kau juga memperlakukan wanita itu seperti ini? Ah, atau mungkin lebih manis" Ada tawa kecil yang terdengar kecut di akhir kalimatnya. "Aku hanya begini padamu. Sudah aku katakan dia bukan siapa-siapa. Kami hanya makan malam bersama karena urusan perusahaan, dan sudah berulang kali juga aku katakan bahwa aku melakukannya karena terpaksa. Mengertilah" Soojung tersenyum kecut, "Kenapa aku harus mengerti? Memangnya kau mengerti perasaanku saat acara makan malam yang katanya untuk urusan perusahaan itu?" Wanita itu berdecih selanjutnya, "Sudah. Pembicaraan ini hanya membuang waktuku. Aku harus ke kantor sekarang." Dan sambungan telepon itu diputus. Ujung-ujung jari Soojung nampak memutih karena menekan benda pipih dalam genggamannya, nafasnya terdengar ditarik-hembuskan beberapa kali, menenangkan diri. "Aku masih saja begini kalau berurusan dengannya."
***
"Bagaimana sidangnya tadi? Maaf aku tidak sempat hadir" Sooji tersenyum mendengar perkataan Soojung. Ia menganggukkan kepalanya sembari mengangkatnya sedikit menghadap wanita di hadapannya. "Kau benar, dalam hal ini kita harus memakai logika dan bukannya hati atau perasaan. Aku jadi malu sendiri dengan perkataanku pada seseorang sebelumnya, mengenai pengacara yang terkadang justru membela mereka yang salah. Secara tidak langsung, akupun demikian karena perasaanku." Mengalihkan pandangannya keluar jendela di sebelah kanan. Soojung memandang wanita itu lekat disertai senyuman, "Kau bisa memakai hati atau perasaan di luar pekerjaan kita." Mengerutkan kening setelahnya memutar bola matanya nampak berpikir lalu melanjutkan, "Soal Kim Myungsoo misalnya" Sooji tersedak makanannya, wanita itu buru-buru meraih gelas minumannya. Bola matanya nampak bergerak tak tenang dibarengi dengan pipinya yang sedikit memerah. Soojung tersenyum jahil menatapnya kemudian lanjut menyuap makanan ke mulut dengan santainya. "Kau menyukainya?" Sooji tidak menjawab pertanyaan Soojung, wanita itu terus menyuap makan siangnya tampak tak menghiraukan Soojung yang terus saja tersenyum jahil di hadapannya. Namun tak berselang lama hingga senyum jahil di wajah wanita itu berubah menjadi masam melihat seseorang yang berjalan mendekati keduanya dengan nampan berisi makanan di tangannya dari belakang Sooji. "Boleh aku bergabung dengan kalian?" Sooji mengangkat wajahnya kemudian mendongak menatap pria yang sudah berdiri tepat di samping kiri memandang kedua wanita itu bergantian dengan senyuman manisnya, sementara Soojung sudah mengalihkan pandangannya ke luar jendela sembari tangan kanannya terus mengetuk-ngetukkan sendok ke piring, pelan. Sooji melirik wanita di hadapannya sejenak lalu kembali menatap pria yang masih berdiri itu dengan senyum sungkan, "Tentu sunbae. Silahkan" Menunduk kemudian dan melanjutkan makannya, nampak tak ingin bertemu pandang dengan Soojung yang tengah menatap tajam dirinya. "Bagaimana sidangmu Ji?" Pria yang sudah menempatkan diri di samping kiri Soojung, menatap Sooji sembari mengunyah makanannya. "Aku bersyukur itu berjalan lancar" Sooji menjawab dengan senyum manisnya. "Syukurlah kalau begitu. Bukankah itu kasus yang cukup bisa ditebak akan berakhir seperti apa? Maksudku, sangat jelas kesalahan yang dibuat oleh terdakwa" Sooji tersenyum tipis, "Ya, memang nampak seperti itu" meraih gelasnya lalu meneguk air di dalamnya. "Aku duluan ya." Soojung mengatakannya sembari membereskan peralatan makannya. Kedua pria dan wanita lainnya yang berada di situ serempak mengalihkan perhatian mereka pada wanita itu. "Kenapa buru-buru?" Sooji menatap Soojung dengan kening yang mengerut. "Iya Soojung, aku bahkan baru bergabung dengan kalian di sini" Satu-satunya pria di sana menambahkan. "Maaf Minhyuk sunbae, Ji aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku." Soojung beranjak dari sana setelahnya. Dua orang yang masih duduk itu hanya memandang punggung Soojung yang mulai menjauh. Namun sang wanita lebih dulu mengalihkan perhatiannya pada ponselnya yang bergetar di atas meja. "Sunbae maaf, tapi sepertinya aku juga harus kembali ke ruanganku" Sooji mengangkat sedikit ponsel yang masih bergetar itu di depan dadanya, seolah membuat isyarat untuk pria di seberang meja. Minhyuk tersenyum kecil lalu mengangguk, "Iya Ji, tak apa." Melanjutkan makannya dengan wajah yang nampak sedikit kecewa, setelah kepergian dua wanita tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantern
FanfictionKeegoisan dan masa bodoh membawanya pada pilihan hidup yang dia sendiri meragukannya, namun tetap menjalaninya. Sampai kedatangan seseorang seolah membawa cahaya dalam hidupnya dan membuat dia meyakini apa yang dia ragukan. -Aku rasa sebutan itu tep...