Lembaran 13

218 43 0
                                    

"Minhyuk sunbae!" Pria yang tengah menaiki tangga untuk memasuki gedung besar itu berbalik mendapati Sooji yang melambaikan tangannya. "Selamat pagi sunbae." Wanita dengan rambut panjang yang tergerai itu menundukkan kepalanya sejenak setelah sampai di hadapan pria dalam balutan kemeja berwarna putih itu. "Selamat pagi Ji. Kau sendirian?" Wanita itu mengangguk kecil, nampak tak bersemangat. "Aku minta maaf sunbae" Sooji menunduk, sementara pria di hadapannya mengangkat sebelah alisnya. "Untuk apa Ji?" Wanita itu meremas sedikit kuat tali tas dalam genggamannya, "Karena perkataanku waktu itu, aku seperti memberikan harapan palsu pada sunbae." Minhyuk tersenyum, namun tentu saja tak dapat dilihat oleh wanita yang masih menundukkan kepalanya itu. "Aku tidak berpikir sampai pada mereka yang masih memiliki perasaan satu sama lain dan bisa saja kembali bersama seperti sekarang. Maaf sunbae." Pria itu tertawa pelan tapi masih tertangkap pendengaran Sooji yang berdiri dekat dengannya hingga membuat wanita itu mengangkat kepalanya menatap pria di hadapannya. "Kau bukan cenayang Ji. Lagi pula kan memang benar kalau saat itu mereka sudah tidak memiliki hubungan lagi, dan itu membuatku bisa lebih berusaha lagi. Justru aku yang berterimakasih padamu." Wanita itu kembali menunduk, "Tapi tetap saja sekarang mereka sudah bersama lagi, aku jadi tidak enak pada sunbae." Pria itu kembali tertawa, "Astaga Ji, ini bukan salahmu. Kalau memang jodoh'kan tidak akan kemana." Minhyuk menepuk pelan bahu wanita itu, "Ayo masuk." Sooji mengangguk, berjalan pelan kemudian turut pria yang sudah melewati pintu kaca itu.

***

Myungsoo meletakkan siku sebelah kanannya pada tangan kursi, ujung jari telunjuknya mengusap dagu pelan sembari matanya tertuju pada pria bermata biru yang duduk hampir berhadapan dengannya tengah menjelaskan sesuatu pada semua orang yang tengah duduk menghadap meja bulat yang cukup besar itu. Sesekali matanya melirik pada pria dengan kursi rodanya yang berada tepat di sebelah kirinya. Sampai waktu untuk makan siang tiba, "Ayah pulanglah dan beristirahat. Aku akan disini sampai pertemuannya selesai." Pria itu menghampiri Joohyun yang menghadap meja lain kini guna menikmati makan siang bersama para petinggi perusahaan yang akan menjalin kerjasama dengan mereka. "Ayah tak apa nak. Justru ayah mengkhawatirkanmu, kau tidak tidur semalaman." Myungsoo berjongkok di samping kursi roda yang sang ayah duduki, "Aku bisa mengatasinya ayah. Ayah pulang ya? Lalu istirahat. Aku akan mengatakannya pada sekretaris Yoo." Pria paruh baya itu tersenyum, "Baiklah. Setelah mengantar ayah pulang, ayah akan menyuruhnya untuk menemanimu disini sampai para tamu kembali ke hotel." Pria yang tengah berjongkok itu mengulum bibirnya sembari menganggukan kepala, berdiri setelahnya untuk mencari sekretaris sang ayah. Tak berselang lama hingga Myungsoo kembali ke tempat sang ayah tadi bersama sekretaris Yoo. Pria itu memposisikan diri di belakang kursi roda sang ayah untuk mendorongnya kemudian setelah memastikan sang ayah telah selesai memberi salam pada para tamu di meja itu. Bersama sekretaris Yoo, ia membantu Joohyun masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir tepat di depan pintu masuk restoran. Bersamaan dengan itu, sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di belakang mobil yang hendak membawa Joohyun kembali ke rumah. "Selamat siang Presdir, maaf saya terlambat." Pria paruh baya yang sudah berada di dalam mobil itu menarik sudut bibirnya keatas, tersenyum pada pria bersetelan berwarna maroon yang baru saja keluar dari mobil tadi dan bergabung di sana. "Kau memiliki alasan yang tepat atas keterlambatanmu Direktur Kim. Itu bukan masalah." Jongin yang tengah menundukkan kepala dengan tangan yang menyilang di depan tubuh, mengangkat sedikit kepalanya guna menatap Joohyun, "Presdir sudah mau pulang?" Membuat pria paruh baya itu melirik sejenak pada Myungsoo yang berdiri di samping Jongin. "Anakku yang menyuruhku pulang dan beristirahat. Katanya dia yang akan disini sampai pertemuannya selesai." Jongin tersenyum, ikut melirik Myungsoo sejenak. "Baiklah. Hati-hati di jalan Presdir, juga sekretaris Yoo." Myungsoo hanya diam menatap mobil sang ayah yang sudah keluar ke jalan raya, sementara Jongin menundukkan badannya tanda hormat. Setelah kembali menegakkan badannya, Jongin menatap pria di sampingnya dengan senyum jahilnya. "Kau gila?" Myungsoo berbalik dan melangkah memasuki restoran kembali setelahnya. Pria yang ditinggal tertawa pelan, mengikuti pria lainnya dengan langkah cepat. "Kau mau duduk di kursi ayahmu?" Berkata demikian, setelah meletakkan tangannya di atas bahu Myungsoo. "Tidak. Kau saja." Decakan terdengar kini dari mulut Jongin, "Kan kau disini untuk menggantikan ayahmu, bagaimana kau ini?" Yang ditanya hanya mengangkat bahunya dengan gerakan cepat.

LanternTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang