Pena itu sedikit menggelinding di atas lembar putih penuh cetak tulisan yang di beberapa bagiannya tertempel kertas kecil berisi catatan ketika Sooji melepasnya begitu saja. Dengan tangan yang sama, wanita itu memijat pelipisnya. Matanya terpejam dan di saat bersamaan ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk. Tak nampak raut wajah yang berarti ketika Sooji membuka pesan berisi sebuah foto yang menampilkan seorang pria dengan mata terpejam dan raut wajah yang tak menggambarkan apa pun tengah menyandarkan kepalanya pada dada seorang wanita yang hanya berbalutkan bra berwarna hitam itu. Wanita itu kembali meraih pena yang dilepas begitu saja tadi setelah menekan tombol kecil di sisian ponsel dan melepaskan benda itu di atas meja kembali. Matanya fokus pada deretan tulisan itu lagi. Ketika hendak meraih kertas kecil berwarna kuning untuk ditempelkan di atas kertas putih yang tengah ditekuninya, benda pipih itu kembali berbunyi. Lebih lama kali ini, sebuah panggilan.
"Kau belum pulang?" Pendengarannya langsung menangkap suara seorang wanita dari seberang. "Ya, sebentar lagi." Ia mengapit ponselnya di antara telinga juga bahu, dengan memiringkan kepala. Kedua tangannya kembali bergerak menempel serta menulis beberapa kalimat di atas kertas kuning itu. "Kau tidak akan lemburkan?" Desahan terdengar dari mulutnya. Tangan kirinya meraih ponsel yang diapit oleh bahu dan telinga sebelah kanan, memindahkannya ke telinga sebelah kiri. "Tidak Soojung. Aku'kan bilang akan pulang sebentar lagi." Punggung yang tadinya tegak itu, kini disandarkan pada sandaran kursi. "Pulang sekarang saja. Jongin sudah disini menjemputku. Biar kami antar." Tangan kanan Sooji bergerak melepas kacamatanya. "Tanggung. Ini sedikit lagi selesai. Kalian duluan saja." Ada hembusan nafas berat yang terdengar dari Soojung di seberang. "Ayolah Ji, daripada kau pulang nanti yang ada tinggal taksi yang bayarannya mahal, jauh lebih baik tumpangan gratis." Sooji memejamkan matanya sembari menarik dan menghembuskan nafas lebih kuat beberapa kali. "Ya sudah, tunggu sebentar."
***
"Masih tentang ibumu?"
"Hm?" Dengan gerakan tiba-tiba juga kedua alis yang terangkat Sooji mengalihkan perhatiannya dari jalan yang masih cukup ramai itu pada Soojung yang duduk di depan samping Jongin yang mengemudi. Wanita itu tengah membalikkan tubuhnya agar bisa menghadap Sooji. Senyum kecil dan kepala tertunduk tak banyak memberi jawab untuk pertanyaan Soojung. "Ada hal lain yang mengganggumu?" Wanita yang mendapat pertanyaan itu mengangkat kepalanya, mempertemukan tatapan mata keduanya. "Mungkin aku akan mengunjungi mereka akhir pekan ini." Soojung mengangguk. "Butuh tumpangan?" Satu-satunya pria yang sedari tadi hanya diam, membuka suaranya kini. Sooji menggeleng dengan kedua sudut bibir terangkat, "Tidak perlu." Mengundang desisan dari wanita yang duduk di kursi penumpang depan, samping pengemudi. "Kenapa?" Kepalanya menggeleng lagi, "Aku tahu kalian si - "
"Itu akhir pekan Sooji. Sibuk apanya?"
"Aku bisa sendiri. Lagi pula tidak jauh juga." Soojung memutar bola matanya, nampak jengah mendengar penuturan wanita itu. Tubuhnya dibalik kembali menghadap ke depan.
***
Mata pria dengan pakaian khas pelayan club itu melebar sempurna bersamaan dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Dengan gerakan cepat ia melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu, melepaskan pegangan pada gagang pintu yang baru dibukanya. Ia merampas ponsel yang tengah di pegang wanita yang berbaring di sofa bersama seorang pria yang nampak tak sadar. Ponsel itu terlihat sedang merekam, membuat video. Tanpa menghiraukan raut wajah yang nampak kesal dari wanita yang sudah berdiri itu, sang pelayan menggerakkan jemarinya untuk menghapus rekaman video tersebut. "Saya mohon anda keluar sekarang nona." Wanita yang hanya mengenakan bra sebagai atasan dan celana jins panjangnya nenghentakkan kakinya dan menatap tajam pria yang tengah menepuk-nepuk pelan pipi Myungsoo guna menyadarkan pria itu setelah mengembalikan ponselnya, menunjuk pintu keluar dan membungkuk hormat padanya. "Apa hakmu menyuruhku keluar?" Pria itu kembali menegakkan badannya. "Ini adalah ruangan bos saya. Dan saya yakin bahwa yang anda lakukan tadi itu tanpa persetujuan dari beliau. Jadi saya mohon anda keluar sekarang nona." Matanya menatap tepat pada mata wanita itu sembari tangan kanannya kembali menunjuk pintu yang sedikit terbuka. "Akan kupastikan kau dipecat!" Meraih jacket-nya kemudian yang diletakkan di atas meja kecil di samping sofa dan berlalu dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantern
FanficKeegoisan dan masa bodoh membawanya pada pilihan hidup yang dia sendiri meragukannya, namun tetap menjalaninya. Sampai kedatangan seseorang seolah membawa cahaya dalam hidupnya dan membuat dia meyakini apa yang dia ragukan. -Aku rasa sebutan itu tep...