"Bisahkah kau tidak mengelolah club malam lagi?"
Myungsoo menatap lekat kedua bola mata wanita dalam pelukannya yang baru saja berucap. Tangan kanannya terangkat menyentuh pipi Sooji dan mengusapnya pelan dengan jari jempol. Wajah Myungsoo perlahan mendekat, kembali mempertemukan belah bibir keduanya. Sang pria mengecup tak lama dan penuh kelembutan bibir Sooji yang nampak menikmati perlakuan itu. Ia memejamkan matanya dan membukanya kembali ketika Myungsoo sudah menjauhkan wajahnya kemudian berucap "akan kulakukan." Dengan anggukan kepala samar.
Kedua sudut bibir Sooji tertarik ke atas membentuk senyuman. Dengan tangan yang sebelumnya menyentuh sisian pinggang Myungsoo, ia kembali melingkari pinggang sang pria. Wanita itu pun kembali membawa tubuhnya merapat pada tubuh Myungsoo dan menyandarkan kepalanya di dada berbalut kemeja itu. "Terimakasih."
"Untuk apa?" Sembari berkata demikian, Myungsoo menggerakkan tangan kirinya melingkari punggung Sooji sementara tangan yang lain mengusap sisa-sisa air mata di pipi sang wanita.
"Untuk mencintaiku."
Sang pria tersenyum, mengecup beberapa kali puncak kepala Sooji dan membawa tubuh keduanya bersandar nyaman pada sandaran sofa, lantas berucap "Apa sekarang kita sudah resmi?" Yang mengundang tawa kecil dari wanita yang tengah bersandar pada dadanya. Dan setelah mendapat jawaban lewat anggukan kepala dari Sooji, senyuman Myungsoo kian lebar.
Namun, hal itu tak bertahan lama ketika Sooji menarik diri dari dekapannya dan beralih menatap lekat sang pria. "Kau belum makan malam?" Membuat Myungsoo melarikan pandangannya dari wanita di hadapannya dan mengusap tengkuknya. "Aku lupa."
"Aku takut kau keburu tidur sebelum aku sampai ke sini. Jadi - " Pria itu tidak melanjutkan ucapannya kala mendapati Sooji tengah menatapnya khawatir kini. "Maaf."
"Aku akan memasak sesuatu untukmu." Setelah berucap demikian, wanita itu beranjak dari sofa menuju dapur. Melihat hal itu, Myungsoo kemudian menunduk menatap perutnya dan menepuknya pelan sembari berujar "kenapa lagi-lagi kau bersuara di saat yang tidak tepat?!" Dengan suara kecil yang tentunya hanya dapat didengar olehnya sendiri.
***
Gelas kaca yang tadinya kosong itu kini terisi penuh dengan air tak berwarna. Sooji lalu mendorongnya pelan ke sisi lain meja, lebih dekat pada Myungsoo yang duduk tepat di hadapannya tengah menikmati nasi dan telur gulung serta beberapa menu pelengkap lain. Sooji hanya memasak telur gulung untuk Myungsoo tadi, sementara menu pelengkap yang lain memang sudah ada sebelumnya. Semua itu hanya tinggal dipanaskan saja oleh wanita itu.
Tak ada yang bersuara di antara keduanya selama Myungsoo menyantap makanannya. Sooji hanya diam memerhatikan bagaimana pria itu begitu lahap memakan makanan buatannya, dan Myungsoo yang nampak benar-benar fokus dengan makanannya. Sampai suapan terakhir dan pria itu beralih meraih gelas yang tadi disodorkan oleh Sooji, lantas meneguk hingga tandas cairan di dalamnya. Ia tersenyum pada wanita yang tengah duduk di hadapannya setelah sebelumnya meletakkan kembali gelas yang sudah kosong itu di atas meja dan berujar "Masakanmu enak. Aku ingin tambah, tapi sudah kenyang." Dengan tangan yang mengusap perutnya. Sooji tertawa kecil, "Itu pujian atau hiburan?" Meraih piring dan gelas kosong bekas Myungsoo dan membawanya menuju wastafel.
"Tentu saja pujian. Aku tidak mengatakan sesuatu hanya untuk menghibur orang." Myungsoo menjawab seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan melipat kedua lengan di dada. Matanya menatap lurus punggung Sooji yang tengah mencuci piring.
Sooji tertawa tanpa suara dan mengangguk samar. Wanita itu telah selesai dengan piring kotornya ketika "Sooji," pria di belakangnya memanggil.
Ia berbalik setelah sebelumnya mengeringkan tangan dengan kain lap yang sudah dikembalikan ke tempat semula. "Ya" menemukan Myungsoo masih menempati tempat yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantern
FanfictionKeegoisan dan masa bodoh membawanya pada pilihan hidup yang dia sendiri meragukannya, namun tetap menjalaninya. Sampai kedatangan seseorang seolah membawa cahaya dalam hidupnya dan membuat dia meyakini apa yang dia ragukan. -Aku rasa sebutan itu tep...