Tatapan matanya tak lepas dari wanita di sampingnya, wanita yang masih setia menundukkan kepalanya. Terlihat jelas bagaimana pipi itu masih belum sepenuhnya mengering karena tetesan air mata, bagaimana jari-jari itu masih saling meremas satu sama lain dan bagaimana sebagian dari rambutnya kini jatuh menutupi wajah wanita itu dari pandangannya. Tangan kanannya bergerak lagi, terulur meraih rambut-rambut itu dan menyelipkannya di belakang telinga. "Kau tak ingin memberitahuku alasannya?" Sooji bergeming mendengar pertanyaan yang dilontarkan Myungsoo padanya. "Mau aku yang menebak saja?" Pertanyaan itu mendapat tanggapan kali ini, gelengan kepala yang tak kentara. "Lalu?" Sooji mengangkat kepalanya secara tiba-tiba, menghapus jejak-jejak air mata di pipi dan berujar "aku hanya tidak ingin merasa kesal lebih jauh dari ini." Dengan senyum yang nampak terpaksa. Myungsoo tertegun, selain tatapan yang tak lepas dari Sooji, pria itu tak berucap apa pun bahkan sampai "kita mungkin tak akan bertemu selama dua minggu ke depan. Aku harus mengunjungi orang tua-ku" wanita itu berucap lagi dengan senyum tulus kini. Bahkan ketika, "aku harus pergi Myungsoo. Sampai bertemu lagi." Sooji melirik jam di pergelangan tangannya sekilas dan beranjak dari tempat duduknya, pria itu masih tak berkata apa pun. Myungsoo hanya menatap pilu wanita yang mulai menjauh.
***
"Anda yakin Presdir?" Sekretaris Yoo memandang penuh kekhawatiran pada Joohyun yang tengah menggulirkan matanya memerhatikan buku-buku dalam rak besar di hadapannya. "Tentu saja, aku sudah berkonsultasi dengan dokter Ji. Kau tahu itu." Pria paruh baya itu menunjuk salah satu buku yang terdapat di laci keempat dan langsung diraih oleh pria lainnya di sana dengan setelan yang sama seperti sekretaris Yoo. "Tapi Presdir," sang sekretaris tak melanjutkan ketika Joohyun berbalik dan "aku akan baik-baik saja, Beomsoo" berujar dengan senyum hangatnya. Yoo Beomsoo membuang nafasnya berat. "Bagaimana dengan tuan Kim, anda sudah bicara dengannya?" Joohyun yang tadinya tengah membaca cover buku yang baru saja didapatnya, mendongak kini mempertemukan pandangannya dengan pria di hadapannya, "aku akan bicara dengannya." Kembali memfokuskan diri pada buku dalam genggamannya kemudian. Sekretaris Yoo memijat kecil pelipisnya, "Direktur Kim mungkin tak akan nyaman jika anda juga pergi." Berujar tanpa menatap Joohyun yang sudah nampak asik dengan setiap cetak tulisan itu. "Bukankah dia harusnya senang? Jadi ada yang menemaninya bukan?"
"Tidak dengan keadaan anda yang sekarang, Presdir."
Joohyun menutup buku yang cukup tebal itu, tersenyum ke arah pria yang kembali menatapnya dengan gurat kecemasan "kalau kau terus-menerus khawatir dan memunculkan pikiran-pikiran negatif, aku yakin pasti hal-hal itu yang akan terjadi. Cobalah untuk berpikir positif dan doa'kan perjalanan kami besok juga segala urusan disana nanti."
***
Dengan tangan kanan yang sesekali mengusap wajah sampai tengkuknya, Myungsoo berjalan melewati pintu masuk utama rumah yang tidak tertutup kini. Pria itu beberapa kali menekan tengkuknya dan memutar lehernya perlahan. "Baru pulang nak?" Ia hampir menggapai anak tangga pertama ketika mendapati Joohyun tengah mendorong kursi rodanya keluar dari ruang kerja pria paruh baya itu. "Iya ayah." Kening pria di atas kursi roda itu semakin mengerut memandang Myungsoo, "kau belum tidur lagi?" Yang lebih muda tersenyum, "aku tidur tadi sebelum keluar rumah. Aku hanya lelah." Berujar demikian sembari membawa langkahnya mendekat pada sang ayah. "Ayah sudah makan siang?" Joohyun mengangguk diikuti "Ya. Kau makan di luar?" Myungsoo mengulum bibirnya dan mengangguk, menggulirkan bola matanya ke kiri. "Kalau begitu aku ke kamar, ayah."
"Kau ada masalah?"
Myungsoo menggeleng masih dengan bibir yang dikulum, "aku hanya lelah." Mengutarakan kalimatnya tanpa membalas tatapan lekat pria paruh baya di hadapannya.
"Ayah ingin mengatakan sesuatu."
Myungsoo menatap ayahnya kini, "bisakah nanti saja? Aku ingin tidur sebentar sebelum bekerja malam ini." Joohyun mengangguk, "baiklah. Kau harus istirahat yang cukup." Setelah mendengar itu, Myungsoo berbalik kembali menuju tangga untuk mencapai lantai dua dimana kamar pria itu berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantern
Hayran KurguKeegoisan dan masa bodoh membawanya pada pilihan hidup yang dia sendiri meragukannya, namun tetap menjalaninya. Sampai kedatangan seseorang seolah membawa cahaya dalam hidupnya dan membuat dia meyakini apa yang dia ragukan. -Aku rasa sebutan itu tep...