"Kau tidak ingin makan siang?"
Soojung nampak terkejut setelah matanya menangkap Minhyuk yang sudah menempatkan diri di hadapannya sembari berucap demikian. Wanita itu tersenyum tipis dan menggeleng, "sedang tidak lapar."
Pria yang tadinya berdiri di hadapannya, menghalangi pemandangan taman di luar jendela kaca besar itu, kini bergerak pelan mendaratkan diri pada sofa tanpa sandaran yang sama dengan yang ditempati Soojung. "Bagaimana kabarmu?" Wanita dengan rambut hitam panjang yang diikat satu itu mengerutkan kening setelah kalimat tanya itu terdengar dari mulut sang pria, menanggapi "sunbae seperti baru bertemu denganku setelah beberapa waktu." Kemudian sembari menatap lekat sang pria, Kang Minhyuk yang tengah menatap keluar jendela.
Memalingkan wajah dan membalas tatapan Soojung, "aku bahkan belum pernah bertemu dengannya. Hatimu, bagaimana kabarnya?" Minhyuk berujar dengan tatapan lekat itu. Soojung memalingkan wajahnya kemudian, bergerak gelisah selama beberapa detik dan beranjak dari sofa. "Aku tiba-tiba merasa lapar. Apa sunbae sudah makan siang?" Minhyuk tak menjawab, malah ikut beranjak dan berdiri tepat di hadapan Soojung. Sang pria memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan "ya, aku sudah makan tadi." Berucap demikian membuat Soojung menggulirkan matanya ke kiri, "baiklah kalau begitu. Aku makan siang dulu, sampai bertemu nanti sunbae." Hendak berjalan menjauhi Minhyuk, namun gerakannya terhenti kala sang pria menggenggam tangan kanannya. "Beritahu aku, jika hatimu sudah siap menerima orang baru. Aku akan menunggu."
***
Sooji tidak pergi bekerja hari ini. Sang wanita memilih tinggal di apartementnya dan melakukan beberapa hal, seperti merapihkan lemari pakaian dan isi kulkasnya yang jarang bisa dilakukan karena pekerjaan sang wanita. Sampai akhirnya, "Jadi, apa yang membuatmu tidak pergi bekerja hari ini?" Myungsoo menelepon dan menanyakan hal itu setelah mengetahui bahwa Sooji tidak pergi bekerja lewat pesan singkat sang wanita tadi pagi. Pria itu sudah tidak menginap di apartement Sooji lagi setelah ditetapkan sebagai Direktur Utama di perusahaan keluarganya. Dan lagi, hal itu terjadi atas permintaan Sooji yang mengatakan bahwa jarak rumah Myungsoo dengan kantornya lebih dekat dibanding jarak apartement Sooji dengan gedung besar itu. Itu akan lebih memudahkan sang pria dengan tetap tinggal di rumah bersama Joohyun, ayahnya.
"Aku hanya ingin membereskan beberapa hal di apartement." Sooji menjawab setelah menempatkan dirinya pada salah satu kursi yang menghadap meja makan.
"Bukankah kau bisa melakukannya di akhir pekan?" Wanita itu menunduk sembari memainkan lipatan kaos berwarna kuning yang ia kenanakan. Ia nampak ragu, namun tetap berujar "aku hanya ingin melakukannya hari ini, lagi pula pekerjaan di kantor juga sudah kubereskan sebagian besarnya." Terdengar helaan nafas di seberang telefon setelah Sooji selesai dengan kalimatnya. "Aku akan ke sana setelah pekerjaanku selesai." Wanita itu menggigit bibirnya kemudian "tapi Myungsoo,"
"Apa?"
Ada jedah beberapa detik sampai Sooji menggelengkan kepalanya dan berucap "bukan apa-apa. Lanjutkan saja pekerjaanmu."
"Baiklah. Sampai nanti."
"Hm."
***
"Jangan membodohiku Sooji. Kau pikir aku tidak tahu kelakuanmu hah?" Soojung memasang wajah jengahnya, sementara Sooji tidak mengalihkan perhatiannya dari televisi yang tengah menampilkan iklan. "Sooji.." setelah berujar demikian, Soojung meraih remot televisi yang ada di atas meja kopi di hadapan keduanya dan menekan salah satu tombol di sana sampai layar televisi menjadi gelap kini. Wanita lainnya menghembuskan nafas cukup keras lewat mulut, beralih menatap Soojung. "Apa yang mengganggumu?" Sooji menggeleng, menanggapi pertanyaan wanita di sampingnya yang tengah mengerutkan kening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantern
FanfictionKeegoisan dan masa bodoh membawanya pada pilihan hidup yang dia sendiri meragukannya, namun tetap menjalaninya. Sampai kedatangan seseorang seolah membawa cahaya dalam hidupnya dan membuat dia meyakini apa yang dia ragukan. -Aku rasa sebutan itu tep...