Mata itu berbinar menatap Myungsoo yang tengah duduk di hadapannya. Air mata membendung kini, nampak siap tumpah. Namun, sudut-sudut bibir Joohyun tertarik ke atas. Pria paruh baya itu terharu.
"Kau bersungguh-sungguh?"
Myungsoo mengangguk sebagai jawaban dibarengi "Ya." Pria yang tengah duduk dengan punggung tegap juga kedua tangan yang berada di atas lutut itu berucap pelan. Mengundang senyum yang kian lebar di bibir Joohyun.
Myungsoo melanjutkan, "aku tidak ingin apa yang sudah diperjuangkan Jongin nantinya diambil alih oleh orang lain yang bisa saja akan menyalahgunakannya." Masih sama, pria itu berujar pelan namun hal itu jelas tak dapat menutupi ketegasan di kedua binar matanya yang tengah menatap lurus sang ayah.
Dengan air mata yang membendung serta senyum yang terkulum kini, Joohyun menganggukan kepala beberapa kali lantas berujar "Ayah akan memberitahu para pemegang saham tentang ini." Dan tertawa kecil kemudian masih dengan tatapan lekatnya pada Myungsoo yang kini sudah mengalihkan pandangannya pada meja kaca yang memisahkan keduanya. "Rapatnya besok pagi. Kau bisa hadirkan?" Pria paruh baya itu berujar yang langsung ditanggapi dengan "Ya." Oleh sang anak.
***
"Bukankah besok pagi kau harus menghadiri rapat?" Sooji berucap seraya memerhatikan pria yang baru saja menekan sesuatu pada layar ponsel guna memutus panggilan. Myungsoo mengangguk "Hmm, ini tidak akan lama. Aku akan kembali sebelum tengah malam." Berujar setelah memasukan ponselnya ke dalam saku celana yang dikenakan. Pria itu beranjak dari bibir kasur yang didudukinya, berjalan mendekati Sooji yang tengah berdiri dengan bersandar pada tiang pintu kemudian. "Memangnya harus pergi?" Sang wanita menegakkan tubuh sesaat setelah Myungsoo sampai di hadapannya dan meraih kedua tangannya. Pria itu mengangguk, "Aku sudah beberapa hari tidak mengecek ke sana. Hanya ingin memeriksa beberapa hal." Berujar demikian sembari mengusap punggung tangan Sooji dengan jari jempol serta tatapan yang saling beradu dengan wanita dalam balutan kemeja berwarna hitam itu.
Myungsoo melepaskan satu tangan Sooji yang digenggamnya, mengangkat tangannya yang bebas itu kini dan mengusap puncak kepala wanita itu. "Tidak akan lewat tengah malam Sooji. Aku harus rapat besok pagi, kan?" Kedua alis pria itu terangkat. Sooji menarik sebelah tangannya yang masih digenggam oleh Myungsoo, beralih melingkarkan kedua tangannya pada pinggang pria itu kemudian. Wanita itu menyandarkan kepalanya pada dada bidang pria yang kini juga sudah melingkarkan kedua tangannya balas memeluk. Myungsoo mengusap belakang kepala Sooji pelan.
"Kau akan pulang sebelum tengah malam?"
Myungsoo mengangguk.
"Tanpa bau alkohol?"
Myungsoo mengangguk lagi.
"Janji?" Sooji bertanya lagi, sudah mengangkat kepalanya dan menatap Myungsoo kini. Pria itu tersenyum kala tatapan keduanya bertemu. "Iya Sooji, aku janji." Berujar demikian dengan kedua tangan kini menangkup kedua sisi kepala Sooji, lantas mengecup kening wanita itu gemas.
***
Gelas kaca yang tadinya kosong kini terisi penuh dengan cairan yang nampak sedikit berbuih. Benda itu kini berpindah tangan pada seorang wanita dengan cat kuku berwarna biru yang tengah duduk di depan meja bar.
"Sepertinya sudah lama aku tidak melihatmu."
Myungsoo tersenyum, menjawab "belum lama. Baru beberapa hari aku tidak datang." Kemudian sembari meraih beberapa gelas kosong bekas pelanggan di atas meja. Wanita di hadapannya mengangguk, "kau punya pekerjaan lain?" Lanjut mengajukan pertanyaan yang hanya ditanggapi dengan senyuman serta gelengan kepala kecil dari Myungsoo.
"Lalu, apa yang kau lakukan?"
Sembari mengangkut beberapa gelas yang sudah kosong dari atas meja bar, "hanya mengurus beberapa hal." Pria itu menjawab tanpa menatap sang lawan bicara. "Kau bisa bilang padanya kalau ingin lagi, aku harus ke sebelah sana dulu." Menunjuk seorang wanita dengan pakaian khas tak jauh dari posisinya berdiri, Myungsoo berujar pada wanita yang tengah menatap lekat dirinya.
"Kau sudah punya kekasih?"
"Myungsoo."
Pergerakan mulut Myungsoo terhenti sesaat setelah suara itu mengalun. Tidak terlalu kuat kedengaran karena musik di dalam ruangan itu. "Sooji?" Wanita dengan sweater hitam berjalan mendekati meja. Berdiri dengan jarak dua langkah dari wanita dengan cat kuku berwarna biru serta rambut panjang bergelombang tergerai yang kini tengah menatapnya, nampak menilai.
"Kenapa menyusul?" Myungsoo bertanya seraya berjalan memutar guna keluar dari balik meja bar, setelah sebelumnya berhasil meletakkan beberapa gelas kaca di atas meja tepat di belakangnya. "Aku bosan." Sooji berujar nampak sedikit ragu setelah sang pria berdiri di hadapannya. Keduanya sontak memalingkan wajah sesaat setelah dehaman cukup kuat terdengar dari wanita lainnya. "Silahkan nikmati minumannya. Aku tinggal dulu." Setelah berucap demikian, Myungsoo meraih tangan Sooji dan menuntun sang wanita menuju pintu di sudut ruangan meninggalkan wanita yang masih setia duduk di depan meja bar tengah memasang wajah masamnya kini.
***
"Kau mau minum?" Sooji menanggapi pertanyaan Myungsoo dengan gelengan kepala sembari tetap fokus pada kegiatannya mengamati ruangan dengan dinding berwarna cokelat itu. "Kenapa tidak bilang kalau mau kesini?" Sang wanita berbalik, lantas menyunggingkan senyumannya. Myungsoo jelas tertular senyum itu. Sang pria mendekat, meraih tangan Sooji dan menggenggamnya tidak terlalu erat. "Kalau tidak mau minum. Apa kau masih mau disini? Atau kita pulang saja?" Hal itu berhasil mengundang tatapan berbinar dari wanita yang kini sudah membalas genggaman tangan Myungsoo. "Sungguh?" Pria itu terkekeh, berujar "jadi kau kesini untuk mengajak aku pulang begitu?" Dengan mata yang kini tengah memerhatikan wanita yang sudah melarikan pandangannya dari sang pria. Jelas tak ingin bertemu tatap. Myungsoo tersenyum, mengelus puncak kepala Sooji seraya berujar "ya sudah. Ayo pulang."
***
"Anakku, Kim Myungsoo akan mencalonkan diri sebagai Direktur Utama, menggantikan mendiang Direktur Kim Jongin." Ruangan yang cukup besar itu mendadak riuh setelahnya dengan suara para direktur yang memang belum mengetahui perihal itu. Namun, Joohyun tetap melanjutkan "Jadi, kalian bisa memilih dari para Direktur yang ada juga Kim Myungsoo sekarang." Membawa pandangannya pada Myungsoo yang tengah duduk di salah satu kursi di baris kedua, tidak menghadap meja yang sama dengan para pemegang saham juga sang ayah. Dan ruangan itu seketika hening kembali, sementara ketegangan di wajah sang pria semakin menjadi. "Mari kita mulai mengumpulkan suara."
"Kami sepakat memilih tuan Kim Myungsoo, Presdir."
Mulut pria paruh baya yang baru saja selesai menggumamkan kalimat mengajak itu kini membulat. Matanya menatap sedikit tak percaya pria bersetelan yang duduk tak jauh darinya, yang baru saja berujar dengan suara tegas.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantern
FanficKeegoisan dan masa bodoh membawanya pada pilihan hidup yang dia sendiri meragukannya, namun tetap menjalaninya. Sampai kedatangan seseorang seolah membawa cahaya dalam hidupnya dan membuat dia meyakini apa yang dia ragukan. -Aku rasa sebutan itu tep...