Lembaran 12

227 44 1
                                    

"Apakah tempatmu menyediakan kamar?" Wanita dengan kaos tanpa lengan berwarna merah yang melekat di tubuh juga rok hitam yang hanya menutupi sebagian pahanya itu menahan tangan Myungsoo yang baru saja menyodorkan segelas wine padanya. Myungsoo tersenyum, nampak tak mempermasalahkan tangannya yang di elus pelan. "Tidak." Wanita itu menggigit bibir bawah berwarna merahnya. "Sayang sekali." Ia menarik pelan tangan Myungsoo, menggenggamnya dengan kedua tangan. Ia tersenyum, penuh arti "Bagaimana kalau di tempatku?" Sudut bibir Myungsoo semakin tertarik ke atas, "Aku - "

"Bisakah kalian membicarakan hal itu nanti saja? Kami ingin minum." Myungsoo mengalihkan pandangannya pada sumber suara. Matanya melebar, dengan perlahan menarik tangannya dari genggaman wanita di hadapannya. Raut wajah itu tak berlangsung lama, digantikan dengan senyuman yang memperlihatkan lekukan di pipinya itu. "Kapan kalian sampai?" Matanya terarah pada salah satu wanita yang berdiri sedikit di belakang pria dan wanita yang sudah menempatkan diri di kursi depan meja bar, tak jauh dari wanita dengan rok mini tadi. "Saat kau tengah menikmati elusan di tanganmu." Pria yang baru saja menempati tempat duduk itu melirik sejenak pada wanita yang sudah meneguk minumannya sampai tersisa setengah, masih dengan senyuman dan tatapannya pada Myungsoo. Pandangan Myungsoo belum berpindah, masih tertuju pada wanita yang tengah tersenyum tipis padanya sembari mengarahkan diri untuk menempati salah satu kursi di sana, tepat di samping wanita yang datang bersamanya tadi. "Kau hanya akan memandangi Sooji?" Wanita lainnya yang berujar. Membuat Myungsoo memutar badannya cepat dan meraih gelas di sana. Dua orang pria dan wanita yang baru saja tiba disana, Jongin dan Soojung tertawa, namun teredam alunan musik yang kuat sehingga tak terdengar oleh Myungsoo yang sementara menuangkan minuman untuk mereka. Sementara Sooji mengulum senyum tipisnya.

***

Mata Sooji terpejam, menikmati angin malam yang menerpa wajahnya. Wanita itu tersenyum, dan seolah menular, pria di sampingnya pun ikut tersenyum memerhatikan Sooji. "Apa kau selalu begitu?" Mata Sooji terbuka, memalingkan wajah lantas berhadapan dengan Myungsoo dengan kedua alis yang terangkat juga mata yang sedikit melebar. "Begitu menikmati setiap hal dan kesempatan." Myungsoo menatap lekat wanita yang tengah tersenyum di sampingnya. "Kau pernah dengar? Sesuatu akan terasa berharga saat kau telah kehilangannya." Myungsoo mengangguk, "Aku hanya tidak ingin menyesal. Aku tidak suka, rasa menyesal." Pria itu memutar kepalanya, menghadap ke depan, memerhatikan gedung-gedung besar dan tinggi dengan lampu-lampunya juga jalanan Seoul yang masih sangat ramai oleh kendaraan juga para pejalan kaki. "Aku membelinya tiga tahun yang lalu."

"Hm?"

Myungsoo menghembuskan nafas lewat mulut, "Tempat ini. Aku membelinya tiga tahun yang lalu." Sooji diam, selain menatap lekat pria di sampingnya dengan kerutan halus di keningnya, wanita itu tak melakukan apapun. "Tepat setelah ibuku meninggal." Myungsoo tertunduk, senyumnya nampak miris. "Aku tidak bisa menemukan alasan yang tepat selain, pelarian. Tempat ini, juga pekerjaanku disini, mungkin hanya sebuah pelarian." Pria itu membalas tatapan Sooji, "Berbeda denganmu yang memiliki alasan atas pilihanmu." Sooji tersenyum, "Kenapa tiba-tiba?" Myungsoo menghadap Sooji sepenuhnya, "Aku hanya tidak ingin menyesal." Wanita di hadapannya melakukan hal yang sama, menghadap sepenuhnya pada Myungsoo. "Apakah 'tidak ingin menyesal' juga akan membuatmu melepaskannya? Pelarianmu. Pekerjaanmu, juga tempat ini?" Kepalanya tertunduk, "Apakah melepaskannya tidak akan membuatku menyesal?" Sooji tersenyum, tangan kanannya terangkat menyentuh lengan kemeja Myungsoo yang digulung hingga ke siku, ia mengapit sedikit kain itu dengan ujung jari jempol dan telunjuknya. "Entah mengapa, aku sangat yakin bahwa kau memiliki pilihan yang jauh lebih baik." Pria itu mengangkat kepalanya kembali, menatap lekat ke dalam bola mata Sooji. "Hanya saja kau belum meyakininya."

***

"Terimakasih." Myungsoo tersenyum dan mengangguk menatap Sooji. "Hati-hati kembalinya nanti." Senyum pria itu semakin lebar, "Iya" Sooji menaruh pandangannya pada jemari tangannya di atas paha yang tengah ia mainkan, seketika wanita itu menatap Myungsoo dan "Aku masuk dulu kalau begitu." Sooji hendak mendorong pintu mobil ketika Myungsoo berujar "Mau jalan-jalan denganku akhir pekan ini?" Membuat wanita itu berbalik memandang Myungsoo dengan mulut yang sedikit terbuka. Sooji tersenyum, "Mau." Kepalanya mengangguk beberapa kali, nampak antusias. Pria di sampingnya tertawa, mengacak tak terlalu kuat rambut Sooji dengan tangan kanan. Keduanya terdiam kemudian, sampai batuk pelan Myungsoo membuat keduanya mengalihkan pandangan mereka masing-masing. Sang pria mengusap ujung hidungnya, sementara sang wanita menyentuh daun telinganya. "Aku masuk." Myungsoo mengangguk, "Aku akan menghubungimu."

LanternTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang