"Sudah berapa lama?" Soojung melipat tangannya di dada, memandang wanita di sampingnya dengan kening yang mengerut "Kurang lebih dua minggu" Yang ditatap hanya memutar-mutar gelas yang sudah kosong itu di atas meja. "Wah, dan aku tidak tahu apapun?" Mengurai tangannya, meletakkan tangan kanan di atas meja dan tangan kiri di atas lutut, sedikit menghadapkan tubuhnya pada wanita yang hanya menatap gelas kosong yang sedikit basah itu. Mendengar kalimat tanya yang lebih terdengar seperti pernyataan menyindir itu, Sooji berdecak "Ini baru dua minggu, dan baru sekali tadi juga kami jalan-jalan. Jangan berlebihan." Soojung mengalihkan kepalanya, kembali menghadap lurus ke depan dimana terdapat meja bar dengan beberapa orang pengunjung di depannya yang didominasi oleh wanita dan beberapa orang pria serta tiga orang pria dengan model pakaian yang hampir sama di balik meja itu. Pandangannya terarah pada seorang pria yang sempat bergabung bersama mereka beberapa saat yang lalu, "Apa dia menyukaimu?" Wanita itu tidak mengalihkan pandangannya dari sana membuat Sooji mendongak dan menatap lawan bicaranya, "Mana aku tahu" Suaranya terdengar ragu meski cukup kuat demi melawan alunan musik di ruangan itu. Soojung menatap wanita yang sudah menundukkan kepala itu kini, "Kau tidak bertanya?" Sooji kembali mengangkat kepalanya dengan alis yang hampir menyatu, "Apa kau tidak waras?" Soojung mengangkat sedikit bahunya kemudian menurunkannya lagi dengan gerakan santai. "Kau dengan mulut yang tidak bisa dikontrol itu, membuat aku berpikir bahwa kau sudah menanyakan hal itu padanya." Sooji memutar bola matanya, "Aku masih cukup tahu malu untuk tidak melakukan itu, asal kau tahu." Membuat Soojung tertawa kemudian, dan ia mendengus sebal.
***
Myungsoo terengah di sela-sela usahanya meraih gagang pintu untuk keluar dari club setelah beberapa menit yang lalu menemukan sebuah pesan dari Sooji yang mengatakan bahwa wanita itu dan Soojung akan pulang. Tepat saat pria itu tengah berada di ruangan pribadinya saat pesan itu masuk ke ponselnya. "Mau kuantar?" Ia berujar setelah menempatkan diri di belakang dua wanita yang hampir melangkah menjauh dari tempat itu. Keduanya berbalik kemudian dengan raut wajah yang nampak sedikit terkejut memandang Myungsoo, "Tidak perlu, kau masih harus bekerja juga kan?" Pria itu mengulum senyum mendengar perkataan Sooji. "Aku bisa mempercayakan itu pada yang lain. Lagi pula ini sudah larut, tidak aman jika kalian hanya pulang berdua menggunakan kendaraan umum." Kedua wanita itu menatap satu sama lain, Soojung mengangguk setelah menangkap maksud Sooji yang menaikkan kedua alisnya. Tersenyum pada pria di hadapannya, "Baiklah" Sooji berujar kemudian. "Aku ambil kunci mobil sebentar." Keduanya mengangguk bersamaan mendengar perkataan sang pria. "Aku rasa dia memang menyukaimu" Soojung berucap setelah pamit Myungsoo. "Bagaimana bisa kau mengambil kesimpulan sendiri begitu?" Sooji melipat kedua tangannya di dada sembari tangan kanannya mengusap lengan kiri mencari kehangatan. "Aku tidak mengambil kesimpulan sendiri, tapi caranya memperlakukanmu itu juga mendukung kesimpulanku." Sooji tidak menanggapi perkataan Soojung, masih dengan posisi yang sama wanita itu menunduk memerhatikan alas kakinya. Tak berselang lama hingga Myungsoo kembali nampak mengatur nafasnya yang terengah karena sempat berlari kecil tadi. "Ayo" Kedua wanita itu hanya mengangguk dan mengikuti arah langkah pria itu kemudian. "Apa yang kau lakukan? Myungsoo bukan supir kita." Soojung mencoba menarik pintu mobil bagian kiri belakang untuk menutupnya kembali setelah melihat Sooji yang hendak mengikutinya duduk di kursi belakang. "Sana duduk di depan." Wanita itu berucap kembali setelah tak mendapat respon dari Sooji selain wajah bingungnya. "Tapi," Soojung berdecak dan menutup pintu tanpa menunggu Sooji selesai berucap. "Kau seperti baru sekali ini naik mobilku saja" Myungsoo menahan tawa gelinya kala berucap demikian setelah Sooji menempatkan diri di kursi penumpang sampingnya. Hal itu berhasil membuat pipi wanita itu bersemu dan Soojung nampak kesulitan menahan tawanya di kursi belakang.
***
"Kau mau langsung pulang?" Alih-alih turun dari mobil saat Myungsoo memberhentikan benda itu di depan gedung apartementnya, Sooji malah bertanya demikian. Myungsoo menggeleng, "Aku harus kembali bekerja." Sooji mengangguk, "Maaf," Kata itu membuat kening Myungsoo mengerut, "Untuk apa?" Sooji menunduk, "Aku harusnya tidak mengajakmu jalan-jalan tadi, mengingat pekerjaanmu kau pasti tidak sempat tidur tadi. Maafkan aku" Myungsoo tersenyum, "Jangan begitu. Kan aku juga mau kau ajak jalan-jalan tadi, lagi pula sudah lama juga aku tidak melakukannya." Sooji mengangkat kepalanya memandang pria yang kini juga tengah menatapnya, "Tapi tetap saja, kau pasti sangat lelah dan mengantuk sekarang." Lagi, pria itu tersenyum memperlihatkan lekukan di pipinya itu, "Aku baik-baik saja. Kau masuklah dan beristirahat, aku yakin kau juga lelah." Sooji mengangguk diikuti dengan "Terimakasih untuk hari ini, juga mengantar aku dan Soojung pulang." Myungsoo mengangguk dibarengi dengan senyumannya. "Dapatkan istirahat yang cukup saat kau pulang dari bekerja besok." Pria itu tersenyum, "Aku seperti sedang dinasehati oleh kekasihku sekarang" membuat Sooji kembali menunduk dengan pipi yang memerah. "Aku hanya merasa tidak enak karena mengganggu waktu istirahatmu hari ini." Myungsoo menghela nafas beratnya, kembali tersenyum dan berujar "Aku sungguh baik-baik saja dan aku akan beristirahat seharian besok. Kau tenang saja, juga" Sooji mengangkat kepalanya dengan kedua alis yang terangkat dan bibir yang sedikit dikulum. "Aku akan mengirimimu pesan saat sudah di rumah nanti." Wanita itu tersenyum dibarengi dengan anggukan kepala, "Baiklah. Aku akan masuk, kau berhati-hatilah di jalan." Setelah mendapat anggukan kepala dari Myungsoo, Sooji keluar dari mobil pria itu dan berjalan memasuki gedung apartementnya sembari melambaikan tangannya pada pria yang masih belum menjalankan mobil itu.
***
Buku dengan sampul berwarna kuning itu ditutup setelah Joohyun menyelipkan pembatas buku di halaman yang belum selesai dibaca, menaruh buku itu kemudian di pangkuannya lantas membalikan kursi rodanya menghadap pria dengan setelan jas berwarna biru tua. "Bagaimana kabarmu?" Jongin tersenyum dengan posisi berdiri dan kepala yang sedikit menunduk, "Saya baik Presdir. Saya harap Presdir juga begitu" Joohyun tersenyum, "Apa kau membawa oleh-oleh untukku? Dari Cina? Atau mungkin dari Prancis?" Jongin tersentak, sekilas pria itu mengangkat kepalanya dengan mata yang melebar tetapi kemudian tertunduk lagi, lebih dalam kini. "Maaf Presdir, saya - " Jongin tidak melanjutkan ucapannya ketika mendengar pria paruh baya di hadapannya itu tertawa. Yang lebih muda kembali mengangkat kepalanya dan melirik sejenak pada Joohyun. "Aku hanya bercanda Direktur Kim. Jelas kau kesana untuk urusan bisnis dan bukan untuk jalan-jalan, mana mungkin kau sempat memikirkan oleh-oleh. Kau serius sekali." Jongin mengusap tengkuknya sembari menampilkan senyuman canggung sesekali melirik pria di atas kursi roda yang tengah tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. "Oh ya, kemana sekretarismu? Bukankah dia yang menjemputmu di bandara?" Jongin mengangguk, "Ya, dia sedang bersama sekretaris Yoo di depan Presdir." Kali ini pria paruh baya itu yang mengangguk, "Apa dia datang tepat waktu?" Jongin tersenyum, "Dia tidak membuat saya menunggu kali ini" Joohyun tersenyum sembari menganggukan kepalanya kemudian. "Pulanglah kalau begitu, kau harus beristirahat." Jongin mengangkat kepalanya sejenak, "Bagaimana dengan laporan - "
"Beristirahatlah dulu Jongin, kau juga harus memerhatikan kesehatanmu. Jangan membahas pekerjaan sekarang." Kepalanya kembali tertunduk dalam kini, "Baik Presdir, saya permisi kalau begitu." Dan anggukan kepala Joohyun mengiringi langkah kaki pria itu berbalik meninggalkan teras belakang rumah itu.
***
"Apa yang kau lakukan disini?" Wanita dalam balutan kaos lengan pendek berwarna hitam dengan ukuran cukup besar yang baru saja membuka pintu rumah itu menatap pria di hadapannya dengan raut wajah tak terbaca. "Menemuimu." Soojung tersenyum kecut, "Sudahkan? Sekarang pergilah." Wanita itu hendak menutup pintu kembali ketika pria di hadapannya menahan gagang pintu dari luar. Tatapan tajam wanita itu beradu dengan tatapan sendu dari pria dengan kemeja putih serta celana bahan berwarna biru tua serta sepatu fantofelnya, hingga "Siapa yang datang sayang?" Suara seorang wanita paruh baya yang tengah berjalan ke arah keduanya memutus tatapan itu. Soojung menghembuskan nafas kasar. "Jongin, kau datang?" Disusul ringisan Soojung yang mendapat tepukan cukup kuat di bahunya. "Dimana sopan santunmu? Membiarkan tamu berdiri di luar begitu." Jongin tersenyum hangat, "Selamat siang ibu" Wanita paruh baya itu menampilkan senyum yang tak kalah hangatnya, "Selamat siang nak, ayo masuk" Jongin mengangguk, sementara Soojung sudah berlalu kembali ke dapur dengan kaki yang dihentak-hentakan dan wajah kesalnya. "Silahkan duduk, kau mau minum apa nak?" Setelah menempatkan dirinya di sofa ruang tengah itu, masih dengan senyum hangatnya Jongin berujar "Tidak perlu repot bu" Dibalas dengan gelengan kepala dari wanita paruh baya yang juga sudah menempatkan diri duduk di hadapan pria yang kini tengah menautkan jemarinya di atas lutut. "Tidak repot sama sekali, Soojung akan membuatkannya untukmu. Kopi? Atau teh?" Jongin tersenyum, "Teh saja kalau begitu." Wanita paruh baya itu mengangguk, beranjak dari tempat duduknya sembari berujar "Tunggu di sini sebentar, ibu tinggal tak apa kan? Masakan ibu belum selesai" Jongin mengangguk masih dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Tak butuh waktu lama hingga Soojung datang dengan nampan yang di atasnya terdapat secangkir teh panas, terlihat dari uap yang mengepul dari sana. "Ini tehmu, minum dan pulanglah." Wanita itu berkata demikian setelah meletakkan secangkir teh itu di atas meja kecil di hadapan Jongin. Pria itu menggenggam tangan kanan Soojung saat wanita itu hendak berbalik, "Aku ingin bicara" Pria itu berujar lembut dengan tatapan lekatnya pada wanita yang masih berdiri di hadapannya. Soojung tidak menatap balik Jongin, wanita itu menggigit bibir bawahnya. Ujung-ujung jari tangan sebelah kirinya memucat karena meremas nampan. "Aku minta maaf" Soojung membalas genggaman tangan Jongin sesaat setelah mendengar kalimat itu, namun lebih kuat hingga membuat pria itu menyadari sesuatu "Hey, jangan menangis" Jongin nampak berusaha menenangkan wanita itu dengan mengecup jari-jari tangan dalam genggamannya.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantern
FanfictionKeegoisan dan masa bodoh membawanya pada pilihan hidup yang dia sendiri meragukannya, namun tetap menjalaninya. Sampai kedatangan seseorang seolah membawa cahaya dalam hidupnya dan membuat dia meyakini apa yang dia ragukan. -Aku rasa sebutan itu tep...