part 9

215 5 2
                                    


Lina menarik perlahan selimut di kasurnya. Netranya tak lepas memandang langit-langit rumahnya. Rumah berbilik bambu tersebut menyimpan beribu kenangan dan rasa yang tak pernah hilang dari ingatan. Lina mengambil sebuah bingkai foto yang tergeletak berantakan di dekat kasurnya. Menatap foto sang suami, sang pemberi ketenangan. Lina diam seribu bahasa, dirinya malas melakukan aktifitas. Jangankan beraktifitas makanpun Lina tak mau, sudah dua hari ini Lina tak makan.

Tok tok tok ....
Suara ketukan pintu depan diketuk pelan. Lina tak bergeming, malas, bingung, dingin, tak ingin bercengkrama dengan siapapun. Pintu itu di ketuk lagi. Kali ini dengan suara,
"Tok tok tok ... Lina, apa kamu di dalam?" Terdengar suara serak seorang lelaki.
Lina masih tak bergerak. Netranya tak lepas memandang bingkai foto dirinya dan suaminya.
"Lina ini Pak Rt, ada yang ingin saya bicarakan perihal Mbah Wiryo," ucapnya keras.

Lina bangun dari kasurnya bergerak perlahan membuka pintu rumahnya,
"Iya Pak tunggu," jawab Lina dengan cepat sambil berlari.

Klek ....
Pintu terbuka, terlihat Pak Rt yang tengah berdiri membelakangi Rina dengan kondisi yang tak biasa. Bahu membungkuk, rambut acak-acakan dan kedua telinganya meneteskan darah hitam.

"Pak ...." panggil Lina dengan pelan. Pak Rt tak menoleh.
Lina terdiam, netranya dengan serius memandangi bagian sikut kanan  pak Rt yang bergeser, lekukan tulang tersebut dengan jelas terlihat menonjol keluar. Lina masih tetap pada posisinya, sementara itu tak ada sautan apa-apa dari pak Rt. Suasana mendadak berubah, angin dengan cepat berembus menyapa pori-pori kulit Lina, bulu kuduknya meremang menandakan sesuatu, Lina memberanikan diri mundur perlahan, tangan kanan Lina meraba mencari knop pintu dan siap membuka dan menguncinya dari dalam. Kepala Pak Rt memutar 180° dengan posisi kaki dan badan yang tetap membelakangi Lina. Mata Lina membulat, untuk pertama kalinya Lina melihat posisi kepala yang tak wajar. Dengan cepat Lina berlari ke dalam dan menguncinya rapat-rapat. Tubuh Lina gemetar menahan ketakutan yang sangat mencekam dan terdengar suara serak dari depan pintu Lina,

"Kau tak akan bisa selamat dari kelamnya malam yang menyelimutimu." Lina terdiam bulu kuduknya meremang dan suara itu menghilang.

Lina memberanikan diri mengintip ke pintu depan lewat jendela rumahnya. Tak ada orang di depan. Sepi, hening tak ada satupun warga yang lalulalang di depan rumahnya. Lina membuka pintu rumahnya kembali menatap kanan dan kirinya, mencari dimana Pak Rt yang tadi mengetuk pintunya, hilang tak berbekas.

Suara langkah kaki para warga berduyun-duyun terdengar dari belakang rumah Lina, suara itu  semakin keras, Lina menoleh ke belakang rumahnya, nampak terlihat gugup dan panik wajah tiap warga. Lina bingung dan bertanya pada dirinya, 'apa yang sedang terjadi?'

"Bu Bu ada apa?" Lina memberanikan diri bertanya kepada Ibu muda yang sedang berjalan dengan warga lainnya.
"Pak Rt meninggal," jawabnya cepat.
"Meninggal kenapa?" tanyanya lagi
Ibu muda itu menarik tangan Lina dan membawanya agak jauh dari warga lainnya,
"Saya ga tau kenapa meninggalnya, yang jelas kepala dan badannya terpisah." bisik Ibu muda kepada Lina.
"Lalu sekarang gimana kondisi  Pak Rt bu?" Lina penasaran tentang keadaan Pak Rt saat ini.
"Oh iya satu lagi Lin, kelima jari tangan kanan Pak Rt aneh, jarinya bengkok, seperti ada yang dengan sengaja mematahkan jari tersebut, bahkan pergelangan tangannya pun ga bisa di lipat padahal baru sepuluh menit ia meninggal, jadi terpaksa tangannya di ikat pakai tali biar tak terangkat. Katanya sih mau langsung di kuburin karena baunya sudah menyengat seperti mayat satu minggu, meninggalnya juga ga wajar," tuturnya menjelaskan.
"Siapa ya Bu pelakunya?" tanya Lina penasaran.
"Ga tau Lin, Pak Rt meninggalnya kan di depan pintu rumahnya yang lagi sepi. Istrinya lagi di dalam kamar ga tau kalo suaminya ngetok pintu. Yah kita kan ga tau, saya mah ga mau su'udzon ah sama orang. Itu kan baru opini warga aja belum fakta yang sebenarnya." Ceriwis Ibu muda itu dengan pelan. Lina hanya bisa  memberi  senyum mendengar penjelasan dari ibu tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

di kala malam datangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang