BAGIAN [04]

97 23 0
                                    

Harapan yang terlalu tinggi bisa membuat mu jatuh berulang kali, bahkan sama atau lebih dari.

▪▪▪

Kini Reihan dan teman-temannya tengah mengendari motor mereka menuju tempat yang sudah di sepakati. Mereka memarkirkan motornya di sebuah lapangan luas samping sekolah.

Tidak lama setelah mereka sampai, terdengar suara deru motor kembali terdengar. Isma dan teman-temannya sampai, mereka terlihat membawa berbagai macam senjata yang di gunakan untuk tawuran.

"Masih berani nunjukin tampang lo setelah kemarin kabur?" ucap Viko yang kini sudah berdiri berhadapan dengan deretan anggota geng Gasa.

"Pengecut yang beraninya keroyokan tapi akhirnya kabur juga." Timpal Reihan.

"Bacot kalian, serang!" perintah Isma keseluruh anggotanya dan tawuran pun terjadi.

Lemparan batu melayang kemana-mana. Suara senjata tajam bergesekan saling bersahutan. Pukulan demi pukulan mendarat di bagian tubuh dan wajah mereka.

Reihan benar-benar brutal sekarang. Ia kini berhadapan dengan lima orang sekaligus tanpa membawa senjata apapun. Reihan hanya mengandalkan kepalan tangan erat yang berhasil menumbangkan beberapa anggota Gasa.

Reihan meringis kala sebuah batu mengenai dahinya, ia sedikit limbung pandangannya juga mengabur. Meski begitu, Reihan tetap berusaha mempertahankan kesadarannya.

Srekk...

Sebuah samurai mengenai lengan Reihan, darah segar mulai mengalir di sana. Memanfaatkan keadaan Reihan yang lengah, salah satu dari mereka mendekat dan langsung meninju rahang Reihan membuat pria itu ambruk.

Ciko yang melihat Reihan itu pun langsung berlari kearahnya. Ia melawan beberapa orang sampai mereka tumbang. Setelah itu, Ciko mendekat kearah Reihan yang tengah mencoba untuk berdiri.

"Lo gak apa-apa?" tanya Ciko seraya membopong tubuh Reihan.

"Gak, makasih." Ucap Reihan.

"Masih mau lanjut?" tanya Ciko yang di balas anggukan Reihan.

Mereka berdua pun kembali melanjutkan pertarungan.

Banyak anggota Gasa yang yang tumbang dan itu membuat pertahanan mereka melemah. Dengan terpaksa, Isma menarik kembali pasukannya dan langsung pergi dari tempat tersebut.

"Pengecut lo semua!" teriak Ciko seraya mengelap darah yang keluar di sudut bibirnya.

"Banci Anjing!" timpal Arya memegang pelipisnya yang sedikit tergores dan mengeluarkan darah.

"Lo gak apa-apa?" tanya Dirga menghampiri Reihan.

"Gak." Jawab Reihan.

"Mending kita balik kewarung dan obatin luka kalian." Ucap Viko.

Mereka semua pun melangkah kearah lapang tempat di mana mereka memarkirkan motornya.

▪▪▪

Setelah mengobati lukanya, Reihan memilih untuk langsung pulang kerumah. Ia melihat kedua orang tuanya tengah duduk di meja makan dengan adik perempuannya yang baru berusia 4 tahun.

Me And Him [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang