°7

1.3K 251 14
                                    

chenle turun dari lantai atas dan langsung berjalan ke rak sepatu. dia mengambil sepasang sepatu dan duduk untuk memakainya.

"mau ke mana kau?"

ugh. bangun telat saja sudah membuat chenle geram seharian. dan sekarang ditambah dengan kehadiran si dukun gila itu?

"buta ya? apa kau tidak melihat pakaian apa yang kupakai?" ketus chenle dan dia menyelesaikan memakai sepatu. dia bangun untuk menatap sinis renjun yang memakai apron.

"tidak sarapan?"

"mau makan apa? tak ada makanan juga."

"aku memasak."

"cih. pasti ada sesuatunya. sudahlah, aku pergi." chenle kemudian pergi keluar. dia berjalan ke arah sekolahnya. terkadang dia naik bis, tapi isi kepalanya sedang mendung sekarang. berjalan pasti dapat menjernihkan pikirannya.

ketika sampai di sekolah, dia disambut oleh seseorang.

"chenle! ke mana saja kau?! aku menunggumu tahu!"

"diamlah, sial. aku ada masalah."

"kau selalu memiliki masalah," justin mengernyit. "dan ada apa denganmu? kau terlihat lemas.."

"orang tuaku membuatku tinggal bersama seorang dukun."

"dukun?"

"ya, dukun. ah, tidak jelaslah. pokoknya dia punya trik-trik aneh dan menyebalkan. andaikan dosa itu tidak ada, sudah kubunuh dia dari kemarin!" geram chenle mengingat betapa menyebalkannya sikap renjun kepadanya.

"lalu bagaimana? apa kau jadi mengambil uangmu?"

"tidak usahlah. memangnya aku semiskin itu?"

"tapi kau ingin mengambil uangmu kembali.."

"itu karena aku ingin memberikan guru sialan itu pelajaran, bahwa mereka jangan macam-macam denganku."

justin hanya mengangguk mengerti. pelajaran tiba dan chenle menaruh bukunya di atas meja, berniat tidur.

ketika bel istirahat tiba, chenle menunggu hingga sepuluh menit terakhir. dia akan ke kantin saat itu. untuk sekarang, dia akan tidur kembali. dia mengambil tasnya yang lebih empuk daripada bukunya dan menjatuhkan wajahnya, dan bertemu dengan benda tumpul. chenle langsung meringis kesakitan.

"apa-apaan?!" sesuatu berada di dalam tasnya. chenle mengeluarkan benda itu dan menghela nafas ketika melihatnya.

sebuah kotak bekal.

"orang itu pasti memasukkannya dengan entah apalah itu.." gerutu chenle.

chenle membukanya dengan malas, dan melihat isinya. dua buah onigiri, beserta telur omelette dan sosis gurita. cih, dia kan orang cina, kenapa diberikan makanan jepang?

tapi tak bisa dipungkiri kalau chenle tersenyum sambil memakannya.

untuk pulang sekolah, chenle bertemu dengan teman lainnya.

"hei, karaoke yuk?" ajak justin ke chenle, dia sudah menggandeng si rajin zhenghao agar dia tidak bisa kabur.

"hm. yasudah, toh tidak ada pr ini." chenle mengiyakan.

"ada pr juga tak pernah kau kerjakan, jangan belagu begitu dong." sindir justin. chenle mengkerutkan keningnya.

"apa kau bilang sialan?!"

"ahh tidak, aku hanya bercanda chenle haha..." justin bersembunyi di belakang zhenghao yang hanya memutarkan bola matanya.

"tidak mengajak jisung?" tanya zhenghao. giliran chenle yang memutarkan bola matanya.

"jisungnya saja tidak kelihatan." jawab chenle tak acuh.

"dia bersama zhibang-ge, benar kan?" tanya zhenghao ke justin. justin memiringkan kepalanya.

"serius? kakak kelas yang imut itu kan?" justin memandang ke arah chenle. "wadooh chenle keduluan~"

"cih. bacot! yasudah tidak jadi saja! lain kali aku akan mengajaknya." chenle pun berjalan menjauh dari pasangan tidak jelas itu. atau itulah sebutan zhenghao kepada hubungan mereka.

chenle berjalan ke arah gerbang, berniat menaiki taksi karena dia terlalu marah untuk berjalan kaki, tapi terlalu malas untuk menaiki bis.

sampai akhirnya dia melihat mobil mewah yang terparkir di depan. dengan plat yang sangat familiar.

chenle mendecak dan berjalan ke arah jendela depan untuk supir, lalu mengetuknya dengan kasar. jendela perlahan terbuka, menunjukan renjun yang menatapnya dengan datar.

"sudah pulang?"

"belum. aku masih sekolah sampai hari esok," balas chenle. "ya lihatlah aku, bodoh! aku sudah di luar, jelas aku sudah pulang!"

"yasudah naiklah."

"kau menjemputku?" chenle cemberut kembali. renjun tersenyum.

"tidak, aku menjemput anak anjing yang dititipkan padaku."

"fuck you, aku tidak akan pulang denganmu." chenle mendengus kesal dan berjalan menjauh dari mobil itu. renjun yang melihat itu langsung turun dari mobil dan menangkap tangan chenle, menariknya ke arah mobil.

"lepaskan! aku mau naik bis!"

"tidak. tuan zhong bilang padaku untuk mengantar-jemputmu, jadi aku hanya melaksanakan titipan saja." renjun membuka pintu mobil dan mendorong chenle masuk. kemudian dia berjalan ke kursi di sebelahnya.

chenle yang masih berusaha bangun karena tadi langsung didorong ke dalam akhirnya tasnya ditarik ke belakang oleh renjun, dan dia bisa duduk dengan benar. renjun tak lupa memasangkan sabuk pengaman.

"diam dan jadilah anak anjing yang baik."

"cih! tidak akan!"

meski begitu, chenle tetap diam dalam perjalanan itu.

magic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang