°13

1.1K 231 7
                                    

chenle menguap lebar. segelas kopi berada di tangannya, matanya fokus menempel pada layar televisi yang menyala terang di ruang tengah. sesekali matanya menutup karena merasakan perihnya cahaya dari layar televisi yang menyala terang itu. renjun yang terlihat tidak terganggu sekali hanya tersenyum mengejek.

"oh tuan zhong, apa kau mengantuk? tidurlah di kamar jika kau merasa lelah." ejek renjun yang berjalan melewati sofa tempat chenle duduk.

"argh keparat! diam kau!" chenle berniat melempar gelasnya jika saja tidak ada kopi di dalamnya. renjun hanya tertawa dan masuk ke dalam kamarnya. chenle mendengus kesal. dia menatap jam dinding, pukul 7 malam. kenapa terasa lama sekali jam sepuluh itu?

jam sialan, cepatlah jam 10 malam!! umpat chenle dalam hati.










renjun sedang meramu obat ketika dia melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam. dia tersenyum, karena dia masih mendengar suara televisi menyala di luar di sana. chenle pasti masih bangun. anak itu menang taruhan kecil mereka. renjun keluar dari kamarnya, menuju chenle untuk mengakui kekalahannya yang sejujurnya tidak terlalu dia pentingkan.

alisnya menaik ketika melihat tubuh chenle yang terlentang di atas sofa. nafasnya pelan, dan matanya tertutup. gelas kopi yang ada di tangannya sudah terjatuh ke atas karpet dan mengotorinya. renjun mendecak melihat kekacauan kecil yang dibuat oleh chenle.

"bisa-bisanya kau tertidur setelah meminum kopi." gerutu renjun. sekarang dia harus membereskan semuanya. renjun berniat mengambil sapu, tapi setelah melihat bagaimana noda kopi sudah menyerap di atas karpet, dia mendadak malas dan hanya mengambil obat pembersih di kamarnya. dia menuangkan obat itu ke atas noda, dan noda itu pun menghilang seketika. renjun mengambil gelas dan menaruhnya di atas westafel.

ketika dia kembali, posisi chenle berubah yang tadinya terlentang menjadi memeluk dirinya sendiri. pasti dia kedinginan. renjun bingung apa dia menginginkan chenle agar tetap tidur di sofa atau membawanya ke kamar yang berada di lantai atas. masalahnya,

renjun itu tidak kuat. dia kuat karena dia memakai sihirnya, yang sejujurnya tidak boleh dipakai lama karena kondisi tubuhnya.

tapi chenle sekolah besok. bisik dirinya yang lain, dan renjun menghela nafas. dia memakai sihirnya sedikit untuk membantunya mengangkat chenle ke kamarnya dan menidurkannya di atas ranjang. renjun bahkan menyelimutinya dan tak lupa menyalakan obat nyamuk listrik karena di ruangannya ternyata banyak nyamuk masuk karena jendelanya yang tak ditutup. setelah itu, renjun turun ke kamarnya.






paginya chenle terbangun dengan tubuhnya yang terlilit selimut. chenle duduk dan menguap lalu menggaruk lehernya. dia melihat ke arah sekitar kamarnya. huh. aneh, setahu chenle semalam dia menonton film membosankan sampai larut malam. yah, mungkin ketika dia menang dia pergi ke atas dan tertidur.

setelah bereskan dirinya, chenle turun dan berjalan ke meja makan. dia melihat renjun sedang memasak, dan karena mood chenle yang bagus sebab tadi malam dia menang, chenle pun duduk.

"apa yang membuatmu tersenyum sombong seperti itu?" tanya renjun ketika menaruh sarapan di depan chenle. belum lagi, itu makanan favoritnya. saat ini chenle sudah yakin bahwa dialah pemenangnya.

"tentu saja karena taruhan itu."

"oh."

chenle menaikkan alisnya bingung. dia yakin dia menang sekarang, tapi kenapa balasan renjun hanya begitu saja? oh, mungkin dirinya tidak dapat menerima kekalahan dengan baik. yasudah lah chenle makan saja.

"sebagai permintaan pertamaku, aku mau kau membereskan rumah sebelum dan setelah berangkat sekolah."

chenle langsung tersedak. dia menepuk-nepuk kasar dadanya. "apa?!"

"kau kalah."

"what- mustahil! aku tetap terjaga sampai jam 10 malam!"

"memangnya kau tak berpikir bagaimana tubuh beratmu itu bisa sampai ke kamar?" renjun melipat tangannya.

kalau chenle tertidur di sofa dan terbangun di kamarnya...

berarti renjun yang mengangkatnya?

"hei? dengar tidak? aku mau kau ikut membereskan rumah juga. kenapa wajahmu malah memerah?" renjun mengetuk-ngetuk kepala chenle. chenle menepisnya dengan kasar.

"singkirkan tangan kotormu dari rambutku!" nafsu makan chenle langsung hilang. "aku tidak akan melakukan permintaan bodohmu, sudah menjadi tugas si parasit rumah kalau mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah jika mereka mau tinggal!"

chenle mengambil tasnya dan mendengus kesal. bodoh, taruhan bodoh. chenle takkan mengikutinya.

"kau tak mau melaksanakan taruhannya? heh, pengecut."

"kau yang pengecut!"

"terserah. jika aku tidak melihat kau memegang kain pel saat pulang sekolah, awas ya."

"tak peduli!"

magic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang