°17

1.3K 230 49
                                    

warning[!!] : child abuse

-

cukup. kali ini renjun merasa cukup. dia bergegas ke atas dan dengan mudah mendobrak pintu masuk chenle, tanpa sihirnya. dia melihat chenle yang menyelimuti dirinya. renjun langsung saja berjalan dan menarik tangan chenle, membuat chenle panik.

"lepaskan aku!" teriak chenle kesal, diikuti dengan beberapa umpatan kasar lainnya. tapi renjun tidak peduli. dia menarik kasar chenle hingga terjatuh dari kasurnya, kemudian menarik chenle keluar dari kamarnya. chenle jelas semakin panik, dia berusaha jongkok dan menahan kakinya di atas lantai tapi percuma. renjun jauh lebih kuat. chenle diseret turun dari kamarnya.

"r-renjun-" chenle mulai panik ketika renjun membuka pintu kamar mandi dan melemparnya masuk ke dalam. renjun mengunci pintu dan tanpa basa-basi mengambil gayung, lalu mengguyur chenle tanpa ampun.

"hentikan! hentikan!" jerit chenle. dia kebingungan, dia ketakutan. renjun yang sekarang benar-benar sangat menyeramkan. chenle hanya bisa menutup dirinya dengan kedua tangannya meski sebenarnya tidak berguna melawan air yang terus saja disiram kepadanya.

"aku sudah bersikap baik padamu. aku sudah membiarkanmu melontarkan seluruh kata kotor itu dari mulutmu," nada renjun sangat dingin. bahkan chenle bisa merasakannya di atas kulitnya yang basah itu. "tapi menyumpahi orang yang kusayangi? orang yang mencoba menolong temanmu itu?"

chenle melihat dengan horor bagaimana tangan renjun meraih wajahnya, mencengkram rahangnya agar terpaksa untuk melihat ke arah si penyihir itu.

"aku akan membersihkan mulutmu."

dan chenle merasakannya. dia merasakan sesuatu yang pahit di mulutnya. berjalan menggelitik lidah dan rongga mulutnya, kemudian masuk ke dalam tenggorokan. mata chenle berair dan dia tersedak.

"aghh.." dia berusaha melepaskan tangan renjun yang mencengkram kuat rahangnya.

"telan." perintah renjun, dia melepaskan rahang chenle. chenle menggeleng dan berusaha memuntahkannya. renjun mendecak dan menarik rambut chenle, memaksanya mendongak.

"kubilang telan!" bentak renjun. renjun sudah terlalu marah untuk berhenti. dia sudah terlanjur sakit hati dengan omongan chenle. di sisi lain chenle dengan susah payah menelan sabun yang dimasukkan ke dalam mulutnya secara paksa itu.

pahit. pahit. pahit. pahit. pahit.

dan chenle tersedak kembali.

chenle menangis dan menatap renjun. tidak ada ekspresi sedikit pun di wajahnya.

"kau tidak mungkin meminta maaf padaku," renjun berjongkok dan chenle berusaha menutupi dirinya yang basah kuyup. "jadi untuk apa aku melakukan hal yang bisa kau maafkan?"

chenle masih menangis, dia tidak kuat. sesuatu terjadi padanya. dia merasa mual. dia merasa sakit. dia ingin muntah. dia takut. dia ingin menghilang.

"apa kau berjanji tidak akan melakukannya lagi?" datang pertanyaan dari renjun. chenle terisak dan mengangguk. mengganggu renjun bukanlah penyesalan chenle, tapi menghina seseorang yang renjun sayangi memang sebuah kesalahan. chenle selalu saja mengucapkan tanpa berpikir dua kali.

"katakan kalau kau menyesal."

"akhh.." chenle meringis ketika renjun mengulas rambutnya pelan sebelum menariknya. "aku..hiks..menyesal.."

renjun melihat bagaimana air mata chenle jatuh dengan begitu indahnya. bibir merahnya bergetar karena tidak tahan dengan rasa pahit dari sabun.

"bagus." renjun menunduk,

dan mencium chenle.

chenle membelalakkan matanya yang sembab.

dia tidak percaya bahwa renjun, seorang renjun, sedang menciumnya sekarang. karena dia sebelumnya memang telah membuka mulutnya, renjun dengan mudahnya memasukkan lidahnya, menjamah seluruh isi rongga di dalam mulutnya.

chenle berusaha untuk mundur, karena dia merasakan lidah renjun memaksanya menelan lebih banyak sabun, tapi renjun memegang kepalanya, memperdalam ciuman mereka. sekali lagi air mata menetes dan chenle terlihat sangat indah. sangat indah, sampai renjun tidak ingin melepasnya.

chenle sesak. dia sesak, renjun tak memberinya jeda.

tangan renjun yang satunya lagi menyentuh pipi chenle, memutar-mutar di sana seperti sedang membuat sebuah lingkaran. chenle menutup matanya dan membiarkan renjun melakukan apa yang dia ingin lakukan karena tiba-tiba saja dia merasa ngantuk. barulah ketika chenle tertidur dalam ciuman mereka, renjun melepas bibirnya. dia menangkap tubuh chenle yang basah dan terjatuh begitu saja ke atas tangannya.

renjun menghela nafas melihat pemandangan di bawahnya.

"sial." renjun mendecak. "sialan kau, zhong chenle."

magic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang