°23

1K 191 23
                                    

saat chenle membuka matanya lagi, dia sudah tidak berada di ruangan dengan makhluk jahat itu. melainkan dia sudah di lorong, di mana dirinya merasa di gotong dari samping. chenle melihat ke arah sebelahnya, jisung.

"jisung.."

jisung menengok dan melihat chenle sudah sadar. "chen- akh!"

entah kenapa jisung tersandung dan dia jatuh bersama chenle yang dia angkat tangannya tadi. chenle meringis kesakitan, tapi dia langsung duduk untuk membantu jisung duduk.

"jisung- kau tidak apa-apa?!" chenle mengecek seluruh wajah jisung. jisung tersenyum dan menggeleng.

"aku baik-baik saja chenle."

"baguslah." chenle bernafas lega. chenle tidak akan memaafkan dirinya jika sampai terjadi hal buruk pada jisung.

"bagaimana dengan dirimu? aku tadi lihat kamu pingsan dengan..." jisung melihat ke arah tangan dan kepala chenle, tidak ada sedikit pun luka di tubuhnya. aneh. mana mungkin luka itu hilang ketika dia membawanya pergi kan?

"kenapa jisung?" tanya chenle, karena jisung tidak melanjutkan kalimatnya.

"ah.. tidak, aku baik." wajah jisung berubah sedih. "tapi chenle.. renjun dalam bahaya."

"renjun?" chenle tidak ingat ada-

"oh iya." chenle ingat sebelum dia pingsan itu, renjun datang bersama jisung. renjun pasti mereka tinggal untuk melawan maniak berbaju hitam itu. "kenapa dia dalam bahaya?"

"aku tak tahu, tapi aku mendengar soal batu yang sepertinya tidak boleh dilepas oleh renjun."

"batu..?" chenle meraba lehernya. kalungnya..kalung renjun hilang. kalung itu yang memberikan dia kekuatan tadi kan? jaemin..makhluk astral itu..dia mengambilnya.

tapi..tapi renjun kuat kan?

"kurasa..kita tidak perlu menolongnya." datang jawaban ragu dari chenle. jisung membelalakkan matanya.

"apa maksudmu?"

"renjun itu penyihir.. dan kurasa dia penyihir yang kuat.. jika kita membantunya, bukankah kita akan menghalanginya?"

wajah jisung memucat, kemudian dia cemberut. "chenle jahat! renjun yang menolongku, renjun yang menyembuhkan ku, renjun yang menyelamatkan mu, dan sekarang kamu bilang kita tak usah menolongnya karena dia itu kuat? tidak chenle, dia tidak kuat, dia akan mati!"

chenle jelas kaget. jisung tidak pernah memarahinya seperti ini. apa dia keterlaluan? tapi kan..ini demi keselamatan jisung...

"kalau kamu.. kalau kamu tidak mau menolong renjun.." jisung terisak, namun menghapus air matanya. "kamu pulang aja. aku mau cari pertolongan!"

"jisung!" chenle berteriak memanggil namanya, tapi jisung sudah berdiri terlebih dahulu dan berlari. namun itu tidak berlangsung lama, karena jisung tidak melihat ke arah depannya sehingga dia menabrak sesuatu.

"aduh!" ...atau seseorang.

"jisung!" chenle bangun dari tempat dan berlari ke arah jisung, membantunya berdiri.

"loh? chenle?"

chenle mengangkat kepalanya dan melihat orang yang memanggil namanya itu. tunggu, dia pernah melihat wajah ini.

"teman...temannya renjun."

"aku mark, dia jeno." mark menunjuk ke arah jeno yang tersenyum. mereka berdua sama-sama terlihat berantakan, seperti habis berkelahi.

"tapi kau chenle? benar-benar chenle?" mark masih kelihatan bingung. chenle mendecak kesal.

"memangnya siapa lagi yang bernama chenle di sini? tentu saja aku!"

"mustahil.." mark menggigit bibir bawahnya.

"apa? apanya yang mustahil?!" chenle kesal sekali dengan ucapan mereka. jeno menunjuk rambut chenle.

"kau..kau seorang penyihir?"

chenle terdiam. terdiam. kemudian dia tersenyum, lalu tertawa mengejek.

"kau bercanda."

jisung yang berada di tangan chenle langsung bangun.

"tapi chenle..rambutmu.. berubah..."

chenle bahkan tidak sempat mencari kaca dan langsung menjambak rambutnya. matanya membelalak ketika melihat rambutnya sudah tidak berwarna coklat lagi, melainkan hijau muda.

"apa?! orang gila mana yang mengecat rambutku?!" teriak chenle kesal, tapi mereka hanya menatapnya ragu.

"kalian bercanda," chenle menolak untuk percaya. "aku bukan penyihir. aku manusia. aku bisa mengeluarkan sihir karena aku memakai kalung renjun."

tidak ada yang mau menjawab chenle, membuat chenle frustasi.

yah, tapi jika chenle pikir kembali... memangnya orang gila mana yang mau mewarnai rambutnya di saat-saat seperti ini? tidak logis, dan dia merasa bodoh.

"chenle .. aku tahu ini membingungkan dan mungkin membuatmu sedikit takut tapi sekarang bukan saatnya kau merutuki nasibmu, kita harus menyelamatkan renjun." mark maju untuk memegang tangan chenle. "kami sudah kewalahan mengalahkan donghyuck. dari bocoran yang kita dapatkan, jaemin telah mencuri sihir tiga seorang penyihir murni di dunia kami. itu, ditambah lagi dengan batu kometnya. bayangkan betapa kuatnya dia jika batu komet renjun jatuh di tangannya."

chenle langsung meneguk ludahnya. apa sekuat itu? kalau begitu renjun dalam bahaya yang sangat besar.

"kau memakai batunya renjun kan?" tanya jeno. chenle meneguk ludahnya, lalu menggeleng pelan.

"jaemin.. mencurinya ketika aku pingsan." terang chenle pelan. mark menjentikkan jarinya.

"oh tidak. aku paham sekarang." mark menatap jeno. "sepertinya jaemin yang membangkitkan sihir dalam tubuh chenle. dan jika warna rambutnya seperti ini.."

jeno mengangkat alisnya, "tunggu, mark-hyung. apa maksudmu..?"

"orang itu bilang dia mencuri sihir chenle.. apa, apa itu benar?" jisung memotong karena dia tidak kuat diam saja.

"mungkin. tapi chenle ini semacam, aduh apa ya namanya...ah aku lupa, tapi aku personal memanggilnya baby wizard."

"kyaaa lucu sekali! chenle, kau bayi penyihir!" jisung tertawa mendengar panggilan itu. sepertinya dia senang. sementara chenle hanya memerah mendengarnya.

"aku bukan bayi." gerutu chenle. "terus? ini tidak membuktikan apapun. orang tua ku adalah manusia normal, dan apapun yang keluar dari tanganku ini, pasti datang dari kalung renjun."

"kita akan membicarakannya nanti." mark menepuk pundak chenle. "sekarang, apa kau bisa mengeluarkan sesuatu?"

"sejauh ini aku hanya bisa menembakkan cahaya bodoh." kata chenle sambil melihat tangannya.

"kilatan," mark melirik ke arah jeno lagi, dan jeno mengangguk. "itu cukup."


-

aku niatnya cuman mau sampai chapter 25, tapi kebablasan....😂😂

magic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang