°19

1K 194 17
                                    

"kurasa sekarang aku benar-benar terjebak dengan orang bodoh."

"diamlah."

"ini tidak akan berhasil."

"ini akan berhasil."

chenle menginjak lantai rumah itu dengan kesal. "kau hanya menggambar lingkaran aneh di atas lantai rumah seseorang! ini tidak akan berhasil, jisung akan mati dan jika itu terjadi aku akan membunuhmu."

renjun memutarkan bola matanya. dia melemparkan kapur yang dia temukan di rumah mark. chenle melihat lingkaran yang sudah jadi itu.

"apa ini semacam ritual pemanggilan iblis, karena aku ingin sekali pergi meminta iblis untuk menjemputmu."

renjun mendecak dan akhirnya melihat ke arah chenle. oh tidak, chenle merinding. apa renjun akan menyuruhnya memakan sabun lagi? terkutuk lah mulut chenle!

renjun mengeluarkan sesuatu dari kantungnya. permen. "makan ini."

chenle mengambil permen itu dengan bingung. "apa ini?"

"itu permen, pintar. mungkin kau bisa diam karena itu."

chenle sih tidak ragu, dia langsung memakan permen itu. mata chenle langsung melebar ketika merasakan betapa pedasnya permen itu.

"pedas-" sialan!!

chenle mengernyitkan dahinya. apa barusan...

sialan! keparat! bangsat! bodoh!

chenle menggerakkan mulutnya, tapi tidak ada suara yang keluar.

"di mana suaraku?!" kali ini baru chenle dapat bersuara. "kau apakan aku?!"

renjun mengedikkan bahunya. "membisukan seluruh kata negatif dari mulutmu. termasuk kebohongan sekalipun."

bajingan- "kembalikan suaraku!"

"tidak akan."

chenle berniat mencekiknya. "kembalikan-"

tapi tiba-tiba renjun menarik chenle. dia membawanya bersembunyi di balik meja di dekat situ, dan membekap mulutnya. chenle yang bingung meronta dan memukul renjun, tapi renjun tak melepaskannya.

"diam, mereka di sini." satu kalimat yang dapat membuat chenle terdiam langsung. siapa? siapa yang ada di sini? chenle melepas tangan renjun.

"jangan bilang lingkaran tadi.." chenle mencubit tangan renjun. "kau memanggil mereka?!" desisnya.

"aku hanya ingin memanggil satu orang, memanfaatkannya kemudian pergi ke tempat di mana mereka berada." renjun menghela nafas. "aku tidak menyangka kalau yang datang lebih dari satu orang. kurasa kelompok hitam memang sudah bangkit."

renjun mengintip dari balik meja, melihat ada tiga jubah hitam yang berdiri di lingkaran, berjalan pelan menyusuri ruangan dengan bingung.

"lalu kau akan apa?" bisik chenle.

"mengalahkan mereka, tentu saja." renjun melepas talinya. "diam di sini."

"hei kau tidak mengajakku?!"

"kau manusia, diamlah."

tidak menunggu protes chenle, renjun langsung keluar dari sana. salah satu di antara orang yang berjubah itu menengok.

"akhirnya! kukira kami harus menunggu kalian berdua berhenti berbincang terlebih dahulu."

renjun tidak menghiraukannya. "di mana mark-hyung?"

"bukankah seharusnya kita menyapa dulu? masih ingat aku kan?" orang yang memakai jubah itu menurunkan tudungnya, diikuti dengan dua orang yang lainnya. tapi renjun tidak mengenalnya- pasti bawahan bayangan yang tidak berguna dan lemah.

renjun melipat tangannya. "ya, aku sangat ingat dirimu, lee donghyuck. kenapa kau mencari ku, pengkhianat?"

"pengkhianat? ya ampun. buang-buang waktu saja jika aku mencari mu." kata donghyuck dengan bibir yang cebikkan.

"kau yang membangkitkan kelompok hitam?" tanya renjun dengan nada remeh. "aku kecewa."

"bukan aku yang membangkitkan kelompok ini." donghyuck menunjuk ke arah belakang renjun. "tapi dia."

renjun menengok ke belakang. dia tidak memperkirakan kalau dia ada di sini sekarang. meja tempat dia bersembunyi sebelumnya sudah terbalik dan chenle sudah diangkat ke udara, menggeliat di dalam tangan seseorang.

"renjun!"

"chen-"

dan belum sempat renjun berlari, sebuah cahaya meledak, membuat renjun tersungkur ke belakang. ketika renjun melihatnya lagi, chenle serta figur tadi sudah menghilang. renjun bangun dan menatap ke arah donghyuck.

"kau ke mana kan dia?!"

"uh, aku tidak tahu? aku hanya ke sini untuk mengacaukanmu saja, hahaha."

renjun bangun dan mengeluarkan obat yang sudah dia siapkan untuk menyerang, tetapi donghyuck lebih cepat untuk meraihnya. satu tangan renjun dipegang olehnya.

"ah, kau tidak akan mau ada pertumpahan darah di sini kan?" donghyuck melempar obat itu sehingga pecah di lantai, sementara tangan renjun diputar keras oleh donghyuck, membuatnya berjungkir balik dan jatuh menubruk lantai. renjun meringis kesakitan ketika donghyuck menambah rasa sakitnya dengan menginjak paha renjun, bagian terlemahnya.

"aishhh... lemah sekali kau. apa karena bukan di dunia sihir haha.." donghyuck berjongkok, masih menginjak renjun. renjun mencoba untuk memukul tapi lagi-lagi dicegat dengan bawahan bayangan. donghyuck mengusap dagunya.

"dia sudah mendapatkan mainan, kan?" donghyuck tersenyum dan mengusap pipi renjun. "mungkin aku akan menghabisi mu di sini."

magic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang