°34

1.4K 189 61
                                    

chenle mengeluarkan batuk sangat keras. dia mengeluarkan batuk yang sangat keras dan dia tidak bisa berhenti melakukannya. rasanya seperti ada sesuatu yang terbakar di lehernya. dia haus, dia merasa gatal. chenle mencekik lehernya sendiri bergerak ke sana kemari.

"ada apa dengan chenle?!" renjun berteriak ke arah jaemin. "kenapa dia tidak bisa bernafas?!"

"sepertinya dia telah terkena racun penyihir sialan tadi. akh.."

"ren—renjun—" chenle melihat renjun yang mendekat. dia tercekik, renjun tahu, sesuatu mencekiknya. racun itu bekerja terlalu cepat untuknya dapat bereaksi.

ketika renjun panik untuk mencari cara agar dapat menghentikan rasa sakit chenle, dia merasakan sesuatu di lehernya. tangan chenle melesat jatuh dari renjun, namun kalung batu kometnya menggantung di ceruk lehernya.

chenle berusaha memakaikan kalung tersebut padanya.

"sedang apa kau?! kalung ini untuk melindungi mu!" renjun ingin melepasnya kembali untuk memakaikannya pada chenle, namun tangan jaemin menghentikannya.

"tidak, renjun, gunakan kalung itu untuk mengobati dirimu."

"aku tidak-" sebuah pukulan keras mendarat di wajah renjun. jaemin memukul wajahnya, sangat keras, sampai meninggalkan bekas membiru yang jelek di wajahnya.

"tidakkah kau mengerti?! tenangkan dirimu! aku akan berusaha membantu chenle, sementara itu kau obati saja diri mu dahulu!" jaemin mengangkat poninya yang menghalangi matanya yang berwarna abu-abu tersebut yang mengeluarkan setetes darah.
"lihat? aku berusaha mengeluarkan racun dari tubuhnya. kau tidak perlu panik!" jaemin terlihat sangat marah. renjun tidak tahu kenapa apa yang membuat jaemin semarah itu, tapi jika dia sampai menggunakan sihir hitam untuk membantu chenle, dan melukai dirinya..

renjun memegang pipinya yang memar. kepalanya mulai pusing dan air matanya membendung. jaemin...dia benar. pikir apa renjun? dia panik, saking paniknya sampai jantungnya berdegup kencang dan tak sengaja memompa darah nya lebih cepat, alhasil dia kehilangan cukup banyak darah karena hal yang sia-sia. oksigen di kepalanya juga sudah mulai menipis. dia harus cepat-cepat menggunakan batu kometnya tersebut.

renjun tersungkur di atas tanah. nafasnya berat, dia juga tidak jauh berbeda dengan chenle, dia pun kesulitan bernafas. batu komet itu dia pegang dan didekap dekat ke dadanya. dia meremasnya dan berusaha menenangkan diri.

"ah fuck it." renjun menangkup wajah chenle dan menempelkan bibirnya.

renjun menciumnya. dia menciumnya, chenle batuk namun renjun tetap menciumnya. chenle berusaha bergerak dan mendorong renjun, namun tangannya dipegang di sampingnya. renjun menjilat bibir chenle dan mulai memasukkan lidahnya, dan pada saat itu juga batuknya berhenti. pada saat itu juga rasa terbakar di lehernya hilang.

tapi renjun tetap menciumnya.

chenle mulai tersadar kembali sepenuhnya saat renjun menarik kerahnya dan masih dalam keadaan berciuman, seakan-akan memaksanya untuk duduk. dia mengangkat tangannya dan memukul kepala serta mendorong renjun.

"chen..chenle?" renjun tersungkur sedikit ke belakang dan melihat chenle yang meludahkan sesuatu dari mulutnya.

sebuah cairan hitam menetes dari bibir chenle dan dia mengusapnya. "jangan dekat-dekat dengan ku, dasar bodoh."

"apa yang baru saja kau lakukan?" tanya jaemin, sedikit terlalu semangat namun tetap khawatir bahwa mungkin saja renjun melakukan sesuatu yang ceroboh. renjun tidak menjawab, tetap menutup mulutnya dan melihat ke arah lain. jaemin mendekati chenle.

"sudah ku bilang jangan dekat-dekat! apa kau tidak mengerti—geh?!" pipi chenle diremas oleh tangan jaemin, dan dia memaksanya untuk membuka mulutnya.

"diamlah, aku akan membersihkan sisa-sisa racunnya."

chenle sudah panik bila jaemin akan melakukan hal yang sama seperti renjun, namun ternyata jaemin hanya mengeluarkan sebuah cahaya hitam di dekat mulutnya. perlahan rasa pahit dan mual menghilang dari mulutnya. jaemin telah membersihkan sisa racun yang keluar dengan sihirnya.

jaemin melepaskan wajah chenle, dan chenle mengusap wajahnya kembali, memastikan benar-benar racun itu telah keluar dari tubuhnya tanpa tersisa sedikit pun. chenle menghela nafas lega, dan menengok ke arah renjun yang kembali ke tempat di mana dia bertarung dengan makhluk aneh itu, berdiri dengan wajah yang tidak dapat dijelaskan ekspresinya.

"renjun, semuanya sudah berakhir. ayo kembali." ucap jaemin, dan saat itulah chenle teringat kembali.

ah..benar juga. mereka datang kemari untuk mencari dan membawa pulang jaemin. tidak ada alasan untuk mereka tetap berada di sini.

"kau benar, jaemin," renjun meremas batu komet yang tergantung dengan kalungnya. "semuanya sudah berakhir. untuk kalian."

"apa maksudmu, idiot? berbicaralah yang jelas." sekarang chenle dapat melihat jelas wajahnya ketika renjun mengangkat kepalanya dan menatap mereka dengan wajah ketakutan. ekspresi yang selalu ingin dia lihat dari seorang renjun, namun bukan dalam situasi seperti ini.

"makhluk tadi menyerang ku, namun bukan mengincarku. dia mengincar chenle."

"a-a-aku?!" saking terkejutnya chenle sampai terbata-bata mengucapkan sebuah kata. "aku?! apa yang aku lakukan pada makhluk mengerikan seperti itu?!"

"aku tidak tahu. yang jelas, aku tidak bisa membiarkannya berkeliaran dan menyerang orang-orang yang ku kenal tanpa sebab. aku akan mengejarnya."

"kau bohong 'kan? kita baru saja selesai menyelesaikan masalah si sialan berambut merah muda ini, dan sekarang kau mau mengikuti si makhluk hitam berbahaya itu?!"

"iya. itulah kenapa aku bilang semuanya sudah berakhir untuk kalian," renjun mendorong pelan chenle dan bahu chenle seketika dipegang kuat-kuat oleh jaemin. "jaemin, aku akan mengejarnya dengan rune pelacak ku. kau dan chenle pulanglah.

"tu-"

jaemin memotong chenle yang ingin mengeluarkan protes, "kenapa kau mau melakukan ini, renjun?"

"..aku merasakan sesuatu yang familiar dengan makhluk tadi. aku hanya ingin memastikan sesuatu."

awalnya jaemin terlihat ingin menolak, tapi melihat raut wajah renjun yang sangat berambisi untuk mengejar makhluk tersebut membuatnya mengurung niat tersebut. cengkramannya pada chenle semakin kuat.

tiba-tiba saja sebuah lingkaran rune muncul di belakang jaemin dan chenle. chenle berusaha melepaskan diri, namun dia tidak dapat melepaskan diri dari jaemin.

"jaga chenle, jaemin."

"kau juga, jaga dirimu baik-baik."

"tu- renjun?! oi, kau bercanda 'kan?! akh! idiot, lepaskan aku!" chenle menggeliat di bawah genggaman jaemin, namun dirinya sudah ditarik duluan masuk ke dalam rune.

meninggalkan renjun sendirian di dalam dimensi lain.

magic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang