SELAMAT MEMBACA
" Bisakah aku mengatur masa lalu? "
•••••
Raut muka penuh keterkejutan tercetak jelas di wajah Lusya. Gadis itu sempat tercengang seperkian detik, rasanya aliran darahnya terhenti sejenak. Otaknya beruasaha keras mecerna sosok yang ditangkap oleh sepasang netranya.
"O-orlando..?" ucapnya terbata-bata. Kedua manik mata menatap objek di depannya tanpa berkedip. Kedua wanita paruh baya saling melempar lirikan lalu, terkikik geli bersamaan.
"Kalian berdua udah saling kenal ya?" lontsr Yulita terdengar antusias.
Sepasang remaja itu langsung menoleh secara bersamaan menatap ke arah Yulita. Keduanya sama-sama menyorotkan tatapan tidak terima.
"Enggak!"
"Enggak!"
Tanpa sadar, kedua remaja itu mengucapkan kata sama secara serempak. Membuat kedua orang tua mereka masing-masing tertawa kecil melihat kelakuan putra dan putri mereka bertingkah menggemaskan.
Antara kesal, marah dan malu bercampur menjadi satu Lusya tak dapat menyembunyikan rona merah di pipi. Sementara Orlando mengalihkan pandangan ke sembarang arah menutupi rasa malu.
"Ciye.. jawabnya aja barengan gitu," goda Meli mengulum senyum.
Lusya mendengus sebal, menatap horor Orlando yang hanya memasang wajah datar seoalah tak terpengaruh akan keadaan . Gadis berpipi chubby itu , beranggapan bahwa pasti semua ini bagian dari rencana si cowok abal-abal. Apa selama ini tidak cukup untuk telah menjadikannya sebagai Asisten selama satu minggu?
"Yasudah, berhubung kalian berdua sudah sangat cocok. Kami sudah sepakat akan mengadakan pernikahannya 2 minggu lagi," jelas Andreas.
Lusya dan Orlando semakin dibuat kaget bukan main. Rasanya ada sebuah ledakan besar membuat jantung Lusya berdegup sangat kencang. Kepalanya terasa pening seketika, antara mimpi atau kenyataan ia tidak tau.
Lelaki itu sedikit terpancing emosi, ia berdecak."Pa? C'mon Jangan bercanda, ini semua nggak lucu," eluh orlando muak.
Ekspresi Andreas berubah drastis, sorot matanya tajam sama persis seperti Orlando.
"Papa serius, kami akan menjodohkan kalian berdua," ungkapnya.
Mata Lusya nampak berkaca-kaca, ia langsung terduduk di hadapan Avandy.
"Papa, Lusya nggak mau kalo harus nikah sama cowok abal-abal ini," pintanya bergetar menahan tangis.
Avandy hanya bersikap acuh, berpura-pura tidak mendengar permintaan Lusya. Walau hatinya sungguh bertolak belakang. Tapi tatapan mematikan tengah mengarah padanya, tentu ia lebih mementingkan nyawa, daripada sang putri yang menjadi belahan jiwa.
"Ya ampun, jeng Yul! Jadi nggak sabar deh, bentar lagi kita bakalan besanan ya," pekik Meliana nampak sumringah.
"Iya jeng, bentar lagi kita bakalan bisa gendong cucu bareng- bareng ya.," sambung Yulita sama-sama rempong nya.
Seketika ucapan dari kedua wanita-wanita itu terbayang di pikiran Lusya. Ia bergidik ngeri, membayangkan kehidupan rumah tangganya bersama Orlando. Bisa-bisa ia akan stress muda, melihat bagaimana kalau keduanya di pertemukan apalagi ini akan terjebak dalam satu atap.
"Ih.. amit-amit," gumam Lusya bergidik ngeri menahan rasa ingin muntah.
"Eh, cewek aneh! lo jangan kepedean ya. Siapa juga mau nikah sama cewek yang modelnya kayak lo. Macan betina!" bisiknya tepat di samping telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Bad Boy ✔ [SELESAI]
Novela Juvenil[PART DI PRIVATE, FOLLOW UNTUK MEMBACA 18+] "Apa lo liat-liat, minta di colok tuh mata?!," ketus gadis itu memelototi seorang cowok di hadapannya. "Dasar cewek aneh!" "Dasar cowok abal-abal. Nyebelin!," kesal nya dengan mengerucutkan bibirnya. "Kena...