9. Butik

180K 7.1K 97
                                    

SELAMAT MEMBACA

" Kamu terlihat sangat cantik mengenakannya tanpa harus aku yang mengatakannya "



•••••

Lusya berjalan menyusuri koridor bersama dengan Audrey dan Cathrine seraya bercanda gurau. Ketiganya menuju ke dalam kelas sebab waktu istirahat telah habis. Langkah mereka terhenti saat melihat Orlando dan beberapa temannya menghadang jalan mereka.

Lusya memutar bola matanya malas, ia melipat kedua lengannya di depan dada, membuang pandangan ke arah lain. Cathrine secara terang-terangan sudah menunjukan raut muka sinis. Jari-jarinya terkepal kuat, ingin menghantam wajah angkuh Orlando. Tapi Audrey dengan lembut mencoba mencegahnya. Bibir Cathrine rasanya juga berkedut inging menyemprot para lelaki pentolan SMA Antariksa dengan omongannya yang pedas.

Tiba-tiba Orlando menarik pergelangan tangan Lusya membawanya menjauh. Cathrine bersiap ingin menyusul tapi Audrey menahannya cepat membuat gadis berambut pirang itu berdecak kesal.

"Nanti pulang bareng gue, bunda ngajak ke butik," ucap Orlando bernada datar.

Pandangan Lusya beralih menatap manik mata hitam legam milik Orlando, menatapnya dengan sinis. Ia berdecak singkat lalu mendengus pelan.

"Urusin dulu pacar lo dulu, gue ngga mau nambah masalah hidup lagi," cibir Lusya.

"Itu urusan gue. Sekalipun kita udah nikah lo jangan pernah ikut campur. Sebaliknya, gue nggak akan ngusik tentang urusan lo. Kita bebas ngelakuin urusan kita masing-masing," ujar Orlando terdengar serius, tatapannya lurus membalas tatapan Lusya.

"Oke. Gue setuju!" balas Lusya mantap.

***

Arah pandang Lusya memutar menatap sekitar saat sampai di lobi gedung sebuah butik ternama. Ia kagum dengan interior bangunannya yang unik. Seperti menggambarkan ciiri khas tersendiri membuatnya terlihat dari butik pada umumya. Terdapat banyak sekali tanaman hias hidup di setiap penjuru ruangan membuatnya nampak asri dan segar. Butik itu berwarna dominan hitam dan putih terlihat formal juga berkelas. Sudah bebrapa bulan tidak kemari membuatnya hampir pangling kalau gedung ini sebuah butik.

"Maaf, ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang pegawai wanita tersenyum ramah.

"Tante Mona nya ada ?" ucap Lusya. Mona adalah pemilik butik tersebut yang cukup dekat dengannya sebab ia sering berkunjung ke butik ini untu mengantar mamanya mendesign baju atau berbelanja.

"Silahkan menunggu..., akan saya panggilkan," pegawai itu mengarahkan Lusya di kursi tunggu lalu beranjak pergi. Tak lama pegawai itu kembali dengan tersenyum cerah.

"Bu Mona sudah menunggu di ruangannya. Silahkan," ucapnya mengarahkan Lusya dan Orlando pada sebuah ruangan. Di dalam ruangan ternyata sudah ada Yulita juga Meliana sedang asik mengobrol bersama pemilik butik.

"Eh Lusya, yaudah yuk! langsung aja coba gaunnya," ucap Mona.

Lusya mengangguk berjalan mengikuti Mona untuk masuk ke dalam ruang ganti. Sementara, Orlando lebih memilih bermain sebuah game dari ponselnya daripada mendengarkan kehebohan obrolan sang ibunda. Di dalam ruangan itu, Lusya dibantu untuk memakai gaun yang sangat panjang dan lengkap oleh semua aksesoris nya yang menghiasi gaun cantik itu.

"Sya, yang sama kamu tadi itu calonnya ya?" tanya Mona tersenyum menggoda seraya mengkaitkan beberapa kancing di gaun Lusya.

"Iya tan," jawab Lusya tersenyum canggung.

Suamiku Bad Boy ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang