Tujuh

14.6K 797 7
                                    

#
.
.
.

     Hari-hari Sasuke habiskan di Rumah Sakit, menunggu Sakura sadar, untung saja ia diberikan izin untuk tidak masuk Sekolah, sebenarnya ia bisa sesukanya tak masuk Sekolah, karna pemilik Sekolah itu adalah kakeknya, tapi apa boleh buat? Ia juga harus mengikuti Peraturan Sekolah itu.

Saat ini ia duduk di tempat biasanya, dan sesekali mengajak Sakura berbicara. Walaupun ucapannya tak pernah dibalas, tetap saja ia tak pernah bosan mengajak Sakura berbicara.

Semenjak kejadian beberapa minggu yang lalu, sampai sekarang. Gadis pink itu belum juga sadar. Keluarga dan sahabat gadis itu selalu menjenguknya setiap hari.

Sasuke menatap tajam seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan Sakura. Lelaki itu terlihat santai, ia berjalan mendekati Sasuke dan Sakura, dan seenaknya memukul-mukul pundak Sasuke.

"Apa lagi maumu Sasori?" tanya Sasuke. Ia mulai bosan dengan mahluk merah itu, bagaimana tidak? Ia akan datang tiga kali sehari untuk menjenguk Sakura. Bahkan ada hari dimana musuh dulunya itu mengajaknya makan.

Melihat Sasuke yang mulai berubah, Sasori tidak lagi terlalu khawatir dengan Sakura, karna lelaki Uchiha itu pasti akan menjaganya sepenuh hati.

Beberapa hari yang lalu keduanya berkelahi, sampai tumbang. Kemudian berdamai di depan  Naruto, Sai dan yang lain. Kedua rival berat itu sekarang telah menjadi teman, walau sesekali mereka akan bertengkar, tentang masalah siapa yang akan menjaga Sakura, dan tentu saja Uchiha Sasuke pemenangnya, ia merasa rugi jika melewatkan satu hari tanpa melihat Sakura.

Sasori tak menggubris pertanyaan Sasuke, ia malah mendekati Sakura, lalu mencium jidat gadis itu di depan Sasuke.

Sasuke menatapnya geram, "sekali lagi kau menciumnya ku pastikan kau akan kehilangan bibir brengsekmu Bayi"

Sasori terkekeh mendengar ucapan Sasuke, rasanya senang sekali melihat wajah jengkel lelaki uchiha itu.

"Ayolah Sasuke kita ini kan teman"

"Bukan berarti kita teman, lalu kau mencium kekasihku seenak wajah bayimu Sasori" ucap Sasuke penuh penekanan.

"Baiklah tuan pencemburu"

Sasori kemudian menduduki dirinya di tempat duduk samping ranjang Sakura menatap gadis itu dengan hangat, Sasuke benar-benar beruntung mendapatkannya, gadis cantik dan berhati baik seperti malaikat.

"Berhenti menatap kekasihku, seolah-olah kau akan menerkamnya Sasori" lamunan Sasori seketika buyar ketika mendengar suara Sasuke, ia lalu memutar bola matanya dengan bosan.

"Aku menciumnya kau marah, aku menatapnya kau marah. Jadi apa maumu pantat ayam?".

Lelaki bermata Onyx itu menatapnya tajam. Apa yang dikatakan bayi itu? Pantat ayam. Dasar setan merah. Batin Sasuke berapi-api.

Sasori menyeringai melihat wajah kesal Sasuke, jika ia membawa cermin, sudah lama ia memberikannya kepada Uchiha Bungsu itu lalu menyuruhnya untuk melihat raut wajah kesalnya. Pasti ia akan kaget.

Sasuke menatap Sasori sekilas, lalu kembali menatap wajah pucat kekasih pinknya. Mencium lembut tangan Sakura yang sedari tadi digenggamnya.

"Aku sangat merindukanmu Cherry" bisik Sasuke sedih. Sasori bisa mendengarnya, ia hanya tersenyum kecil. Andai Sakura bisa melihat Sasuke yang sekarang ini, ia sangat berubah menjadi lelaki hangat dan lembut. Sasori percaya bahwa perubahannya itu 100% karna Sakura, gadis yang sangat dicintainya.

KRIETT....

Dua kepala berbeda warna itu secara refleks menatap seseorang yang baru saja masuk, wanita paruh baya yang memiliki rambut berwarna merah, ia menatap Sasori dengan kaget.

"Apa yang kau lakukan disini my baby boy?" tanya wanita itu, Sasori berdecak kesal. Ia menatap sekilas Sasuke yang sedang menahan tawa.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa yang Kaa-san lakukan disini?" tanya Sasori balik. Ternyata itu hana, ibunya.

Hana mengangkat sebelah alisnya, "menjenguk Sakura-chan, tentu saja sayang"

"Kaa-san mengenalnya?"

"Berhenti bertanya Sasori, tentu saja Kaa-san mengenalnya, dia keponakan Kaa-san"

Sasori dan Sasuke langsung melongo kaget, masa iya? Demi musang peliharaan Naruto ini sangat tidak masuk akal, sejak kapan?

"Kaa-san jangan berbohong?"

Hana menatap tajam putra semata wayangnya, "kau tidak ingin lagi bermain game setiap malam dengan menuduh Kaa-sanmu yang tidak-tidak sayang?"

Sasori menelan ludahnya dengan susah payah, jika sudah mengancam berarti ibunya tidak berbohong.

"Ta-tapi sejak kapan?"

"Sejak kau lahir bodoh" jawab Hana mulai kesal dengan putra imutnya itu. Entah apa yang dimakan Hana ketika sedang mengandung Sasori, sehingga membuat anak itu lemot sekali.

"Kami-sama berarti Sakura adalah sepupuku? Beruntungnya aku" ucap Sasori memasang tampang seperti pemenang undian dengan hadiah mobil lamborghini keluaran terbaru.

Ia menatap Sasuke yang tengah menatapnya dengan tajam.

Hana hanya mendengus kesal melihat tingkah putranya. Ia kemudian berjalan mendekati Sakura, menatap lembut keponakannya itu.

"Sayang sadarlah baa-san merindukanmu" Hana mengelus surai pink gadis itu, lalu menciumnya lembut. Ia baru mengetahiu Sakura masuk Rumah Sakit beberapa saat yang lalu dari suaminya. Dan dengan segera datang untuk menjenguknya.

Hana kemudian menatap Sasuke, "kau siapa tampan?"

"Dia kekasih Sakura Kaa-san, dan satu, aku yang lebih tampan darinya" jawab Sasori, nada bicaranya terdengar kesal.

"Ada apa denganmu Sasori?"

"Tidak ada, aku ingin pulang" ujar Sasori ketus, ia kemudian membalikan tubuhnya, lalu berjalan meninggalkan ruangan itu.

Hana menatap putranya bingung, ada apa dengannya, apakah ia cemburu karna Hana memanggil Sasuke tampan? Padahal memang benar kan Kalau Sasuke tampan, batin Hana.

"Maafkan Sasori, ya nak dia memang kekanak-kanakan"

Sasuke hanya mengangguk paham, jadi seperti itu sifap asli mantan musuh besarnya, hemm dasar memalukan.

#
.
.
.
TBC

Maaf yah gaes cerita di chapter ini ngebosanin, aku lagi kehabisan imajinasi😂🙏, tapi tenang aja, chapter slnjutnya udah lumayan lahh gak kyak ini ngebosanin

Jangan lupa vote dan komentarnya😆


Hate But Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang