Delapan

14.1K 709 43
                                    

#
.
.
.

   Sudah hampir satu bulan lebih, tapi Sakura belum juga sadar, dan Sasuke dia mulai masuk ke Sekolah beberapa hari yang lalu. Setelah pemaksaan dan debatan panjang dengan temannya, akhirnya ia mau kembali lagi bersekolah.

Sebenarnya lelaki Uchiha itu tidak ingin melewati satu hari ralat satu detik untuk tidak menatap wajah kekasih musim seminya.

Seperti saat ini, ia tengah menatap wajah Sakura, dirinya sengaja pulang cepat karna guru-guru sedang rapat.

Sasuke mengambil tangan Sakura, menggenggamnya erat, "sayang cepatlah sadar, aku merindukanmu"

Tidak ada balasan sama sekali, tapi itu tak akan membuat Sasuke lelah untuk menunggu kekasihnya sadar.

Sasuke sedikit berdiri, mendekatkan wajahnya dengan wajah Sakura. Lalu mengecup singkat bibir pucat gadis pink itu. Semenjak alat bantu bernafas Sakura dilepas. Lelaki Uchiha itu semakin gemar mencium bibir Sakura.

"Kau tahu Cherry, aku sekarang merasa hampa. Aku sudah terbiasa dengan kehadiranmu, dan lihatlah sekarang. Aku terlihat seperti orang bodoh jika tak ada dirimu" ucap Sasuke pelan, ekspresi wajahnya yang datar tergantikan dengan ekspresi sedih.

Lelaki itu kembali diam, menatap Sakura dengan lembut. Entah apa yang ada dalam pikirannya, sehingga dengan sengaja menaruh kepalanya di dada Sakura, berusaha untuk mendengar detak jantung gadis itu.

"Jantungmu masih bedetak, lalu kenapa kau belum sadar juga?" tanya Sasuke. Tatapan matanya seketika berubah polos, dan itu membuat seseorang yang memperhatikannya sedari tadi terkekeh geli.

Seseorang masuk ke dalam ruangan Sakura dengan perlahan. Sasuke yang tengah menatap Sakura, secara refleks mengalihkan tatapannya.

"Ibu" gumam Sasuke.

Mikoto terkekeh pelan, lalu berjalan mendekati putranya dan mengusap rambutnya dengan lembut.

"Kau sudah makan?" tanya Mikoto. Wanita paruh baya itu sangat mengkhwatirkan putra bungsunya, semenjak Sakura masuk Rumah Sakit, Sasuke jadi jarang makan, bahkan ia hanya memakan satu cup ramen dalam dua hari.

Bukannya menjawab Sasuke malah menatap ibunya dengan sedih, matanya berkaca-kaca.

Mikoto yang sudah tahu bahwa putra bungsunya tengah bersedih, langsung saja ia memeluk Sasuke dengan erat, sambil mengusap punggungnya.

"Ibu aku takut, kenapa Sakura ku belum sadar juga"

"Tenanglah semuanya pasti akan baik-baik saja, kau tahu bukan hanya dirimu saja yang khawatir, tapi yang lain juga" ucap Mikoto berusaha memberi Sasuke ketenangan. Sungguh ia tak pernah melihat putra bungsunya serapuh ini, ini bukan Sasuke yang egois dan dingin, dia telah berubah. Semua itu karna cinta sejatinya.

Sasuke mengangguk dalam pelukan ibunya, menarik nafas dengan dalam, berusaha untuk menghibur dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, tapi entah mengapa hatinya terasa begitu aneh. Apa yang akan terjadi?, batinnya cemas.

Mikoto melepaskan pelukannya, mencium puncuk kepala Sasuke. Sebelumnya Sasuke akan menolak ketika dicium ia akan berkata bahwa dirinya sudah besar, tapi beda dengan hari ini, ia tak mempermasalakannya lagi, dirinya terlalu sibuk memikirkan Sakura.

Sasuke kembali duduk, begitu pula dengan Mikoto, suasana seketika hening.

Sasuke menatap kaget tangan Sakura yang bergerak, ia lalu mengalihkan pandangannya, menatap mata Sakura yang terbuka secara perlahan. Sasuke cepat-cepat menatap ibunya yang tengah menatapnya dengan tatapan 'kenapa?'. Sasuke pun menunjuk mata Sakura, "demi tuhan ibu, ini bukan mimpi kan"

Hate But Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang