Chapter 4 || Taman

63 9 2
                                    

Kau begitu... Menyebalkan,menjengkelkan, kaku,menyeramkan,dan sangat jelek..
***

"Me,tiga teguk kopi mungkin bisa menenangkan.." Bujuk Rey bertitah pada Mezia yang sedari tadi hanya mendiamkannya.

"Aku anti Kafein.." timpal Mezia pendek.

"Atau berjalan-jalan keluar dari gubuk menyebalkan ini? Mungkin itu menyenangkan.." Bujuk Rey.

"Kau pikir satpam kita tidak tidur di malam hari?" Sungut Mezia

"Bukan urusanku! Kita bisa memanjat tembok belakang.. Kau tahu,itu sangat menyenangkan..." Senyum iblis Rey menghiasi wajahnya.

"Dengan bobot badanku yang begini?" Mezia kembali bersungut.

"Kuakui kau memang pendek dan gendut tapi ayolahh,tingginya hanya satu setengah meter... Jangan terlalu feminim,terkadang itu tidak baik..." Rey meyakinkan.

"Jangan ajarkan aku menjadi warga negara berotak kriminal! Aku tak akan melakukannya" Gerutu Mezia.

"Sudahlahh.. Banyak omel kau!" Rey menarik tangan Mezia.

Mezia tak dapat melepaskan genggaman Rey yang mencengkeram jemarinya. Terpaksa,seorang Mezia mengikuti langkah Rey.

***

Mereka sampai dibelakang sekolah. Rey telah melompat lebih dulu. Mezia sedikit ragu untuk mengikuti langkah sesat seorang Reynand Alviano. Ia memang memiliki fobia terhadap ketinggian. Ditambah kecemasannya untuk meninggalkan jam pelajaran.

"Ayolahh Me,ini sangat mudah! Tak mungkin kita habiskan satu jam pelajaran hanya untuk kau mengambil ancang-ancang.." Teriak Rey dari sisi luar.

"Aku takut, Rey" Mezia stres.

"Please Me! Haruskah aku menggendongmu, hah?" Celetuk Rey santai.

"Aku akan melompat ke bagian sana,tangkap aku atau aku akan terluka.." Ujar Mezia sebelum melompat ke seberang.

"BRUGGHH!"

"Me!!!" Jerit Rey saat tubuh Mezia berhasil mendarat diatasnya.

"Menyingkirlahh!" Hardik Rey.

Mezia bangkit. "Kan sudah kukatakan untuk bersiap-siap!" Mezia melakukan pembelaan sambil membersihkan seragamnya.

Rey berdiri tak ingin lama-lama disana. Ia merasa benar-benar ambruk setelah ditimpa beban 55 kg itu.

"Ikut aku!" Rey lagi-lagi menggamit jemari Mezia.

"Kemana??? Aku takut nanti ada yang melaporkan kita!" Mezia memasang wajah cemas.

"Diam! Tidak ada polisi yang akan menangkap narapidana sepertimu..." Rey terus melangkah.

"Memangnya aku seperti apa? Kukira kita kembali saja,Rey!" Mezia plinplan.

Rey melepaskan genggamannya kasar membuat lengan Mezia terenyuh.
"Aku menunggu lebih dari 15 menit saat kau akan melompat kemari,kemudian kau membuat tulang ekorku hampir patah dan sekarang kau bilang ingin kembali? Apa aku berhadapan dengan seorang princess,hah?" Rey kesal,membelalakkan matanya dan berkacak pinggang seolah-olah Mezia telah membuatnya sangat menderita.

Mezia hanya diam,dengan pikiran yang begitu bercabang menatap kosong ke arah Rey. Matanya seakan berkata "kau memarahiku,Rey?".

" jangan menatapku seperti itu,Me.. Maaf,jika kata-kataku membuat kau dendam..." Rey menyesal telah membuat sosok princess jadi-jadian itu merasa kesal.

If Tomorrow Never ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang