Chapter 12 || Future

31 3 1
                                    

Mencari seorang lelaki sukses untuk dijadikan pendamping hidup? Maaf,hal itu tidak akan tergambar dalam peta hidupku ~Mezia Beatrice A.

Siapa sangka seorang pelajar dungu nan pemalas ini menduduki sebuah kursi penting di perusahaan ternama negeri adidaya? Diriku yang kini bukanlah diriku yang dulu... ~Rey Alviano

Flashback Off

00:50

Kecewa? Ya,hanya itu segurat rasa yang dapat Rey gambarkan di malam sunyi ini. Masa lalu membuatnya tak dapat melupakan cinta. Semua harapan-harapan tentang cinta antara dirinya dan wanita itu belum dapat ia lupakan sepenuhnya. Buktinya,ia masih ingat kejadian itu secara runtut.
Tak tahu kapan ia benar-benar dapat menghanyutkan ingatan itu sampai menyaksikannya terhempas hingga hancur berkeping-keping di dalam memori ingatan.

Tanpa disadari,Rey telah membuang waktu berharganya walau hanya untuk memejamkan mata. Ia mengutuki dirinya tiga kali. Bukan hal yang bagus untuk melamunkan hal yang telah terjadi. Malam ini juga,Rey bersumpah untuk tidak mengingat kejadian itu lagi. Dan entah untuk keberapa kalinya Rey bersumpah untuk melupakan kejadian itu. Begitulah manusia,terkadang suka bersumpah demi sesuatu hal dan apabila mereka melanggar mereka akan bersumpah lagi. Sungguh,makhluk itu benar-benar bertindak semaunya bahkan pada nurani sendiri.

Rey memutuskan melanjutkan pekerjaannya. Sebagai manager termuda perusahaan saham terbesar di kota ini,Rey mendapat perhatian lebih dari atasannya. Sekaligus, tugas-tugas penting terkadang juga diserahkan padanya. Tentang pegawai senior? Mereka memang menggurat rasa iri pada Rey. Hari-hari pertama bekerja,memang dirasakan Rey. Tetapi,seiring berjalannya waktu,Rey tak lagi mempedulikannya. "Asalkan gaji lancar dan dapat makan untuk sekarang dan besok sudah lebih dari cukup",pikir pria sederhana ini.

Rey membuka mesin hitam bututnya dan mengetik pada papan keyboard. Satu persatu dokumen dibuka. Kertas-kertas itu dibiarkan Rey tergeletak menyebar di sekitarnya. Terkadang Rey harus menulis beberapa catatan kecil di buram. Lelah? Rasa itu cukup dinikmatinya. Ia sosok yang mencintai apa yang sedang ia jalani. Berbeda jauh dengan dirinya di sepuluh tahun silam. Siapa sangka seorang pelajar dungu nan pemalas itu kini menduduki sebuah kursi manager di perusahaan besar. Dirinya yang kini bukanlah dirinya yang dulu.

Malam terasa begitu cepat. Rey merenggangkan lengannya. Pekerjaannya telah selesai tepat di pukul empat pagi. Pandangannya tertuju pada dedaunan kering yang jatuh berkejar-kejaran dibalik jendela. Tiba-tiba ia teringat ibunya. Kini,Yohanna hanya mengunjunginya enam bulan sekali. Belahan bumi barat dan bumi timur terasa sangat jauh. Biasanya,jika Rey lembur Yohanna selalu datang membawakan coklat panas dan tak lupa mengusap kepalanya ketika ia tertidur di depan laptop.

Aku rindu ibu...

Kalimat itu tak sengaja di tulis Rey di buramnya. Bahkan tanpa menatap kertas. Sosok ibu,adalah cinta pertama yang takkan ia lupakan. Apalagi bagi Rey,seorang pria lajang yang tak suka basa-basi. Hanya ibunya satu-satunya wanita yang dapat berbasa-basi dengannya. Bahkan ia sangat menyukai saat-saat ia berceloteh berkepanjangan pada sosok lembut itu ketika bertemu. Bercerita,bercanda,dan tidur di pangkuannya layak bayi yang manja.

If Tomorrow Never ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang