Lupakan!
Jangan sebut kata KITA.. kau adalah kau,aku adalah aku. Kau dan aku tak akan pernah menjadi KITA.***
"Miss... Tolong miss, ini sudah revisi yang ke seratus satu.. Tolong acc saja miss. Jika Miss Mezia yang cantik ini butuh uang,saya mampu membayar,kok.." Pinta Cicy.
Mezia menghembus nafasnya berat. Ia tahu yang sekarang dihadapannya ini adalah anak seorang konglomerat yang suka menghambur-hamburkan uang. Namun,ia tidak mungkin akan menerima uang sogokan demi skripsi amburadul mahasiswi tingkat 4 ini.
"Cicy... Saya paham kamu sudah lelah dengan apa yang kamu hadapi ini. Saya tahu kamu wanita pintar yang pantang menyerah. Untuk kali ini,saya minta kamu revisi dan kembalikan kepada saya minggu depan. Dan pastikan beberapa menit kedepan saya tidak menerima bantahan dari mulut kamu,ya?"
Dosen itu menasehati dengan lembut meski menumpahkan kata-kata yang tegas pada kalimatnya.
Mahasiswi itu keluar ruangan dengan tampang murung. Semester lalu,teman-teman seangkatannya sudah wisuda,hanya dirinya yang tertinggal.Braaaaakkkkk!
Cicy menabrak seorang pria di depannya. Ya,pria yang berjalan dari arah toilet itu sekarang memegangi lengannya."Hati hati donk,om!" Bentak Cicy.
"Om?" Rey heran.
"Lah,terus? Abang gitu?" Timpal Cicy
"Hey kids! Am i look like your uncle?" Balas Rey.
"Tepat sekali! Udah tahun keberapa sih ini?" ujar Cicy. Ia memasang muka sinis dan menghentak-hentakkan tumitnya.
"Baru tiga minggu" Rey polos.
"Hah? Hahahahaha! Tiga minggu apaa? Tiga minggu bimbingan?" Ejek Cicy.
"Tujuan saya kesini adalah untuk gelar magister dan bukan untuk merevisi skripsi ribuan kali seperti yang Anda lakukan!" Teriak Rey.
"Lah kok lo nyolot!" Balas Cicy tak terima"
Pintu dibuka. Seseorang didalam telah terganggu oleh pertengkaran mereka.
"Ada apa ini,Cicy?" Tanya Mezia.
"Ini bu,dia menabrak saya lalu membuat keributan. Terus ngaku-ngaku S2 lagi. Padahal disini kan gedung S1" Ujar Cicy.
Rey terlihat santai sebab ia tahu sebentar lagi,mahasiswi itu akan ia permalukan di depan dosen bimbingannya sendiri.
"Apa benar yang di katakannya?" Mezia menoleh kepada pria disebelahnya.
Tanpa menoleh,Rey mengeluarkan kartu mahasiswanya. Seketika wajah Cicy merah padam menyaksikan kenyataan bahwa pria dihadapannya adalah seorang mahasiswa tamatan Hardvard. Cicy berlari menuju koridor tengah tanpa permisi meninggalkan dosennya dan Rey.
Rey menyimpan kartu pengenalnya lalu menoleh kepada dosen berkacamata di hadapannya. Detik itu juga,Rey merasa ada yang berbeda pada dirinya. Deja'vu. Rey menatap lamat-lamat wajah mungil didepannya. Wanita itu tidak menoleh sama sekali,bahkan ia berbalik masuk ke ruangannya.
"Mm.. Bu dosen" Panggil Rey.
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Sambung Rey.
Mezia menoleh dan mata mereka bertemu.
"Astaga Rey,kau? Apa itu benar-benar kau? Oh tuhan,buat aku hilang sekarang juga." Batin Mezia.
"Kurasa tidak,permisi." Ujar Mezia.
Rey mematung di depan pintu. Ia mengingat-ingat siapa wanita itu.
Dan,cesssss.
.
Rey mendorong kasar pintu itu. Ia tahu di dalam ruangan itu hanya ada dosen itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Tomorrow Never Comes
Ficção AdolescenteOnak ruang dan waktu bukanlah penghalang bagi sebuah cinta abadi. Menjaga cinta memang harus dimulai dari kesadaran diri sendiri. Apalagi,jika cinta terjadi diantara dua sosok penganut egoisme fanatik yang begitu misteri. Cerita berawal dari sebuah...