Chapter 3 || Semua Karenamu

49 8 0
                                    

Aku yang meneleponmu, Hak ku untuk menutup teleponnya...
***

"Thanks!" Rey menaruh buku bersampul plastik itu di meja Mezia.

"Senang bisa membantu..." Mezia menyunggingkan senyumnya.

Saat ini,Mezia dan Rey telah terbiasa bertegur sapa. Bahkan Rey tidak sungkan-sungkan menanyakan hal-hal yang tak dimengertinya pada si bintang kelas.

Mezia? Ia nyaman-nyaman saja. Membantu merupakan hal yang baik. Ia tidak masalah jika Rey akan mengejarnya dari belakang. Justru,kompetisi adalah hal yang menyenangkan untuknya.

***

"Kuperhatikan,Rey tampak akrab dengan Mezia akhir-akhir ini... Ada apa gerangan?" ujar Tiana.

"Aku tak ambil pusing soal itu.. Memangnya apa yang dapat dilakukan anak culun itu untuk membuat Rey tertarik padanya.." Windy berujar sombong sambil membetulkan poninya.

Rey melintasi mereka si tukang gosip bersama Radit sahabatnya. Radit yang sedikit mendengar obrolan mereka menyanggah Rey.

"Apa yang kau lakukan bersama Mezia,hm?" goda Radit menyenggol bahu kurus Rey.

"Tidak ada,aku hanya meminjam catatan matematika miliknya,setelah itu kukembalikan.." Ujar Rey datar.

"Tumben sekali kau meminjam padanya,ada apa?" Radit menyipitkan matanya menatap curiga.

"Aku berniat meminjam pada Tessa,tapi ia absen hari itu.. Jadi aku meminjam pada temannya saja.." Jawab Rey polos tanpa ragu.

"Ku harap kau tak menyukainya.." Radit menyengir merendahkan.

"Mengapa?" Rey mengerutkan keningnya.

"Wanita datar itu? Bahkan aku yakin ia tak pernah jatuh cinta..." Radit mengayunkan kakinya menaiki anak tangga.

"Oh ya? Seyakin itu?" Rey penuh penasaran.

"Menurutku..."

***

Mezia membawa buku dengan tergopoh-gopoh dari perpustakaan.Ia berjalan sedikit menunduk ketika melewati geng Patricia siswi sok tajir itu. Memang anak-anak berandal ini sangat ditakuti oleh adik kelas maupun teman-teman seangkatannya.

Tiba-tiba Patricia menghadang. "Apa yang kau lakukan bersama Rey tadi malam?" Patricia menghalangi jalannya. Matanya menatap tajam.

"Maksudmu?" Mezia bingung tak berani menatap mata nenek sirhir milik Patricia.

"Jangan pura-pura tidak tahu kau cewek kutu buku!!" Aliza ikut-ikutan bahkan menarik dagu Mezia kasar.

"Saya benar-benar tidak mengerti" Mezia sedikit tegas sambil melepaskan tangan Aliza yang seenaknya mencengkeram dagu lancipnya.

"Satu hal yang harus kau tahu! Aku tidak segan-segan membuat orang tuamu menjadi gelandangan jika kau berani macam-macam bersama pacarku!" Bentak Patricia.

"Saya tidak ada berhubungan dengan pacar anda,maaf..." Mezia segera menuju kelas.

Patricia dan teman-temannya berbisik dari belakang. Entah apa yang mereka bicarakan,yang pasti itu menyangkut dirinya.

If Tomorrow Never ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang