Chapter 10 || Good Bye

48 7 1
                                    

"jika kau Romeo,maka jangan kau berharap dia adalah Juliet... Karena mereka tidak berjodoh...
***

"Pelan-pelan suster..." Tania mendesis ketika infus dipergelangan Mezia mulai dibuka. Hari ini,Mezia sudah diperbolehkan pulang. Hanya saja,ia tetap harus menjalani perawatan intensif dirumah. Lukanya masih membekas meski tidak lagi terasa sakit. Kakinya sudah mulai berkontak aktif dengan lantai seperti biasa.

Ponsel Mezia berdering ketika ia masuk ke kamar yang sudah ia tinggali beberapa hari ini.

"Ya,Rey" Mezia menjawab malas-malasan

"Sudah pulang?"

"Sudah.. Aku sudah dirumah.."

"Syukurlah... Istirahatkan tubuhmu" Perintah Rey

"Iya,cerewet.."

"Mungkin hanya sekarang aku akan cerewet... Besok aku akan kembali" Rey menghela nafas

"Nadamu begitu serius Rey... Aku sangat mencemaskan itu.." Ejek Mezia.

"Kau akan merindukanku..." Rey serius.

"Aku tidak akan merindukanmu,meski kau akan piknik ke venus sekalipun..."Mezia bercanda dengan nada serius.

" aku pegang omonganmu..." Rey mendengus.

"Baik!" Mezia menekan lebih serius lagi.

Telepon dimatikan. Rey tahu Mezia bercanda,tetapi ia tidak mengerti cara meyakinkan gadis keras kepala itu bahwa ia akan melakukan penerbangan besok pagi.

08:00

Sebuah pesan masuk pada ponsel Mezia. Ia meletakkan gelas diatas meja riasnya.

Me,aku akan terbang ke Melbourne pagi ini... Maaf tidak bisa mengunjungi rumahmu.. Aku takut membangunkan tidurmu... Aku akan check-in jam 9 teng... Semoga kita bisa bertemu di lain waktu
-Rey

Mezia terhenyuh. Rey tampak sungguh-sungguh. Ia menghubungi Rey untuk yang ketiga kalinya,tetap tidak dijawab. Mezia panik. Ia bahkan belum siap untuk perpisahan atas pertemuan singkat ini.

Tanpa aba-aba,Mezia menyambar tas tangan putihnya dan merapikan sedikit poninya yang berantakan. Ia menutup pintu kamarnya dan berjingkat-jingkat keluar kamar dengan sepatu kets ditangan kanannya.

"Me,mau kemana?" Tanya Tania.

Sial! Ibunya keluar dari dapur.

"Aku ingin keluar sebentar,Bu... Ada urusan dengan temanku" Mezia menjawab cepat seraya mengikat tali sepatunya.

"Oh ya? Lalu bagaimana dengan kakimu?"

"Kakiku sudah stabil... Aku hanya akan pergi sebentar..." Mezia membanting pintu rumahnya.

Tania yang belum sempat memperingatkan anak gadisnya untuk hati-hati hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mezia memberhentikan sebuah taxi di depan pagar rumahnya. Memerintahkan si sopir untuk mempercepat pergerakannya. Keadaan genting. Ia terus menghubungi Rey.

If Tomorrow Never ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang