Chapter 15 || Apa Arti Semua Kegilaan Ini?

28 3 0
                                    


Saya juga bisa mengasumsikan bahwa asumsi anda salah total
***

"Maaf.. Maaf Bu,saya tidak sengaja." Rey panik membantu membereskan kertas-kertas yang berhamburan.
Dosen itu tidak menanggapi apalagi berkomentar. Ia hanya sibuk meraih berkas-berkasnya dan menopang di belahan sikutnya.

Dosen itu berdiri. Kemudian menundukkan kepala isyarat ia akan pergi. Rey menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ini semua ulah gadis jelek itu" Batin Rey.

***

16:56
Hujan deras membuat mahasiswa kampus ini harus menunggu di koridor utama. Mereka menunggu hujan reda seraya bertukar cerita tentang mata kuliah,asmara khas anak muda,bahkan jahil menggosipkan para dosen.

Sebagian besar mereka berkomplotan homogen. Mahasiswa sastra inggris dengan mahasiswa sastra inggris lainnya. Mahasiswa hukum dengan mahasiswa hukum. Dan seperti itu semuanya.

Tetapi lihatlah pria yang duduk di dalam mobil itu. Ia tidak ada maksud ingin bergabung. Bukan karena ia mengucilkan diri. Tetapi memang tidak ada pembahasan yang bisa ia bahas dengan orang-orang enam tahun dibawahnya. Mereka terlalu kecil untuk di ajak berteman bagi Rey yang begitu dewasa. Membicarakan tentang bisnisnya? Ini Indonesia Brother,siapa yang percaya atas kehebatannya. Mereka adalah manusia-manusia sombong yang menganggap dirinya diatas siapapun.

18:00
Hujan mulai reda. Rey memacu mobilnya melewati jalanan macet dan licin. Kemacetan itu membuat emosinya diambang batas. Rey benci kegilaan ini. Peminta-minta yang beberapa kali mengetuk jendela mobilnya,para ojek payung yang menawarkan jasa,pedagang rokok,permen,dan tisu yang masih berteriak menawarkan jajaannya. Apa arti semua ini? Di kemacetan ini,dan di keadaan hujan-hujan begini malah pemandangan seperti ini yang di rekam matanya.

Rey cinta negaranya. Rey cinta tanah airnya. Tapi Rey muak dengan kegilaan orang-orangnya. Mulai dari mahasiswa cuek,dosen yang asal berciloteh, mahasiswi centil dan hiperactive serta kegilaan orang-orang dikala hujan. Rey menyayangkan semuanya.

Rey sampai di rumah setelah matahari tenggelam. Dengan pakaian basah dan wajah cemberut ia menemukan Yohanna sedang merajut di ruang tamu.

"Hey! Jagoan kecil ibu sudah pulang bertempur. Bagaimana hari-harimu Rey?" Yohanna basa-basi

"Sangat buruk,Bu." Jawab Rey pendek.

Sebenarnya ia sedang tidak ingin bercerita tentang apapun. Tetapi Yohanna memancingnya.

"Ada mahasiswi gila yang centil sekali kepadaku. Ia awalan dari kekacauan hariku. Hingga aku menabrak seorang dosen sinis. Kemudian menghadang kemacetan. Dan menyumpahi tempat jelek ini. Mengapa aku harus lahir disini,Bu?" Rey bercerita meluapkan kekesalannya.

Yohanna mendekat. Mengelus pundak Rey dengan jemarinya yang mulai keriput. "Rey,kau pria tangguh. Ibu percaya kau bisa melewatinya. Kau akan terbiasa. Tentang mengapa tanah asalmu adalah disini,kau tidak pernah memintanya bukan? Tapi takdir yang menghantarkan ayah,ibu,kau,dan Tino kesini." Ujar Yohanna sambil tersenyum.

Rey sedikit tenang. Sejak dulu,memang belaian ibunya yang dapat menenangkan pikiran dan hatinya.

***

"Mengapa bukan ibu saja yang pergi menemaniku disana? Jadi aku tidak repot-repot lagi menyetir puluhan kilo untuk menemui ibu" Timpal Mezia.

"Bukan begitu nak,rumah ini. Ini satu-satunya peninggalan terbesar ayahmu. Kau tidak ingin ayah merasa sedih karena ditinggalkan bukan?" Tania berujar lunak.

If Tomorrow Never ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang