"Hera!" puluhan kali Luke manggil nama gue. "Hera, please, listen to me!"
"Stop calling my name like you gonna mean it every word!" sembur gue ketika berhenti dan natap wajah yang Luke yang terlihat begitu memuakan sore ini.
"I'm sorry. I didn't mean anything. I just want you to stay."
"You know nothing about stay, Luke. Now fuck off, before people caught us and spread hate all over internet and you will never see me again!"
Luke terdiam dan menatap gue dengan tatapan yang gak bisa gue artikan di tengah pikiran gue yang kacau ini.
"You come tonight," Luke terlihat memilih kata-katanya hati-hati. "Right?"
"Why should I come when you got another cunt to get laid tonight?" sarkas gue. Why is he still hoping me to appear in the party while he knows management won't see us together in the public?
Luke menjatuhkan tatapannya, ketika rahangnya mengeras. Tangannya meraih tangan gue erat. "It's not about that-"
"-IT IS about that," tegas gue.
"Listen," Luke tampak berusaha menemukan kata-katanya. "Whatever gonna happen, I always choose you. Not that girl, not management. You."
"Why you should choose me?" tanya gue lirih. "While you know I've never choose you in the first line. Jokes on you, Hemmings."
Raut wajah Luke suram dan sinar matanya menggambarkan betapa kecewanya dia dengan ucapan gue. I don't know, sudah seberapa keterlaluannya perlakuan gue selama ini sama Luke. Tapi, satu hal yang harus ditegaskan, gue dan Luke hanyalah sebuah kesalahan, tak peduli seberapa banyak kenangan manis yang pernah kita buat dulu.
"Stop here. We're way too far for something we shouldn't. I'm out," ucap gue mengakhiri perdebatan bodoh di pinggir jalan tersebut.
***
Al menatap lurus dengan banyak pikiran berkecamuk di kepalanya. "Is Luke stupid or..?"
"He always stupid," Cal menegaskan.
"Right," Al mengangguk mengerti. Semuanya terasa lebih bisa dimaklumi jika demikian.
Beberapa menit berikutnya, perjalanan terasa begitu hening. Cal fokus menyetir. Sedangkan Al terlalu takut untuk menanyakan hal yang masih menganggu pikirannya. Rapat tadi sore, bukanlah hal yang mudah untuk diambil keputusan kemudian dilupakan begitu saja. Hingga berhentinya mobil di lampu merah memberanikan Al untuk bicara.
"What are you gonna do?"
"I don't play."
Jawaban yang begitu mudah terselip di bibir Cal, sehingga membuatnya lebih sulit untuk dipercaya. I don't play apa? I don't play the game that management throw, or I don't play Califya's shit no more, or I don't give a fuck about 'play' things in the game. Jawaban yang diberikan Cal hanya membuat pikiran Al semakin bercabang. Dan hal terburuk bisa saja terjadi jika Al mengartikannya salah. Pria ini, pria yang selalu menjadi arah tujuan Al ini, dia terlalu misterius untuk Al bisa pecahkan dengan mudah.
Al melirik Cal dari kaca spion tengah, berusaha mencari clue dari apa pun yang bisa Al temukan. Tapi tak lama, mata Cal menangkapnya di kaca tersebut. Merasa tertangkap basah, Al membuang pandangannya pada jalan dan berusaha terlihat normal. Mobil kembali berjalan memecah jelan menuju Brian's Party.
***
"Luke, i know you're stupid. But what the hell are you doing?!" protes Kana ketika semua member sudah berkumpul melingkar di sofa.
Ash, Mike, Cal dan Al terdiam kikuk dengan topik sensitif yang tiba-tiba saja Kana lontarkan. Sedangkan Luke, yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, kaget dan tak tahu harus merespon apa semburan Kana itu. Kana memang sering bersikap ceplas-ceplos dan sesuka hati, tapi kali ini ucapannya cukup menganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DarahMuda // 5SOS
FanfictionAbout backstage life. "When your dream to be 5SOS' Opening-Act come true, but all the shit messed up." Peringatan: Mengandung kata-kata kasar, bilingual, struktur bahasa yang tidak rapi.