Special Part: You

1.2K 78 19
                                    

Hujan rintik sore itu menemani seseorang yang sedang duduk terdiam di balkon, teh panas yang ia buat masih mengeluarkan asap yang setia menemaninya. Sesekali ia palingkan wajahnya menatap bingkai foto yang terpasang rapih diatas nakas disamping tempat tidurnya, tersenyum sejenak namun pahit rasanya. Mengingat kembali masa masa indah yang mereka lalui bersama, bahkan pengorbanan yang harus mereka lakukan bersama.

Apakah semua kenangan itu hanya angin lalu? Tidak. Kenangan itu bukanlah angin lalu, sesakit apapun kenangan itu akan selalu mengikuti dirinya kemana pun ia pergi.

"Kamu tega Ve, apa pengorbanan yang aku lakuin belum cukup?"

Perlahan air matanya tak terbendung lagi, kedua tangannya penuh dengan air mata mencoba untuk menutupi kesedihannya bahkan didepan sebingkai foto.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam berlalu. Shinta Naomi masih setia dalam kesedihannya, menyalahkan semuanya atas apa yang ia alami.

Masih teringat pertama kali dirinya tak sengaja melihat Veranda bersama seorang Pria di toko buku yang sering ia dan Veranda kunjungi.

17 juni 2018

Naomi berencana membeli buku kumpulan sajak sajak karya W.S Rendra, hadiah atas keberhasilan Veranda karena telah mendapatkan promosi di tempat kerjanya. Dengan langkah riang, Naomi berjalan ke toko buku yang sering ia kunjungi bersama Veranda.

Belum sampai di toko buku tersebut, Naomi tersentak karena mendengar suara tertawa seseorang yang sangat ia kenal.

"Ah mungkin cuma bayangan doang. Ngebayangin nanti gimana senengnya pasti Ve gue beliin buku yang dia cari cari. Hehehe"

Namun suara tawa tersebut muncul kembali, Naomi menjadi yakin bahwa yang ia dengar bukan bayangan semata. Belum lama kemudian, Veranda keluar dari toko tersebut bersama dengan seorang lelaki dengan mengalungkan tangannya di leher pria tersebut dan sesekali menciumi pipi pria tersebut.

Kaget dengan apa yang dilihatnya, Naomi relfek mencubit lengannya sendiri.

"Anj- sakit. Jadi beneran? Ah mungkin itu sodaranya Ve, udah lama gak ketemu kali" Naomi masih mencoba berfikir positif.

Perlahan keduanya menghilang dikejauhan, menyisakan Naomi yang masih mencoba berfikir positif.

Tangisan Naomi semakin menjadi, pikirannya terus memaksanya menolak kenyataan. Andai saja waktu itu dirinya langsung mendatangi mereka, mungkin dirinya tidak akan sehancur ini. Andai saja waktu itu ia mengakhirinya, mungkin saja, mungkin saja.

8 september 2018

Hari ini seharusnya hari jadi Naomi dan Veranda yang ke-5, Namun sudah entah berapa jam dirinya menunggu di tempat yang sudah mereka tentukan. Semua kejutan yang akan diberikan Naomi seakan sudah tidak berarti, menemani dirinya dalam kesunyian.

"Yang penting kamu dateng Ve, kamu dateng aja aku udah seneng kok" Naomi terus mengucapkan hal itu, menghibur dirinya jika sewaktu waktu Ve datang.

Tengah malam sudah terlewati, Ve masih belum datang. Lelah sudah Naomi menunggu, entah sudah berapa kali Veranda seperti ini. Berjanji melepas rindu dengan bertemu, namun tak kunjung ditepati. Dengan berat hati, Naomi beranjak kembali pulang ke apartement yang ia beli bersama Veranda.

Tak ada keanehan sama sekali saat Naomi tiba di apartement, gelap seperti biasa. Saat dirinya melangkahkan kakinya ke kamar, Naomi reflek menyalakan lampu seperti yang biasa ia lakukan. Saat cahaya menerangi seisi kamar, Naomi terkejut dengan apa yang ia lihat. Veranda. Perempuan yang sangat ia sayangi, yang bahkan seluruh dunia Naomi rela dikorbankan agar bersama dengannya. Tertidur dengan seorang Pria, tanpa busana.

DenialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang