Sarang laba-laba itu hampir selesai ditenun Empunya, menempel dipojok plafon kamar kos berukuran empat kali empat meter. Hampir seluruh sudut kamar puas dijelajahi oleh mata bulat Rudy, dan kini dia terbaring di atas kasur, sekarat diserang rasa bosan. Sementara di sudut ruangan, di sebelah lemari dari kayu murahan, duduk diam seorang wanita terbalut kebaya putih merunduk pilu, samar-samar isak tangis masih terselip diantara suara detik jam. Cuma deru napas berdua terdengar, keluarga Irna yang lain sudah diungsikan ke hotel milik Rudy, supaya tidak ada yang menghalangi keasyikan malam (romantis), pelita kamar pun tidak dinyalakan sehingga atmosfir menjadi gelap remang-remang karena matahari sudah sedari tadi kembali ke peraduan."Masih belum puas nangisnya Irna? sudah satu jam" Rudy memecah kesunyian, dari tadi dia biarkan saja gadis itu menumpahkan kekesalan lewat air mata, namun sepertinya tak ada tanda akan berhenti.
"Seburuk itukah aku Irna?, aku bukan monster lho". Rudy sudah berharap banyak tulang rusuk itu mau bersatu dengan dirinya, bukan malah membatu di pojok gelap nan sempit seakan-akan tak mau disentuh.
"Nggak Capek? Bantal empuk dan kasur yang hangat, sayang bila disia siakan begitu saja" nada menggelikan keluar dari bibir Rudy, tangannya sibuk menepuk-nepuk alas kepala itu sambil mengamati reaksi Irna. Namun wanita itu bergeming.
"Srek-srek" lagi-lagi langkah tetangga kos Irna terdengar berjalan didepan pintu kamar, rahang Rudy gemeretak, sudah tiga kali dalam satu waktu mereka lalu-lalang di depan kamar. Dengan meninju buntalan kapas bersarung putih itu Rudy beranjak bangkit dan membuka pintu kamar. Masih bertelanjang kaki dia membuka begitu saja pintu kamar sebelah tanpa mengetuk ataupun salam.
"Maaf Pak! Bu!, Malam Pertama nya nggak jadi!, ceweknya masih ambekan!" Sengaja Rudy berteriak keras agar tetangga lain ikut dengar. Dihadapannya nampak seorang Ibu gemuk berdaster dengan indra pendengaran masih menempel ditembok, rautnya kaget, hampir terjengkang. Sementara disisi lain, suaminya yang sedang membaca hanya balas mengintip dari balik koran sambil mesam-mesem.
"Nah.. Bapak bilang apa, Bune jangan suka kepoo"
"Blam" Rudy menutup pintu tua itu sedikit keras, satu persatu tetangga menutup tirai mereka hampir disaat bersamaan. Helaan napas panjang disertai gelengan kepala dilakukan Rudy, 'dasar tetangga kurang kerjaan'.
Lelaki itu sangat butuh udara segar maka ia tak mau kembali ke kamar, kaki itu enteng saja melangkah ke pagar lantai dua untuk menikmati keindahan kota B dikala petang. Jari jemari Rudy mulai merogoh saku celana mencari ponsel, ketemu, lantas mengutak-atik lagu simpanan. Jarinya terhenti pada sebuah tajuk 'i love you' dan memutarnya pelan. Ia letakkan diatas tembok semen yang dingin, tak lupa mengeluarkan sebungkus rokok dari saku kemeja. Dihembuskannya asap tinggi ke arah bintang-bintang.
I must be crazy now
Maybe I dream too much
But when I think of you
I long to feel your touchI wish I could go back to the very first day I saw you
Should've made my move when you looked in my eyesI love you
Please say you love me tooRudy tersenyum karena alunan nada Celine Dion seperti mengejek diri sendiri, gila memang ia sudah gila. Untuk mengejar janda, seorang perjaka parlente harus rela berlari-lari seperti orang mengejar bus metromini, padahal sebelumnya tak pernah sedikitpun mengemis akan cinta kaum hawa. Justru merekalah yang mengejar Rudy, mencoba menarik perhatian pewaris bisnis multimilyuner itu dengan segala cara. Mulai dengan memberi berbagai cindera mata, membuatkan makan siang berkali-kali, hingga memakai baju kelewat seksi. Sampai-sampai ia harus mengeluarkan peraturan penggunaan rok dibawah lutut untuk setiap pegawai wanita, bukan main!
Sebatang rokok itu dihisap pelan-pelan, serangkum asap tipis menari-nari di redup senja yang merah hitam, Rudy menikmati satu persatu kenangan ajaib bersama Irna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Sempurna
RomanceIrna tak pernah bisa melupakan bayangan mantan suaminya yang sangat ia cintai. Sayang takdir harus berkata lain, mampukah ia melupakan dan menemukan kembali cinta? Sudah pernah diterbitkan di Komunitas Bisa Menulis di Facebook