Deru angin meniup mendung hitam di atas tumpukan mega. Dari celahnya muncul puluhan titik-titik air yang kian bertambah menjadi ratusan bahkan ribuan. Hujan turun membasahi tanah lapang didepan Rumah Andi.
Mobil mercy hitam berdecit, hampir menubruk bemper kendaraan yang terparkir di depan. Pemiliknya terburu-buru membanting pintu depan lalu berputar membuka pintu satu lagi.
"Ayo keluar!" Mata Rudy menatap tajam.
Wanita yang duduk dikursi itu tersentak kemudian menggeleng. Deretan kendaran roda empat yang terparkir di depan rumah bercat hijau membuat hati Irna menciut. Matanya balik menatap ingin berbicara pada Rudy. Pria yang beberapa bulan ini menjadi tempat bertumpu agar mau mengurungkan niatnya.
Namun Hati Rudy sudah dingin, tekadnya bulat. Ia menangkap pergelangan Irna, dan menarik turun dari jok. Reflek Irna meronta dari cengkraman tangan Rudy yang dingin. "Mas... jangan gila, mereka akan akad Mas, kedatanganku hanya akan merusak acara mereka!" Jerit wanita itu. Wajahnya memerah membayangkan pandangan orang banyak bila ia menerobos acara akad mantan suaminya.
Bibir Rudy menyeringai. "Tidak lebih gila dari orang yang selingkuh bohongan kemudian menikah pura-pura!" sindir Rudy sambil menarik jemari itu menjauhi mobil.
Tergesa Irna membetulkan letak kain kebaya sambil mata lentik itu membulat, "Kau tahu masa laluku ba... bagaimana?" Tenggorokan Irna terasa ada yang mengganjal.
Lidah Rudy bergumam, seperti mengucap sesuatu namun tak tertangkap telinga. Irna tersadar dengan segala kekayaan yang dimiliki, mengorek masa lalu seseorang bagi Rudy semudah membalik telapak tangan. Kini ia gugup bagai murid yang ketahuan membolos oleh guru killer dan harus menerima konsekuensi dari kenakalan itu.
"Mas... Aku mohon mas... Aku nggak mau nyakitin keluarga Mas Andi lagi... cukup aku yang menyimpan perih.." Irna berusaha memperlambat laju Rudy. Matanya mulai berkaca-kaca.
Rudy berbalik, rahangnya yang sempurna gemeretak menahan amarah "Selalu kau, dan brengsek Andi itu yang ada dipikiranmu! Bagaimana dengan Aku?! Tangannya menunjuk kedada sendiri.
"Kau tak tahu bagaimana perasaanku saat kau mau mengejarnya di Akad kita kemarin! Atau... saat tertidur dalam pelukanku justru namanya yang kau sebut!" kalimat terakhir dia lontarkan dengan nada serak parau.
Tak sadar Rudy memegang erat kedua tangan Irna, terasa dingin akibat aliran hujan. Tetapi letupan panas membara ada di dalam dada, memaksa ingin keluar.
Sementara Irna hanya ternganga, tidak pernah menduga cinta Rudy begitu besar sehingga terbakar sendiri oleh api cemburu.
Irna adalah wanita yang lembut, dia sudah terbiasa menghadapi kemarahan pria dengan cara elegan. Irna menempelkan tangan secara lembut di dada Rudy yang berdesir kencang, dirabanya pipi Rudy yang berwarna putih. Dia tatap kembali mata Rudy namun bukan menantang, melainkan kepasrahan dan sikap tunduk.
Kedua mata saling bertaut, menyambungkan kembali simpul-simpul pengertian yang sempat terputus. Pupil hitam bening Irna menyedot semua kemarahan dan emosi Rudy. Alis tebal hitam yang terangkat itu kembali ke asal, memberikan keteduhan untuk Irna.
"Maafkan aku mas, aku menyadari semua kesalahanku, semuanya" Irna mengecup halus tangan kekar itu.
Rudy masih terdiam, ingin rasanya mencubit gemas wanita yang mempesonanya itu. Tapi dia malu.
"Yuk kita pulang Mas"
Irna hendak menarik tangan Rudy untuk pulang namun berat. Rudy tetap bergeming.
"Aku ingin semuanya selesai Na, menurutku ini momen yang pas. Percayalah"
Irna menoleh kesamping. Ingin percaya namun tidak mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Sempurna
RomanceIrna tak pernah bisa melupakan bayangan mantan suaminya yang sangat ia cintai. Sayang takdir harus berkata lain, mampukah ia melupakan dan menemukan kembali cinta? Sudah pernah diterbitkan di Komunitas Bisa Menulis di Facebook