Tts (Satu)

128 10 12
                                    


1 bulan yang lalu...

Suasana kelas tampak sepi. Semua siswa tengah berkonsentrasi pada lembar ujian matematika di hadapan mereka. Ujian yang selalu dibenci oleh Chaewon, karena selalu membuat kepalanya terasa ingin meledak saat mengerjakannya. Maka dari itu, Chaewon selalu siap siaga dengan selembar kertas contekan yang ia selipkan di kaos kakinya. Bukan tak pernah merasa bersalah, Chaewon tentu ingin terlahir sebagai anak yang pintar sehingga tak perlu repot-repot membuat contekan seperti ini. Chaewon bukannya tak pernah belajar, melainkan kapasitas otaknya tak menampung pelajaran yang begitu sulit. Tapi anehnya jika ditanya soal boyband rookie dan nama-nama membernya, Chaewon bahkan hapal di luar kepala. Sungguh aneh.

Si samping kanan Chaewon adalah tempat duduk si anak pintar, tampan serta populer. Siapa lagi kalau bukan Jibeom. Tak heran Chaewon selalu kehilangan konsentrasi saat belajar, karena fokusnya teralihkan pada Jibeom. Jika seperti ini siapa yang harus disalahkan? Tentu saja Chaewon . Jibeom bahkan tak tahu kalau Chaewon diam-diam menaruh hati padanya.

Guru Park tengah menghadap ke sisi yang lain. Ini saatnya Chaewon mengeluarkan kartu AS andalannya. Dengan cepat dia mengambil kertas contekan di sela-sela kaos kakinya. Secepat kilat Chaewon memindahkan jawaban dari contekannya, pada lembar jawaban yang masih kosong. Sepuluh menit berlalu ia bahkan belum mengerjakan satu soal pun.

"Chaewon –ah... berikan aku contekanmu," desis Yuri hampir tanpa suara. Dia adalah teman abadi Chaewon . Ke manapun dan kapanpun selalu bersama, bahkan saat mendapat nilai rendah pun bersama.

Chaewon berniat melempar kertas itu pada Yuri. Namun karena lemparan Chaewon yang lemah, kertas laknat itu malah mendarat tepat di meja Jibeom. Jibeom yang tak tahu apa-apa malah membuka gulungan kertas itu tanpa curiga sedikitpun. Namun nahas bagi Jibeom, Guru Park melihat dirinya tengah membuka contekan itu.

"Jibeom, kau berani mencontek saat ujian?" Guru Park menjewer telinga kiri Jibeom.

"A-ampun Saem, itu bukan milikku." Jibeom membela diri. Bibirnya meringis menahan sakit.

"Lalu milik siapa? Kau mau menutupi kesalahanmu dengan membawa nama orang lain huh?"Guru Park masih menjewer telinga Jibeom, hingga Jibeom bersedia keluar dari kelas. "Keluar sekarang. Untuk sementara ujianmu Saem anggap nol. Kau bisa ikut ujian susulan dengan soal yang berbeda. Dan kau berhutang penjelasan padaku nanti."

"Baik Saem." Jibeom menunduk, lalu mata tajamnya menatap Chaewon penuh amarah. Jibeom tak akan melepaskan Chaewon begitu saja.

Chaewon yang merasa bersalah tak bisa berbuat apa-apa. Dalam hatinya dia bersyukur karena dia tak tertangkap. Lagipula Jibeom bisa ikut ujian susulan dan dia pasti akan melakukannya dengan baik. berbeda dengan Chaewon , jika dia tertangkap sekarang, matilah riwayatnya.

Jam sekolah telah usai 10 menit yang lalu. Chaewon dan Yuri berniat pulang bersama karena rumah mereka searah. Seperti biasanya, setiap pulang sekolah Chaewon dan Yuri sering melakukan permainan yang aneh. Mereka berdua berlomba-lomba membuat gelembung besar dengan gummy, dan yang gelembungnya lebih kecil, harus mentraktir main game besoknya. Chaewon memang lemah dalam pelajaran, tapi untuk urusan gummy, ia ahlinya. Yuri adalah satu-satunya yang kalah dalam permainan ini. Walau begitu, Yuri sama sekali tak keberatan jika harus mentraktir Chaewon main game, karena Yuri adalah putri dari pengusaha kaya. Yang penting bagi Yuri adalah persahabatannya dengan Chaewon akan selalu baik-baik saja. Mereka berdua bercanda dan tertawa bersama, namun ada yang mengganjal dalam hati Chaewon . Ia teringat kejadian saat ujian matematika. Oh, tentu saja Chaewon harus ingat bukan? Karena ulahnya, orang yang dia sukai terlibat masalah., dan masalah itu tak lain akan berujung pada dirinya sendiri.

Touch the StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang