TtS (Lima)

78 8 5
                                    

Kelas Chaewon  sedang pelajaran seni sekarang. Seluruh siswa berpindah tempat ke ruang seni sekolah. Mereka akan dibagi berkelompok maksimal anggota tiga orang untuk membuat tugas dari guru seni mereka. Tugas kali ini adalah meng-compose sebuah lagu dan kemudian menyanyikan lagu tersebut. Lagu yang terpilih akan dinyanyikan langsung saat acara kelulusan. Tugas ini juga diberikan kepada seluruh kelas tiga, tidak hanya bagi kelas Chaewon .

Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya Jibeom lah yang menjadi partner Chaewon . Hal itu tentu membuat siswa yang lain iri. Siapa yang tak mau sekelompok dengan Jibeom, sang masternya alat musik. Jibeom mahir memainkan berbagai alat musik seperti piano, keyboard, gitar, drum, biola walau hanya sekedar saja, bass, dan lainnya kecuali clarinet yang hanya mahir dimainkan oleh squidward dalam kartun spongebob.

Jika Chaewon  boleh, dia ingin berteriak sekarang. Betapa takdir sangat berpihak padanya akhir-akhir ini. Dari mulai Jibeom yang tinggal di rumahnya sampai menjadi satu anggota dengan Jibeom. Benar-benar keajaiban bagi Chaewon .

Tugas kelompok itu dimulai sekarang juga. Para siswa boleh menggunakan semua alat musik yang ada untuk membuat lagu, lengkap dengan studionya. Chaewon  memilih piano putih yang anggun, bermain piano adalah impian Chaewon . Jibeom menghampiri Chaewon  yang tengah asik menekan tuts tuts  piano. Chaewon  yang melihat Jibeom ada di hadapannya berhenti bermain.

"Teruslah bermain, aku ingin lihat kemampuanmu. Apa kau pantas satu kelompok denganku."

Chaewon  tanpa banyak bicara memainkan kembali piano tersebut. Sebuah lagu milik Kim Sunggyu 'Only Tears' dimainkan dengan sempurna oleh Chaewon . Tak sadar semua siswa hening mendengarkan permainan piano Chaewon . Baru kali ini mereka melihat Chaewon  memainkan piano, dan mereka takjub pada Chaewon  saat itu juga.

"Permainan yang bagus. Tapi kau tidak akan lulus dari sekolah hanya karena mahir bermain piano." kata Jibeom. Tak jelas apa itu pujian atau celaan.

"Maksudmu?"

"Nilai akademikmu juga harus bagus untuk bisa lulus, terutama matematika." tegas Jibeom lagi.

"Tapi, aku bodoh dalam matematika."

"Itulah kenapa kau butuh guru privat. Yah, aku bisa saja mengajarimu tapi apa imbalan untukku?" dalam mengatakan ini Jibeom sungguh-sungguh, tapi dibalut dengan sikap jual mahalnya.

"Benarkah? Kau mau menjadi guru privat matematikaku? Kalau begitu bagaimana kalau tugas kesenian aku yang menyelesaikannya, kau hanya perlu menyanyikan lagu saja," tawar Chaewon .

"Sayang sekali, sepertinya lagu buatanku akan lebih bagus darimu. Kalau kau ingin membayarku, kau bisa membayarnya nanti. Akan ku pikirkan apa yang akan aku minta darimu."

(This is side-story of Yul-Jae)

Hal yang paling asyik saat jam istirahat adalah berkumpul di kantin sambil mengobrol. Mengobrol apa saja yang membuat hati senang. Jika itu Chaewon , obrolan yang selalu menjadi favorit adalah Jibeom. Tentu saja setelah Jibeom ada topik lain yang selalu populer di kalangan remaja. Apa lagi kalau bukan boygrup idol kesukaannya. Kedua topik itu tak luput membuat hari Chaewon  dan Yuri semakin berwarna. Ada kalanya mereka mengomel tentang betapa idiot dan lucunya tingkah si kembar tak sedarah, Jaeseok dan Youngtaek. Terkadang topik idol lebih menarik dari Jibeom, kadang juga topik Jaeseok-Youngtaek menjadi perbincangan seru. Semua itu adalah bagian dari masa sekolah yang menyenangkan.

 Di tengah asyik mengobrol, Yuri undur diri untuk pergi ke toilet. Chaewon  mengangguk mengiyakan. Kasihan Yuri, sejak tadi mengeluh sakit di bagian pinggang akibat suatu hal yang kerap dirasakan para gadis sebulan sekali. Yuri berjalan sangat pelan. Bahkan semut pun bisa menang adu balap dengannya. Tak heran, karena ini hari pertama jadi pinggang Yuri nyeri merambat hingga pegal ke bagian kaki.

Belum sampai Yuri ke toilet, dari arah berlawanan dengannya, tampak seorang pemuda jangkung, berparas tampan dan senyum manis, maka tak heran Yuri menyukai pemuda bermarga Park itu.

Jaeseok berjalan perlahan, namun tak lebih lambat dari Yuri. Hanya dalam hitungan detik keduanya kini saling berpapasan. Jaeseok memasang ekspresi biasa, tetapi tidak bagi Yuri. Yuri bersikap biasa namun terlihat dibuat-buat, istilahnya keren nya salah tingkah. Jaeseok dua langkah telah melewati Yuri. Seketika itu pula Jaeseok berhenti dan bersuara.

"Yuri-ya kau ada waktu? Ada yang ingin aku bicarakan."

Yuri menghentikan langkahnya dan menoleh kepada pemuda yang tak disangkanya akan memanggil namanya itu. Yuri tersenyum kaku dan mengangguk. Pertanda kalau dia punya waktu, sangat punya waktu untuk sang pemuda idamannya itu. Dengan persetujuan Yuri, Jaeseok pun mengajaknya ke tempat yang tak bisa dilihat orang banyak dan juga tak terlalu jauh. Dinding belakang sekolah cukup memenuhi kriteria.

Jaeseok menatap Yuri dengan tatapan yang sulit diartikan. Sementara Yuri hanya bisa menunduk, takut kalau dia tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya pada pemuda di hadapannya kini. Sebelum semakin lama mereka dalam diam, akhirnya Jaeseok angkat bicara.

"Yuri-a, aku ingin minta maaf."

"Ne?" Yuri heran, kenapa harus minta maaf, apa dia melakukan kesalahan? batin Yuri berkata-kata.

"Aku kira selama ini Chaewon  tak menyadari perasaanku, tapi ternyata dia lebih peka dari yang aku banyangkan."

"Lalu apa hubungannya denganku? kenapa bicara padaku?" kira-kira seperti itu isi hati Yuri saat Jaeseok menghentikan kalimatnya.

"Chaewon  bahkan sangat peka pada perasaanmu, Yuri-a. Maafkan aku, apapun yang kau rasakan padaku, aku belum bisa membalasnya. Hari ini aku baru saja menyatakan perasaanku pada Chaewon , tapi seperti yang aku duga, dia menolak perasaanku. Aku sudah tahu, kalau hati Chaewon  hanya untuk Jibeom, tapi aku masih saja berusaha mengejarnya. Kau tau, kita sama. Kita menyukai orang yang hatinya sudah milik orang lain."

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan, Jae? jangan berbelit-belit, perutku sedang sakit," pinta Yuri tak sabar.

"Jangan menungguku, akan sulit melihat ke arahmu sementara hatiku masih milik Chaewon . Kau gadis yang baik, buka hatimu untuk orang lain."

Tanpa terasa air mata menetes di pipi Yuri. Kata-kata halus Jaeseok nyatanya tak bisa mengobati sakit dan terlukanya cinta bertepuk sebelah tangan. Jaeseok pun sama. Sudut matanya memerah, seperti akan menangis lantaran ditolak Chaewon.

"Jangan atur hatiku, Jae. Atur saja hatimu sendiri, aku akan menyukaimu dengan caraku." Yuri menyeka air matanya. "Kalau begitu aku pergi.

Yuri kembali ke tujuan utama, pergi ke toilet. Disamping pinggangnya yang nyeri kini bertambah hatinya yang patah. Air mata pun lolos lagi dari pelupuk matanya. Sepertinya Yuri akan berada di toilet dalam waktu yang lebih lama.

(Side story Yul-Jae off)

Touch the StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang