Sorot mata berbinar Chaewon terpancar kala menyelesaikan tugas melelahkannya. Masakan yang telah susah payah ia buat kini tersaji rapi di meja makan berukuran kecil. Meja makan bundar yang hanya terdiri dari tiga kursi telah dipenuhi berbagai macam lauk untuk makan malam. Nasi, kimci, telur gulung dan jjampong yang merupakan makanan yang Jibeom minta, kini terlihat begitu mengunggah selera. Kim Taemin, Chaewon dan Jibeom duduk di kursi yang disiapkan. Melihat hasil kerja kerasnya, Chaewon tersenyum puas, presentasi masakannya tak mengecewakan.
"Wahh, putri Appa memasak banyak sekali. Apa ini hari ulang tahunmu?"
"Ulang tahunku dua bulan yang lalu, Appa," jawab Chaewon . Ia tak tertarik dengan pertanyaan ayahnya yang hanya untuk basa-basi. Sudah pasti ayahnya ingat kapan ulang tahunnya.
"Ah, benar. Ayo makanlah." Ayah Chaewon memindahkan telur gulung pada mangkuk nasi milik Jibeom. "Coba ini, telur gulung buatan Chaewon yang terbaik," ucapnya.
"Terima kasih, paman," balas Jibeom.
Jibeom memakan telur gulung yang diberikan padanya. Sementara Chaewon hanya menatap Jibeom dalam diam.
"Bagaimana mungkin dia masih saja tampan saat sedang makan? Apa dia masih tampan juga kalau sedang tidur? Ah, aku penasaran. Wajahnya itu seperti lukisan sempurna yang tak punya celah cacat sama sekali. Aku benar-benar menyukai pemuda ini, bagaimana aku akan mengendalikan perasaanku?"
Chaewon berkutat dengan pikirannya sendiri. Tak sadar, tingkahnya diketahui oleh Jibeom dan ayahnya. Ayah Chaewon bahkan memanggil Chaewon berkali-kali agar gadis itu sadar.
"Chaewon -ssi, perhatikan makananmu. Dan berkediplah," kata Jibeom yang memergoki Chaewon tengah menatapnya cukup lama. Chaewon gelagapan. Sial sekali ia ketahuan tengah menatap Jibeom intens seperti ini. Walaupun hanya menatap, tapi kenapa Chaewon merasa dia telah melakukan hal kriminal. Malu. Ya, malu sekali. Chaewon berusaha menutupi wajahnya yang bersemu merah dengan menatap jjampong dan telur gulung di hadapannya. Chaewon menyuapkan telur gulung itu dengan paksa ke mulutnya.
"Anak Appa sudah besar ya, sudah tahu pemuda tampan."
"Uhukk uhhukk." Chaewon tersedak makanan, segera ia mengambil segelas air putih di samping kirinya. Tangan kanannya ia kepalkan untuk memukul ringan dadanya. Benar-benar tak bisa dipercaya, apa ayahnya sengaja mengatakan hal itu di hadapan Jibeom. Apa ayahnya ingin mempermalukan putrinya sendiri.
Untung saja Chaewon masih selamat dari tersedak makanan, kalau tidak entah apa yang akan terjadi. Chaewon tentu saja tak ingin mati konyol seperti itu. Di sisi lain, Jibeom tampak menahan tawa. Sikap Chaewon yang barusan cukup untuk disebut hiburan.
"Appa, kenapa membicarakan hal yang aneh. Bagaimana kalau aku mati muda karena tersedak?" gerutu Chaewon .
"Aiissh, anak ini bicara sembarangan. Jangan pernah berpikir meninggalkan Appa sendiri, kau harta yang Appa punya satu-satunya," Kim Taemin menjitak kepala Chaewon cukup keras. Namun tersirat curahan kasih sayang yang begitu besar di sana. Chaewon mengusap kepalanya yang sedikit nyeri, namun ia tak marah sama sekali atas perlakuan ayahnya itu.
Acara makan malam telah usai. Sekarang tugas Chaewon lagi untuk membereskan piring-piring kotor di meja makan. Piring-piring kotor tersebut ia angkut ke dapur untuk sekalian ia cuci. Ini sudah kebiasaan Chaewon setiap hari, Chaewon tak mau menunda pekerjaan untuk mencuci piring. Karena jika ia membiarkan piring itu kotor lebih lama, maka akan menimbulkan bau tak sedap.
Jibeom tak ingin berdiam diri, dia mengangkut gelas yang tersisa di meja makan ke dapur. Setidaknya Jibeom harus membantu merapikan walau sedikit. Kaki Jibeom yang sakit membuat langkahnya terhambat. Hingga membuat Chaewon merasa kasihan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch the Star
FanfictionMengharapkan menyentuh bintang paling terang di sana, hanyalah hanyalan semata. Namun tak ada salahnya untuk mencoba. JibeomXChaewon GOLDENZONE