TtS(Tujuh)

56 9 4
                                    

 Pagi hari yang sedikit berbeda dari biasanya. Hari ini adalah diumumkannya hasil ujian matematika bagi kelas Chaewon . Para siswa berkerumun di papan pengumuman sekolah untuk melihat selembar kertas yang ditempel di sana. Kertas keramat yang menentukan apakah Jibeom gagal atau tidak dalam menjadi guru privat Chaewon . Beberapa di antara mereka ada yang tersenyum senang, ada yang memeluk temannya karena peringkatnya naik, ada pula yang wajahnya muram, mungkin peringkatnya turun dari bulan lalu.

Chaewon dan Yuri baru saja tiba di sekolah. Mereka langsung menyerbu kerumunan kelas 3A dan menyelinap masuk ke barisan depan. Chaewon yang kini berada tepat di depan, telunjuknya menyisir dari atas sampai bawah, berharap menemukan nama 'Kim Chaewon ' terselip di bagian tengah, bukan di akhir. Ketika sampai ke urutan 15, Chaewon tak menemukan namanya, Chaewon mulai pasrah. Tapi kemudian Chaewon terlonjak kaget, namanya ada di urutan ke 20, dari 28 siswa dengan nilai 6.00 pass tak kurang tak lebih. Sementara Yuri ada di urutan setelahnya, yaitu peringkat ke 21.

Chaewon senang tak terkira. Dia memeluk Yuri erat. Bagi Chaewon dan Yuri, lepas dari peringkat tiga terendah adalah berkah yang luar biasa. Itu karena selama naik ke kelas tiga, merekalah yang tak pernah absen dari peringkat 3 terendah. Sungguh ironis.

"Chukkae, kau berhasil. Yah, walaupun hanya naik beberapa peringkat saja. Tapi kau patut berbahagia," Jibeom memberi selamat pada Chaewon . Punggungnya ia sandarkan pada tembok di samping papan pengumuman.

"Jibeom-ssi, ini semua berkat bantuanmu, gomawo,"

"Kalau kau berterimakasih harusnya kau melakukan sesuatu bukan?"

"Ah, baiklah. Aku akan mentraktirmu makan, katakan kau mau makan apa, hem?"

"Kau kira aku tak punya uang untuk beli makanan, huh?"

"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk ucapan terima kasihku?"

"Minggu ini aku sangat sibuk, jadi aku tak punya waktu untuk tugas seni. Kau yang harus mengerjakan tugasnya, dengan catatan lagumu harus bagus, kalau tidak, kau mati," translate, "Aku mau kau membuat lagu untuk tugas seni, kudengar kau pandai membuat lagu,"

"Benarkah? Kau mau aku membuat lagunya? Baiklah aku akan membuat lagu yang bagus, terima kasih sudah percaya padaku," Chaewon senang sekali mendengar kalau dia yang akan membuat lagu untuk tugas seni. Chaewon yakin, Jibeom akan menyukai lagunya.

Setelah mengatakan itu, Jibeom pergi meninggalkan Chaewon dan Yuri. Di balik punggungnya, Jibeom tersenyum.

*

Yena dan Tzuyu menatap sinis dari kejauhan kala melihat Jibeom yang tengah mengobrol dengan Chaewon . Raut wajah mereka menyiratkan niat jahat yang sebentar lagi akan mereka lakukan. Korbannya tentu saja Chaewon . Bukan sekali- dua kali mereka melakukan hal demikian, tetapi mungkin sudah tak terhitung saking seringnya. Hanya saja perbuatan Yena dan Tzuyu tak pernah diketahui oleh Jibeom.

Kali ini Yena dan Tzuyu tengah berada di toilet untuk merapikan riasan mereka. Alat make up yang terbilang lengkap dan mahal tak pernah absen dari tas mereka. Yena mengoleskan bibirnya dengan lip balm sementara Tzuyu menyapukan bedak sambil mengumpat Chaewon . Ah, bukan hanya Tzuyu yang mengumpat, tapi mereka bergantian mengumpat.

Seorang gadis memasuki toilet dengan terburu-buru. Itu Chaewon , Yena dan Tzuyu bisa melihat dari pantulan cermin. Hal pertama kali yang terlintas di pikiran Yena dan Tzuyu adalah hal yang sama.

"Waktunya bersenang-senang," seru Yena.

Chaewon yang baru saja keluar dari toilet, dihadang oleh Yena dan Tzuyu hingga tak bisa lewat. Tanpa basa basi, Tzuyu melepaskan tali sepatu Chaewon dan menggunakannya untuk mengikat pergelangan tangan Chaewon . Chaewon meronta melepaskan diri namun Yena dan Tzuyu tak mudah dikalahkan. Seringai Yena dan Tzuyu membuat Chaewon takut. Ini pertanda bahwa dirinya tak akan selamat.

Touch the StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang