Setelah pesawat yang ku tumpangi mendarat di bandara syamsyuddinnur ku hembusakan napas berat guna mengurangi sesak di dada ku.
"Bismillahirohmanirrohim, kota ini ia akan menjadi awal yang baru untuk menjadi obat bagi luka ku" batin ku berujar.
Ketika ku hendak berdiri ku temukan sebuah dompet berwarna hitam pekat yang tergeletak di atas tempat duduk di samping ku.
"diambil atau tidak? Sempat tidak ya aku mengembalikan kepada pemiliknya? Jika tidak sempat bagaimana cara ku mengembalikannya kepada pemiliknya? Semoga saja sempat" putusku.
Setelah keluar dari pesawat aku mencari-cari kembali seseorang yang tadi duduk di sampingku. Aku tersenyum lega ketika melihanya bercengkraman dengan beberapa orang di sana.
"Permisi"
Dan sontak mereka semua menatap kearah ku. Dan yang pasti itu membuat ku langsung menundukkan kepala ku.
"Ku rasa kau meninggalkan ini di tempat duduk mu tadi" ujar ku sambil menyodorkan dompet berwarna hitam. Namun ia hanya menyambut dompet tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dan aku pun melangkah kaki untuk keluar dari bandara. Baru beberapa langkah ku berjalan terdengar seseorang dari yang ada di sana berucap.
"Cobalah kau berterimakasih kepadanya. Bukannya jika ia tidak mengembalikannya pada mu kau akan kehilangan semua uang kau" ujar seseorang tersebut.
"Iya gue rasa lo harus bimbel belajar mengucapkan kata terimakasih" ujar seseorang lagi sambil tertawa renyah.
Aku tidak mendengar ia mengucapkan kata apa pun sehingga aku pu kembali melanjutkan langkah ku dengan santai.
"Daffa" teriaknya.
Aku bingung dengan apa yang ia ucapkan bukannya ia diminta teman-temannya untuk mengucapkan kata terimakasih kepada mengapa ia malah menyebutkan nama, apa Daffa itu namanya "Dasar aneh" batinku.
******
Setelah sampai di kediaman paman dan bibi aku langsung di sugukan dengan pemandangan yang menakjubkan. Di depan ku kini telah berdiri sebuah rumah yang terlihat sederhana tapi elegan. Juga di lengkapi dengan taman yang indah di samping pagar masuk.
"Anggap saja ini rumah mu sendiri, paman sudah menyiapkan kamar untukmu" ujar paman ku sambil mengankat koper yang ku bawa.
"Ayo ikuti paman mu, ia akan mengantarkan mu ke kamarmu" ucap bibi. "oh iya setelah ganti baju kamu turun ya kita makan malam bersama kamu pasti belum makankan" sambung beliau sambil mengusap pucuk kepala ku.
*****
Kini aku telah berada di dalam kamar yang bernuasa hitam dan putih. Ya aku begitu menyukai warna itu entahlah aku tidak begitu mengetahui alasannya.
Semua tertata rapi di setiap sudut ruangan ini. Di samping jendela terdapat meja belajar yang berwarna putih. Aku baru menyadari bahwa semua perabotan dan benda apa pun yang berada di ruangan ini berwarna putih.
"Sha, ayo kita makan malam bersama"
"Iya bi, Sha ganti baju dulu ya"
"Jangan lama paman dan Aisyah sudah menunggu"
"Iya bi"
*****
Belum sempat ku menuruni tangga terakhir tubuhku langsung ditubruk oleh tubuh mungil yang kini tengah memelukku erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alesha
Teen FictionLaa Ba'sa "Hatiku tenang karena mengetahu bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku" __Umar Bin Khattab__