9. apa yang terjadi

1 0 0
                                    

Alesha pejamkan erat matanya ketika ia teringat kejadian siang tadi.

"Senengnya tali sepatunya di ikatkan dengan cowok ganteng" goda Airin.

"Kamu apaan sih Ai.  Bukannya senang tapi tadi itu kejadian yg memalukan tau" ujarku sambil menenggelamkan wajahku dilipatan kedua tanganku.

"gak pernah melihat ka Paris sebegitu pedulinya kepada orang lain" ujar Airin.

"Aku marah jika kamu selalu mengulang tentang itu" ujarku memasang wajah masam.

"Marah dosa loh?  Dan orang bisa menahan marah padahal ia mampu untuk marah hadiahnya surga dari Allah Sha" ujar Airin.

"Tapi jangan bikin aku marah juga kali aku lagi menahan malu nih" ujar Airin.

Bagaimana tidak malu selajak kejadian dimana Paris berjongkok dihadapan Alesha dan mengikatkan tali sepatunya menjadi trending topik di sekolah.

*****

Paris,  Daffa, Vino, Rio, Deva kini tengah duduk-duduk santai di tepi lapangan basket suasana disiang ini kembali mendung dengan awan hitam.

"Lo suka ya sama Alesha" ujar Daffa ketika dirasa tidak ada topik yg mereka bicarakan.

"Menurut loh? Kapan gitu seorang Parisi Darwin mau berlutut dihadapan cewek" sambar Rio.

Paris hanya tersenyum menanggapinya tidak sepatah kata pun yg keluar dari bibirnya.

"Ah,  iya itu kalo diam berarti iya" ujar Vino sambil merangkul pundak tegap Paris.

"Lagian ya gue rasa ada unsur alay-alay gimana gitu berlutut ala-ala cinderala yg kehilangan sepatu kaca" sahut Deva yg kini duduk disamping Paris. Dan spontan saja Paris mendorong pundak Deva.

"Apaan sih lo pada gue hanya nolongi aja takut nanti dia jatuh gitu" ujar Paris membela diri.

"Alesan lo itu bau tau gak kaya basi gitu" sahut Deva sambil berdiri di depan Paris.

"Kalo basi tu kan sudah pasti bau bukan kayanya-kayanya lagi bo" sahut  Vino sambil meloyor kepala Deva.

"dasar kebo telat mikir lagi lo" sahut Rio.

"Eh,  lo pada jangan bilangin gue telat mikir ya. Yg telat mikir itu siapa" ujar Deva percaya diri.

"Eh,  kok lo liatin gue sih. Nih ya gue gak ikut-ikutan lo jelekin lo" Ujar Daffa ketika dia ditatap horor oleh Deva.

"Mikirin apa sih lo?  Pikiran melalang buana?  Jualan lo gak laku/uang kos lo udah hangus" Ujar Deva sekena-kenanya.

"Enak aja lo alhamdulillah jualan gue laku,  dan uang gue juga masih ada tuh" ujar Daffa sedikit kesal.

"Apa kata lo? Uang lo masih ada dan jualan lo laku? "Ulang Vino dan refleks Daffa menganggukkan kepalanya.

"Teraktiran ini" ujar Paris semangat sambil merangkul Daffa dan sedikit menyeret Daffa berjalan kearah kantin.

"Eh,  apaan sih lo pada" ujar Daffa tidak terima karen ia diseret-seret seenaknya oleh teman-temannya.

"Teraktiran lah, jangan banyak punya ngomong lo" Ujar Deva.

"eh,  lo gak pernah di ajarin ngomong" Ujar Rio protes sambil menepuk pundak Deva.

"Iya lah pernah dari A-Z gue udah tau dari orok" ujar Deva santai.

"Dari orok apaan" Ujar Rio lagi.

"Dari orok gue bisa ngupil" sahut Deva asal sambil berbalik arah menyeret Rio.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang