6. Panggilan Menyakitkan di Masa Lalu

10 0 0
                                    

"Dalam setiap hembusan napas ku selalu ku panjatkan syukur kepada Allah SWT sang penulis skenario hidupku. Disetiap luka pasti ada obat di setiap tangis memilukan pasti ada tangis bahagia nan mengharukan"

*****

"Sha, ayo makan udah di tunggu sama ummi dan abi" Ujar Ais yang tiba-tiba saja berdiri di samping meja belajar ku.

"Bibi udah masak Ais? Kok gak ngajak aku sih? Aku kan mau belajar masak" ujar ku sambil cemberut.

"Gak diajak masak kok cemberut sih Sha. Nanti kalo kamu cemberut cantiknya ilang lo" ujar Ais.

"Salah Sha juga sih ya langsung masuk kamar" ujar ku.

"Kamu itu emang selalu betah di kamar bercanda bersama tumpukan buku-bukumu yang penuh dengan coretan angka" ujar Ais. Aku hanya tersenyum.

"Ya udah ayo kita makan" ajak ku sambil menggandeng tangannya.

*****

"Sini bi, biar Alesha aja yang membereskannya" ujarku sambil mengambil alih piring kotor yang bibi pengang.

"Gak papa Sha, bibi aja. Inikan kewajiban bibi jadi kamu sana sama Ais nonton TV".

"Alesha aja bi, Alesha disinikan udah banyak menyusahkan bibi" Ujarku.

"Ngomong apa kamu nak, menyusahkan apa gak papa sana kamu sama Ais" ujar bibi aku menggelengkan kepala.

"Kita kerjakan bersama aja ya bi. Biar Alesha yang nyuci piring kotornya" ujarku.

"Enggak Sha nyuci piringnya bareng aja ya sama bibi".

"Iya deh bi"

Sambil mencuci piring aku dan bibi berbincang-bincang ringan tentang sekolah baruku yang memang fasilitasnya lengkap.

"Sha, sama Ummi dipanggil Abi, katanya kalo udah selesai keruang keluarga" ujar Ais yang kini tengah berdiri di ambang pintu dapur.

*****

"Alesha" panggil paman ketika aku telah duduk di samping Ais yang kini tengah sibuk dengan handphone di tangannya.

"Iya, ada apa paman? Sepertinya ada hal setius yang ingin dibicarakan" tanya ku sedikit gugup.

"Ini untuk mu" ujar beliau sambil menyodorkan sebuah kunci mobil.

"Apa ini om"

"Aduh Sha, itu tu kunci mobil masa gak tau sih" sahut Ais.

Ku tatap paman dan bibi secara bergantian mereka hanya menganggukkan kepala.

"Ambil lah hadiah dari paman dan bibi untuk mu pegi" ujar paman.

"Ini sudah berlebihan paman, Sha juga sudah sangat bersyukur bisa tinggal dan sekolah di sini".

"Tidak apa-apa ambil saja biar adil sama Ais"

"Alesha sungguh sangat bersyukur berada di tengah-tengah paman, bibi dan Aisyah"

"Oh iya Sha, alangkah lebih baik lagi kamu memanggil paman dan bibi dengan sebutan Abi dan Ummi".

AleshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang