Chapter 8 : Awal Pendekatan

23 5 0
                                    

"Gua seneng. Akhirnya, lu on WA lagi, Agatha."

-F E R A L D-

* * * * *

"Mie ayam pangsit itu enak, tapi kemaren aku sudah makan mie. Siomay juga enak, tapi lagi gak mau. Seblak enak banget, apalagi kalo pakai kwetiaw, tapi nanti sakit perut. Lumpia basah gak kalah enak, tapi—"

"Udah cukup, Agatha!"

Agatha mengernyit. Heran dengan Quila yang terlihat agak emosi dan memotong ucapannya. Shendy dan Wendy saja tidak seperti itu, mereka asyik membeli makanan yang mereka inginkan masing-masing.

Ya, sekarang mereka sedang di kantin.

"Kamu kenapa, Quil? Lagi PMS?"

Quila menghela napasnya kasar. "Ih! Lu tuh tinggal milih mau beli apa malah bingung-bingung kayak gini! Bikin kesal tau!"

"Loh? Kenapa kamu marah-marah ke aku? 'Kan yang bingung beli makanan itu aku. Aku aja yang bingung gak marah-marah kayak kamu."

"Terserah gua! Gua mau duduk di sini dulu dah!"

Quila duduk di salah satu bangku kantin yang masih kosong. Ia melipat kedua tangan di depan dadanya. Wajahnya terlihat asam dan kecut. Agatha jadi tidak berani menghibur. Ia meninggalkan Quila duduk sendirian lalu mencari makanan untuk dibeli.

Quila bergerutu sendiri. "Orang lagi emosi malah ngajak basa-basi! Kepala gua tuh pusing, panas, dan hawanya kebawa kesal mulu tau! Tuh bocah bikin kesal aja, udah tau lagi PMS masih nanya baé! Ah, pokoknya gua—"

Ucapan Quila berhenti ketika kedua matanya menangkap sebuah objek. Objek yang ia lihat berupa seorang lelaki bertubuh tinggi dengan rambut berwarna cokelat kepirangan. Kulitnya putih bersih dan iris matanya berwarna biru laut. Hati dan perasaan Quila yang sebelumnya panas mendadak luluh dan mencair setelah melihat objek tersebut. Lelaki tersebut seperti bukan orang lokal.

"Oh, my god! Ganteng banget tuh cowok! Kayak orang bule...!"

"Apanya tuh yang ganteng?"

Tiba-tiba, Wendy dan Shendy muncul di hadapan Quila. Wendy membawa semangkuk bakso kuah dan Shendy membawa semangkuk bubur ayam. Quila tidak menghiraukan kedatangan mereka. Membuat mereka berdua mengikuti arah pandangan Quila.

"Cowok itu?" tanya Shendy.

"Oh, cowok itu? Dia itu kakel kita tau." Kata Wendy.

"Kakel?" Quila baru menyadari kedatangan mereka. "Anak pindahan?"

"Bukan," Wendy menggeleng. "Dia bukan anak pindahan. Dia emang jarang kelihatan soalnya anaknya itu pendiam banget dan jarang gabung sama teman-temannya."

Agatha datang. Tangan kanannya membawa sepiring nasi goreng dan tangan kirinya membawa sekotak minuman Milo dingin, seperti biasanya. Ia belum merasa bosan meski setiap sehari dua kali meminum Milo dingin.

"Lihatin apa?" tanya Agatha. "Kok makanannya gak dimakan?"

"Lihat deh, Tha," Quila menunjuk sosok objek yang dilihatnya. "Tuh kakel cakep banget...!"

Agatha mengikuti arah telunjuk Quila. Ia melihat sosok lelaki berambut cokelat kepirangan itu. Namun, cara pandangannya berbeda dari Quila, Shendy, dan Wendy. Diantara mereka bertiga yang menatapnya dengan tatapan 'tertarik', hanya Agatha yang memandang dengan tatapan 'biasa saja'.

"Kayaknya emosi kamu hilang gara-gara lihat kakel itu, ya, Quil...?" Agatha menyindir Quila yang berdiri di sampingnya. Quila tidak menghiraukan ucapannya dan tetap memandang senior itu. "Btw tuh kakel bule? Terus kenapa?"

FER(A)THATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang